22. That Night

91.9K 7.8K 503
                                    


"Yang Mulia..." seseorang memanggilnya ditengah kegelapan, membuat langkah Lana yang hendak kembali ke dalam bangunan istana setelah cukup lama berada di taman terhenti.

Seseorang itu memakai jubah untuk menutupi dirinya, tetapi dari suaranya Lana tahu dia perempuan dan nampak menyelinap diam-diam ke dalam istana supaya bisa menghampirinya.

"Saya ingin membicarakan hal penting." Ucapnya, "ini tentang malam itu."

Kening Lana berkerut, ia nampak kelihatan sangat bingung. "Malam itu?"

Perempuan itu lalu maju selangkah dan menunjukkan dirinya. "Saya mantan kepala pelayan. Saya mengundurkan diri setelah kejadian anda memakan roti beracun yang sebenarnya disediakan untuk saya."

"Ayo bicara di tempat lain." Putus Lana bergegas menarik tangan perempuan itu menuju tempat yang lebih tertutup.

"Kita ke gudang, Yang Mulia." Ujar perempuan itu memberi saran dan seketika Lana mendadak curiga.

Langkahnya yang semula cepat perlahan melambat. Alarm dalam tubuhnya mengatakan ada tanda bahaya jika Lana mengikuti perempuan itu. Jadi, dia berhenti dan perempuan itu menyadarinya.

Seketika ingatan Lana terputar pada kejadian malam itu, saat ia memakan roti yang mengandung racun. Roti yang seharusnya dimakan oleh kepala pelayan yang bekerja pada hari itu.

"Dari mana saja kalian? Mengapa tidak ada yang berjaga di sekitar!?"

Suara gadis pelayan yang menjadi saksi Lana memakan roti itu kembali terngiang disusul suara prajurit yang menjawab.

"Itu... kami habis beristirahat sebentar sambil makan kue dan minum teh, maaf."

Makan kue? Minum teh!? Itu berada diluar jadwal prajurit  malam itu dan kembali pada narasi novel yang dibacanya... satu-satunya orang paling baik hati dan rajin menawarkan kue serta teh buatannya pada para pelayan serta prajurit adalah...

Hestia.

Sementara itu ucapan Calix kembali terngiang. Beberapa saat lalu Calix juga memberitahu hal lain yang terjadi malam itu saat Lana tak sadarkan diri karena pengaruh racun.

"Saat aku keracunan karena memakan roti, ada seorang pelayan di dapur waktu itu. Apa kau bisa memberitahu padaku identitasnya?"

"Mereka sudah dihabisi."

"Semua yang bekerja di istana itu dihabisi."

Semua...

Semua yang bekerja di istana...

Termasuk kepala pelayan juga.

Artinya seseorang yang ada di depannya ini?

Perempuan itu menoleh dan menegur Lana yang tiba-tiba berhenti. "Yang Mulia, mengapa Anda berhenti? Saya memiliki informasi tentang orang itu. Saya tahu siapa---"

"Bohong!" bantah Lana, perlahan dia mengangkat satu kakinya dan melepaskan sepatu hak berbahan campuran emas yang dipakainya.

"Siapa..." Lana tahu ia tidak boleh sepolos sebelumnya dengan mempercayai orang begitu saja.

"Siapa apanya Yang Mulia?" perempuan itu nampak panik.

"Siapa yang ada di gudang?" Lana bertanya.

"Tidak ada siapa---"

"Bohong!" sekali lagi Lana memotong perkataan perempuan itu dengan tegas.

"Yang Mulia, anda..." Perempuan itu berjalan mendekati Lana, mencoba membela diri dengan air muka panik.

Lana's LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang