33. Část mého

88.1K 7.6K 911
                                    


"Leherku pegal, sakit sekali. Uh..." Gumam Lana yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk memijat leher sendiri kendati beristirahat sampai tiba di pelabuhan.

"Maaf, Yang Mulia," seorang pelayan menyibak tirai kereta kuda yang dinaiki Lana lalu memberitahu. "Sudah saatnya berpindah ke kapal."

Lana mengangguk. "Aku akan keluar." Ujarnya pada perempuan itu kemudian perlahan menuruni dua anak tangga dari kereta kuda dan tertegun ketika mendapati dirinya benar-benar ada di ujung perairan.

"Semua barang-barang sudah di atas kapal, Yang Mulia!" seru seorang prajurit yang sudah berada disana bersama dengan rombongan yang menaikan peti-peti berisi pakaian dan perlengkapan lain ke atas kapal.

Nyali Lana agak teruji ketika menyaksikan deburan ombak keras ditepian pelabuhan bahkan air laut yang naik sampai terciprat ke arahnya. Jujur saja dibandingkan segala hal yang ada di muka bumi, Lana paling takut dengan laut. Bukan, bukan karena dia memiliki phobia atau semacamnya tapi lebih ke arah karena tidak ada yang tahu sedalam apa laut dan apa saja hewan yang ada di dalamnya dan... oh! jangan lupakan airnya yang berwarna biru, walau Lana tahu setiap warna air laut merupakan warna pantulan dari warna langit.

"Anda baik-baik saja, Yang Mulia?" seorang pelayan wanita di sisi Lana nampak khawatir ketika mendapati wajah gadis itu memucat.

"Aku baik-baik saja." Jawab Lana mengangguk. "Berapa lama kita akan sampai?"

"Mungkin delapan sampai dua belas jam, Yang Mulia." Beritahu pelayan tersebut membuat Lana bergidik ngeri.

"Mengapa lama sekali?"

"Sebab tidak ada yang tahu perubahan cuaca yang terjadi di laut nanti, saya hany memberitahu waktu perjalanan terlama sekitar dua belas jam jika terjadi kendala cuaca buruk." Jelas perempuan itu.

Lana yang mengerti menganggukkan kepala lalu mulai naik ke atas kapal melalui tangga khusus dari kayu yang bisa dilipat, perlahan kakinya melangkah hingga tiba diatas kapal berlantai tiga dengan ukuran besar yang sangatttt besar sekali dan tak dapat Lana jelaskan secara rinci seberapa besar kapal tersebut.

Mirip seperti kapal dalam film Titanic, bedanya tidak ada Jack si pelukis tampan disini.

"Yang Mulia, hati-hati!" seru seorang pelayan yang berada tepat di belakangnya ketika mendadak Lana tergelincir kecil karena gugup.

Seruan itu membuat perhatian Yohan yang semula sedang mengobrol dengan kapten kapal beralih pada Lana yang hampir jatuh lagi ke bawah. Untuk sesaat Yohan menangkap ada keresahan yang tergambar jelas dalam ekspresi wajah Lana, mmmm... mungkin gadis itu tidak suka laut?

"Jadi, bagaimana?" Yohan kembali meletakkan fokusnya pada kapten kapal dan bertanya. "Ada perkiraan cuaca buruk?"

"Tidak ada, Yang Mulia. Sejauh mata memandang langit hari ini sangat cerah sehingga saya cukup yakin anda dan rombongan bisa sampai di Everland hanya dalam waktu delapan jam." Ujarnya.

Yohan mengangguk dengan ekspresi dingin disertai tatapan menusuk seolah mengancam pria yang menjadi kapten kapal ini. "Kupegang kata-katamu." Ucapnya menekankan setiap kata yang keluar dari mulut dan sukses membuat seluruh tubuh pria itu merinding.

"T-tentu saja, Yang Mulia." Dia mengangguk lalu membungkuk hormat pada Yohan ketika pria itu turun dari tempat kemudi kapal dan bergabung ke tengah.

Ini akan jadi perjalanan panjang bagi Lana yang tidak suka melihat laut. Alhasil seorang awak kapal menyarankan Lana untuk turun ke lantai dua dan beristirahat di salah satu kamar dari banyaknya kamar yang tersedia.

"Kau yakin kita akan sampai tujuan tanpa kendala?" Lana bertanya pada awak kapal berjenis kelamin laki-laki itu.

Dia bingung bagaimana menjelaskannya sementara Lana masih menanti kepastian jelas. "Kami akan memaksimalkan keamanan anda dan rombongan, Yang Mulia."

Lana's LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang