35. Císařovna

82.8K 7.4K 1.8K
                                    

Permaisuri.

Satu hal yang terlintas dalam benak Yohan begitu tahu ombak menerjang salah satu jendela di lambung kapal hingga pecat dan mengakibatkan kebocoran pada salah satu ruangan.

Yohan tidak sempat menebak atau mengira mungkin saja jendela yang pecah adalah jendela di salah satu kamar Lana tetapi, ia langsung turun ke lantai dua melalui tangga dan memeriksanya. Meninggalkan kekacauan yang terjadi di anjungan dan geladak kapal.

Satu per satu Yohan memeriksa seluruh ruangan yang ada melalui kaca kecil yang ada di pintu, biasa digunakan untuk mengecek tamu yang datang. Air mulai mengenang di lantai, masuk dari jendela lain yang baru saja pecah.

Tak ingin memakan waktu lama, Yohan mengecek dua kamar sekaligus yang posisinya berhadap-hadapan lalu sampai pada kamar paling pojok dan melihat bagian atas kepala Lana dari kaca kecil yang tadi disebutkan.

Menyadari kehadiran Yohan di depan pintu, Lana menempatkan tangannya di kaca sambil terus berusaha menarik pintu agar terbuka namun tetap saja usahanya gagal.

Prang!

Jendela lainnya pecah, ombak yang datang lebih besar dari sebelumnya dan mengoyak sebagian dinding kapal. Memang benar kata pepatah, air lebih tajam daripada sebuah pedang.

Yohan tak mengatakan apapun tetapi melalui gestur gerakan tangan, dia meminta Lana minggir dan menjauh dari pintu sementara dirinya melangkah mundur kemudian berlari seraya menghantamkan tubuhnya mendobrak pintu tersebut.

Jika seandainya pintu itu terbuat dari kayu akan mudah menghancurkannya dengan beberapa kali dobrakan namun sayangnya pintu kapal terbuat dari campuran besi dan baja dengan ketebalan yang tak dapat dianggap remeh.

Tiga kali mendobrak, Yohan tersentak. Rasanya seperti pintu tebal itu memantulkan kembali dorongan kuat yang diberikannya dan membuat Yohan merasa agak sakit pada sisi kanan bahunya yang digunakan untuk menghantam pintu tersebut.

Air semakin tinggi. Lana berusaha mengganjal jendela yang pecah dengan beberapa bantal dan selimut supaya meminimalisir air yang masuk ke dalam sementara di depan sana masih ada Yohan yang berusaha mendobrak pintu sampai bahunya mulai terluka.

Yohan sedikit meringis, mengambil langkah mundur lagi sambil memegang lengan kanannya di bagian siku. Dia tidak mungkin kala hanya karena sebuah pintu, terlalu memalukan.

Setelah mempersiapkan seluruh tenaganya pada satu titik yakni di bagian kanan tubuh tepatnya di bahu, Yohan berlari lagi dan menghantamkan dirinya lagi.

Bruak!

Kali ini berbuah hasil. Pintunya copot bersamaan dengan itu darah terlihat merembes di pakaian berwarna putih yang di kenakan pria itu tepatnya di bagian bahu.

Lana mendekat pada Yohan saat hantaman ombak lain menerjang dengan kuat dan membentuk lubang baru. Situasinya semakin kacau, kapal menjadi tidak seimbang dan keluar jalur.

Beberapa orang dari atas turun, masing-masing dari mereka membawa ember untuk menguras air laut yang masuk guna menjaga keseimbangan kapal agar tidak tenggelam.

"Yang Mulia, anda terluka. Sebaiknya anda ke atas terlebih dahulu." Ucap lelaki yang merupakan anak buah kapal.

Yohan mengenal dirinya sendiri dan tahu bahwa luka seperti itu termasuk luka kecil, dia tidak peduli karena seperti yang ayahnya tanamkan sejak dulu... luka semacam itu akan sembuh tanpa perlu di obati.

"Kalian akan menguras air yang masuk?" Yohan bertanya seperti orang linglung dan lagi-lagi ekspresinya biasa saja, datar dan seperti tak memiliki gairah hidup.

Lana's LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang