11. Tidur

107K 8.5K 276
                                    

"Apa yang terjadi pada kakimu, Yang Mulia?" Yurisia bertanya saat menyadari cara Lana berjalan cukup aneh ketika gadis itu menuju meja makan untuk makan malam bersama.

"Aku terja---"

"Karena semalam." Yohan memotong perkataan Lana sebelum gadis itu sempat melengkapinya. Sengaja ia membuat sang ibu salah paham daripada harus tahu tentang insiden pagi tadi yang memang ia sembunyikan bahkan para saksi dan korban telah Yohan suap dengan uang tutup mulut.

"Semalam?" dahi Lana mengernyit mengulang ucapan Yohan barusan, "kenapa  semalam...?" rupanya dia tidak mengerti maksud dari perkataan pria itu.

Pandangannya lalu jatuh pada Yurisia yang nampak tersenyum sampai wajahnya bersemu merah seolah merasa sangat senang sekali karena kalimat itu.

'Karena semalam' berulang kali Lana ucapkan dalam hati hingga akhirnya ia mendapat makna tersurat yang tersembunyi dibalik kalimat itu.

Ketika tahu maksud 'karena semalam' mengarah ke berhubungan, Lana melotot ke arah Yohan yang duduk disebelahnya tapi sebelum sempat melayangkan protes lututnya lebih dulu disenggol oleh pria itu.

Sontak mata melotot Lana lenyap seketika terganti menjadi ekspresi menahan nyeri pada bagian tengah lututnya mengingat luka yang tercipta sampai kulit mengelupas.

"Yang Mulia, aku senang mendengar hubungan kalian semakin dekat terlebih lagi secepatnya bila perlu keluarga kerajaan mengumumkan soal pewaris--"

"UHUKK!!!" Lana yang sedang minum tersedak seketika begitu mendengar ucapan Yurisia sampai ia terbatuk-batuk parah.

"Minum perlahan, Permaisuri." Decak Yurisia menegur.

Dengan sigap seseorang menepuk-nepuk lembut punggung Lana tapi bukan Yohan melainkan Hestia. Kedatangan gadis itu cukup mencuri perhatian terutamanya perhatian Yurisia yang langsung tertuju ke arahnya setelah melihat masing-masing pergelangan tangan Hestia di perban dan nampak ada bercak darah dibaliknya.

"Apa yang terjadi pada tanganmu?"

Mendapat pertanyaan itu, Hestia segera menarik tangannya untuk disembunyikan dibalik punggung dan menjawab. "Saya baik-baik saja, Ibu Suri."

"Berhati-hatilah." Sahut Yurisia empati.

Persis seperti tipikal female lead yang tegar dan tak gampang goyah karena luka kecil, Hestia masih sempat memamerkan senyum manisnya pada semua orang. Lana yang melihat itu hanya mampu menggelengkan kepala tak habis pikir sementara Yohan nampak tak menoleh sama sekali padahal seharusnya sudah ada cukup banyak interaksi diantara mereka.

Lana harus bagaimana menghadapi hidup monotonnya ditempat ini? Ia tak harus melakukan apa-apa karena sudah ada Hestia yang akan melakukan segalanya seperti dalam alur cerita.

"Omong-omong..." Yohan berhenti makan, tatapannya mengarah pada Yurisia dan nampak cukup tajam tak seperti biasanya.

"Bagaimana penyelidikan yang kuminta padamu waktu itu, Bu?"

Lana menyimak percakapan keduanya.

Yurisia tersenyum lembut. "Itu pasti hanya salah paham, Yang Mulia. Kebetulan saja Permaisuri makan makanan mengandung racun atau mungkin rotinya sudah basi dan--"

"Ibu tak melakukannya?" potong Yohan bertanya.

"Permaisuri baik-baik saja. Dia masih sehat, kan? Mengapa kau begitu mempermasalahkan kejadian lama, Yang Mulia?"

"Masalahnya adalah roti beracun itu tak ditujukan pada Permaisuri." Ucap Yohan sambil mengingat kronologi hari itu dari seorang pelayan yang bersaksi. "Dan aku juga yakin seseorang yang meletakkan racun di dalam sana tidak ikut mati saat penghukuman."

Lana's LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang