9. Pura-Pura Tak Tahu

106K 9.1K 531
                                    


Keesokan pagi Lana terbangun di kasurnya, dia tak ingin menebak siapa yang membawanya atau membahas kejadian semalam. Lana tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Daripada bertanya kenapa Yohan melakukan semua itu semalam lebih baik Lana pura-pura tidak tahu kalau perlu pura-pura tak ingat sempat merengek ingin mengunjungi ibunya yang sakit pun akan Lana lakukan demi keselamatan.

"Permaisuri," Yurisia menghampiri Lana yang sudah dalam kondisi berpakaian rapih.

"Kau sudah siap?" tanyanya memastikan.

Lana tersenyum lalu menjawab. "Seperti yang terlihat, ibu." Ia tak ingin memperpanjang pembicaraan sehingga segera setelahnya Lana berjalan menuju aula depan istana yang berada di halaman depan.

"Kegembiraan masyarakat terlalu berlebihan, mereka memaksa mengadakan perayaan untuk kalian." Decakkan kesal Yurisia terdengar setelahnya. "Dasar orang-orang ini..."

Lana mengamati sekitar, lorong-lorong istana sepi namun sesekali dia berpapasan dengan rombongan prajurit yang sedang berpatroli. Mungkin jika seandainya Lana bertransmigrasi sebagai pelayan pasti hidupnya jauh lebih membahagiakan.

"Sayang sekali Permaisuri jadi harus menghadiri pesta yang sangat sederhana sekali." Ucap Yurisia namun tak Lana tanggapi.

"Ibu, dimana Kaisar?" Lana bertanya sebab satu-satunya orang yang mampu membuat merinding ketakutan itu belum nampak sejak tadi.

"Yah, yang dikatakan orang memang benar. Pasangan baru walau sering bertemu tetap akan saling merindu sepanjang waktu." Celetuk Yurisia membalas tak sesuai dengan pertanyaan Lana sampai-sampai gadis itu memaksa ekspresi jengkel jelas tanpa sepengetahuan sang ibu mertua.

"Wanita menyebalkan! Banyak omong!" omel Lana dalam hati sebab kalau secara langsung mungkin lidahnya sudah terpisah menjadi dua seperti tubuh Gojo.

Oke, lupakan.

Melanjutkan perjalanan menuju pesta sederhana yang dikatakan. Rupanya pesta tersebut masih berada di halaman istana tetapi cukup jauh dari halaman utama dan Yurisia tidak mengantar Lana sampai ke tengah-tengah kerumunan orang-orang sederhana.

Wanita itu mendadak sakit perut, katanya.

"Permaisuri, timbulkanlah kesan bagus dimasyarakat." Pesan Yurisia sebelum berbalik pergi entah kemana.

"Permaisuri disini!" seru salah satu dari mereka ketika melihat Lana dari jauh.

Bingung harus merespon apa, Lana tersenyum kecil. Senyum yang amat sangat nampak canggung tetapi tak ada seorangpun yang menghakimi Lana karena senyuman itu.

"Terimakasih karena telah bersedia datang ke perayaan sederhana kami." Ucap salah seorang wanita bergaun katun sederhana mewakili yang lainnya.

Lana tersenyum tipis ala kadarnya. "Justru aku yang harus berterimakasih pada kalian." Ucapnya lalu bertanya dalam hati kepada diri sendiri. "Aku sudah melakukannya dengan benar, kan?"

"Anda adalah pendamping pemimpin kami yang sempurna. Apa Kaisar tidak hadir?" tanya seorang dari mereka.

Lana dibuat bingung karena tak tahu harus menjawab apa tetapi kemudian salah seorang wanita dari menyikut pelan lengan temannya yang bertanya.

"Yang Mulia, saya Claire. Saya senang sekali bertemu dengan anda. Apa boleh kami berbaris untuk mempersembahkan hadiah masing-masing kepada Anda?"

"Tentu."

"Yang Mulia, hormat saya." Hestia muncul bersama dua pelayan lain disisinya. "Ibu suri meminta saya menemani anda dan memastikan keamanan anda disini."

Hestia lagi. Lana tidak membenci gadis itu tapi bisakah dia menempel saja pada Yohan? Mengapa diingat-ingat momen Hestia dengannya jauh lebih banyak ketimbang dengan Yohan? Apa jangan-jangan...

Lana's LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang