13. Permaisuri Harus Dihukum

101K 8.2K 649
                                    


"BERI KAMI KEADILAN!"

"PERMAISURI HARUS DIHUKUM!"

"KAMI MENUNTUT KEADILAN!!!"

Dari balkon istana Lana menyaksikan keributan masyarakat dindepan gerbang kerajaan. Mereka semua nampak dipenuhi amarah sambil menyebut-nyebut gelar yang disandangnya.

Oh ayolah, Lana bahkan belum sempat cuci muka. Jangankan cuci muka, sekedar merapihkan rambut saja belum ketika Ibu Suri memintanya segera datang ke balkon sekarang juga.

"Ibu..." Lana mendekat pada Yurisia. "Apa yang terjadi?" tampak wajah beserta rambutnya yang mengembang seperti roti baru mata membuat Lana persis seperti gelandangan.

Yurisia meringis. "Setidaknya sisirlah rambutmu terlebih dahulu, Permaisuri."

"Ah, maafkan aku." Refleks Lana memegang rambutnya sendiri lalu melangkah mundur dari Yurisia dan kembali menatap keributan jauh di depan sana.

Lana mendekat pada seorang pelayan dan berbisik. "Bisa tolong ambilkan aku sisir?"

"Baik Yang Mulia, saya segera ambil." Ucap pelayan itu merespon lalu pergi setelah membungkuk hormat terlebih dahulu.

"Yang Mulia..."

"Perdana Menteri?" Yurisia nampak terkejut akan kedatangan laki-laki berumur empat puluh lima tahun itu. "Anda sampai datang kemari pagi-pagi, saya minta maaf."

"Tidak masalah. Sebagai Perdana Menteri saya terbiasa dengan jam-jam kerja mendadak seperti ini." Jawabnya pada Yurisia kemudian menjatuhkan tatapannya pada Lana dan membungkuk. "Memberi salam pada Permaisuri."

"Saya Damian Hulster, Perdana Menteri yang dipercayai oleh Yang Mulia Kaisar. Anda mungkin belum sempat bertemu saya karena kebetulan saya baru kembali dari Benua sebelah." Ucapnya memperkenalkan diri pada Lana dengan sangat sopan.

Lana menatap pria itu dengan kikuk. Bingung harus memberi respon seperti apa karena dari Novel yang dibacanya tak ada satupun etika yang tercantum ke dalam kepalanya. Padahal ada bagian dimana Hestia diminta oleh Yohan mengikuti kelas etika Kerajaan namun tetap saja Lana tidak ingat karena sengaja melewati bagian yang dianggapnya membosankan itu setiap kali membaca.

"Se-senang bertemu Anda, Perdana Menteri." Ujar Lana kaku persis kanebo kering yang terjemur selama seminggu dibawah terik sinar matahari.

Perdana Menteri Damian mengangguk atas respon Lana, tujuannya datang pagi-pagi sekali dari kediamannya untuk membahas hal yang diributkan oleh masyarakat.

"Dimana Kaisar?" tanyanya pada Lana.

"Kaisar---"

"Yang Mulia sedang bersiap." Potong Yurisia cepat. "Tunggu sebentar lagi, dia akan datang."

"Baiklah. Mari langsung ke ruang pertemuan, ada hal penting yang harus saya katakan pada Anda sekalian terutama Permaisuri." Perdana Menteri Damian bergegas menuju ruangan yang dimaksud disusul Yurisia dan Lana di barisan paling belakang. Gadis itu lebih suka mengekor daripada berjalan disisi orang lain.

Merasa seseorang memperhatikannya, Lana menoleh cepat ke arah belakang dan sekilas mendapati ada seseorang yang sembunyi dibalik salah satu tiang penyangga bangunan istana namun sayangnya Lana tidak bisa mengecek sendiri ke sana karena ia harus ikut bersama Perdana Menteri ke ruang pertemuan.

"Yang Mulia," Perdana Menteri Damian berbicara sambil menatap Yurisia. "Apa Anda tahu sebelumnya jika kemarin terjadi aksi penyerangan dalam acara pesta yang diadakan oleh sekelompok masyarakat untuk Permaisuri?"

"Penyerangan?" dahi Yurisia berkerut cukup dalam. "Aku tidak mendengar sama sekali tentang itu. Bukankah masih berada di halaman istana? Bagaimana bisa terjadi penyerangan dalam pesta?"

Lana's LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang