7. Tak ada jalan kembali

119K 9.5K 376
                                    

"Aku merasa tidak nyaman." Ujar Lana mengaku saat ditanyai alasannya meminta perceraian beberapa menit lalu.

Yohan ada di hadapannya dengan sorot mata memicing penuh penilaian. Walau tak ada ekspresi ketara yang ditunjukan namun Lana tahu pria itu sedang marah.

"Kau sebut itu sebuah alasan?" sahut Yohan membalas nampak satu alisnya naik, menandakan dia sangat ingin tahu jawaban sebenarnya dari Lana.

"Kau akan berselingkuh, m-maksudku..." Lana meringis, ia tak seharusnya seterang-terangan tadi. "Aku tidak berguna, itu sebabnya."

Yohan menghela nafas. "Kita baru menikah tapi kau minta bercerai tanpa alasan logis."

"Alasanku logis!" seru Lana membela diri.

"Tidak logis." Bantah Yohan tenang.

"Lagipula nanti..."

"Apa?" celetuk Yohan sedikit meninggikan intonasinya.

Lana menggeleng. "Jangan menatapku dengan pandangan galak seperti itu." Ucapnya mulai menunduk.

"Ada apa denganmu, Permaisuri?"

"Aku tidak akan pernah memiliki keturunan."

Dahi Yohan berkerut penuh tanda tangan. Yang barusan dikatakan Lana itu pasti sebuah candaan lain, kan?

"Apa maksudmu?" Yohan bertanya sebab semakin lama semakin timbul spekulasi mengerikan dalam kepalanya.

"Aku mandul." Perjelas Lana namun Yohan sama sekali tidak terlihat syok bahkan ekspresi wajahnya tetap datar.

"Lalu?" respon yang pria itu berikan setelah dua menit hening.

"Bercerai...?" Lana agak ragu mengajukannya kali ini sebab Yohan benar-benar lebih mirip batin berbentuk manusia sebab tak ekspresif sedikitpun.

"Istirahatlah malam ini, besok kau sudah harus beraktifitas seperti biasa." Ucap Yohan mengabaikan perkataan Lana kemudian berbalik dan pergi meninggalkan kamar gadis itu.

"Lho?" Lana berkedip heran, "dia mengabaikanku? begitu saja?"

Lana tak habis pikir setelah Yohan meninggalkannya tanpa ada kepedulian sedikitpun bahkan ucapannya sama sekali tidak lelaki itu pertimbangkan alhasil daripada terus merasa gelisah Lana memutuskan untuk tidur.

Malam terasa berjalan singkat, tahu-tahu ketika membuka mata sinar matahari sudah mencapai seluruh penjuru kamar. Lana tahu ia pasti kesiangan ditambah lagi pelayan telah menyiapkan gaun untuk dipakainya hari ini.

"Anda sudah bangun, Yang Mulia?"

"Ngh... y-ya,"  jawab Lana lirih.

"Cepat bantu Yang Mulia menuju kolam pemandian--".

"Tidak, tidak!" tolak Lana cepat, "aku... aku ingin mandi sendiri."

"Anda yakin?" pelayan wanita itu tersenyum lembut ke arahnya.

"Sangat yakin." Lana menjawab tegas lalu mereka berpamitan meninggalkan ruang kamarnya secara bersamaan.

Sementara itu Yohan yang telah bersiap sejak tadi menyempatkan diri mampir ke kamar Lana, sekedar untuk memastikan apakah Permaisuri Kekaisarannya itu sudah siap atau belum.

Namun bukannya menemukan Lana, Yohan justru mendapati barisan beberapa pelayan yang menunggu tepat diluar pintu kamar gadis itu.

"Yang Mulia Kaisar, saya memberi hormat." Ucap salah satu dari yang lain mewakili.

"Permaisuri?" satu pertanyaan itu segera dijawab oleh mereka.

"Beliau sedang mandi, beliau meminta mandi sendiri." Ucapnya menjelaskan.

Lana's LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang