5. Permaisuri

132K 10.1K 427
                                    

"Ini tidak beracunkan?" tanya Lana pada seorang pelayan yang menawarkan beberapa jenis roti kering padanya.

Pelayan itu mengerutkan dahinya bingung sesaat lalu menjawab Lana, "bagaimana mungkin makanan istana bisa beracun?"

Setelah memandangi roti ditangannya cukup lama dengan penuh keraguan akhirnya Lana memberanikan diri untuk langsung memakannya dalam dua gigitan besar, mengunyahnya cepat lalu menelannya.

Masih ada setengah potong lagi yang dipegang oleh tangannya namun sensasi panas terbakar seolah habis menelan bara api membara mendadak muncul di lehernya.

"Yang Mulia?" pelayan wanita tadi sontak menjadi panik saat Lana perlahan meluruh berjongkok di lantai. "Yang Mulia! Anda baik-baik saja?"

"UGH..." Lana berusaha meneguk ludah guna membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering dan menyakitkan namun tindakan itu tak dapat mengubah apapun.

"Yang Mulia katakan sesuatu!" sentak pelayan tersebut makin panik. "Penjaga! Penjaga tolong!" dia mulai berteriak ke sekitar meminta bantuan pada prajurit istana yang seharusnya berada di dekat sini.

"A-air..." lirih Lana tersendat-sendat, dia terduduk di lantai sekarang dan pelayan wanita itu bergegas membawakannya satu teko air lalu meminumkannya ke Lana.

Gulp...

Lana meneguk air tersebut tetapi bukannya sensasi terbakar tadi panas yang terjadi justru sebaliknya. Kesakitan Lana pada tenggorokannya semakin panas, kini dia merasa seperti baru saja menelan bongkahan silet tajam.

"PENJAGAA TOLONG!" pelayan wanita itu teriak lagi.

Lana merasakan tubuhnya panas dingin lalu menatap ke arah sisa roti dalam genggaman tangannya. Tiba-tiba dia teringat bagaimana Hestia menjadi pahlawan bagi kepala pelayan wanita yang tidak sengaja memakan roti beracun. Entah bagaimana tetapi Hestia memiliki campuran herbal yang dapat menetralisir racun dan menyelamatkan kepala pelayan wanita tersebut.

Tetapi, kini Lana rasa dia telah memakan roti yang seharusnya dimakan oleh kepala pelayan dan membuat dirinya terkena kesialan mengonsumsi racun. Padahal dia baru saja memastikan kalau roti yang hendak dimakannya tidak beracun.

"Siapapun tolong! Tolong Yang Muliaaaa!" jeritan pelayan wanita itu semakin menjadi tetapi entah mengapa tidak ada yang datang untuk menolong Lana.

"Ngh..." Lana melenguh pelan dalam rengkuhan wanita itu.

"Anda ingin mengatakan sesuatu, Yang Mulia? Anda ingin bilang apa?"

"B-baru..." Lana meneguk ludah susah payah bersamaan dengan itu pandangannya mulai mengabur. "B-baru... login m-masa logout."

"Hah?" beo wanita itu kebingungan.

Tak lama setelah berucap demikian Lana kehilangan kesadaran sepenuhnya. Barulah kemudian seorang prajurit datang tergesa ke arah dapur dengan mulut penuh biskuit.

"Apa yang terjadi!?" tanyanya sembari menggendong Lana.

Pelayan wanita itu menatap kesal ke arah prajurit tersebut. "Dari mana saja kalian? Mengapa tidak ada yang berjaga disekitar!?"

"Itu... kami habis beristirahat sebentar sambil makan kue dan minum teh, maaf." Sesalnya sedikit menunduk lalu bergegas membawa Lana pergi.

"Kalian makan kue!?"

"Pelayan remaja itu menawarkannya pada kami." Jawab prajurit tersebut.

Keduanya bergegas membawa Lana ke kamar terdekat lalu mengabari petinggi istana terutama Yohan yang baru selesai berpakaian sehabis mandi.

Lana's LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang