Seorang anak remaja berusia 16 tahun sedang duduk di halte bus menunggu jemputan nya, anak laki" itu menggoyang-goyangkan kakinya. Gwey yang melihat anaknya dari seberang pun tersenyum.
Ia teringat, dulu kebiasaannya sama seperti itu, lucu nya ternyata itu menurun ke anaknya.
"Sayang, udah lama nunggu nya?"
"Enggak kok Ma" Gean mendongak ketika Mama nya berdiri di depannya.
"Kok tumben nunggu disini, biasanya main di lapangan sebelah sana sama teman² kamu"
"Gapapa" Gean berdiri dan masuk ke dalam mobil.
Gwey menyusul masuk dan memperhatikan anaknya itu, "kenapa sih? Bilangnya gapapa tapi muka nya cemberut gitu" Gwey mulai menjalankan mobilnya.
"Gean pengen belajar main basket"
"Bagus dong, Mama setuju aja. Apa perlu Mama sewain guru private buat ajarin Gean basket?"
Gean menggeleng, "Gean pengen belajar main basket sama Papa Ma, kayak teman² Gean yang lain"
Gwey menghela nafas, "main sama Kakek mau gak? Besok udah mulai liburan kan? Kita ke rumah Kakek dan Nenek"
"Kenapa sih Mama selalu aja alihin topik pembicaraan kalo Gean lagi bahas Papa, seenggaknya kasih tau Gean wajah Papa kayak gimana Ma"
'kalo kamu bercermin, kamu bisa lihat wajah Papa mu itu, kamu mirip sama Papa mu Gean' Gwey hanya mampu berucap dalam hati, memang benar, semakin beranjak dewasa, Gean sangat mirip dengan Papanya, yaitu Jaehyuk.
Setibanya di rumah, Gean langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah, Gwey hanya bisa menghela nafas, ia bisa memaklumi beberapa kali sifat Gean yang seperti ini, mungkin dia sangat ingin bertemu Papa nya.
Gwey membuka pintu kamar Gean dan melihat anak lelakinya itu sedang tengkurap dan menyembunyikan wajahnya diatas bantal, "packing barang bawaan yang pengen kamu bawa besok ke rumah Kakek dan Nenek, biar bibi yang bantu kalo kamu gamau Mama yang bantuin" Gwey mengusap kepala Gean dan pergi meninggalkan anak itu sendiri di kamarnya.
"Bi, tolong bantu Gean packing bajunya ya, dia gamau kalo sama saya"
"Den Gean kenapa nyonya?" Tanya bibi yang juga melihat Gean naik ke kamarnya dengan wajah masam.
"Biasa, dia nanyain Papa nya lagi"
"Apa nyonya gamau mempertemukan den Gean sama Papa nya saja? Maaf kalau saya lancang"
Gwey sebenarnya tidak menceritakan detail tentang kehidupannya, meski bibi sudah membantunya merawar Gean dari kecil hingga remaja, Gwey tidak bisa menceritakan masalah pribadinya ke sembarang orang, apalagi itu adalah hal yang sensitif baginya.
"Belum saatnya" Gwey melenggang pergi ke kamarnya sendiri.
Ia duduk di ranjangnya, tiba² air mata nya mengalir mengingat begitu banyak hal yang ia lalui sendiri selama merawat Gean, dari mengandung hingga membesarkannya hingga sekarang, ia lakukan sendiri.
Flashback on
Gwey terbangun dari tidurnya karena merasa mual. Dari 2 hari ini, dia merasakan hal yang aneh pada tubuhnya. Ia sering mual dan pusing.
"Gwey, mual lagi?"
Gwey mengangguk kala ibunya masuk ke dalam kamarnya, "perut Gwey sakit bu"
"Besok kita ke dokter aja ya, takutnya ada penyakit yang parah" Gwey hanya mengangguk lemas.
Keesokan nya, Gwey di antar oleh Ayah dan Ibunya ke rumah sakit. Setelah dokter memeriksa kondisi Gwey, dokter pun duduk di depan Ayah dan Ibu Gwey.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE OTHER SIDE 2 | TREASURE
FanfictionKelanjutan dari book The other side yang pertama dan beberapa flashback cerita di masalalu. Happy reading ❤️ ⚠️kata-kata kasar ⚠️Adegan kekerasan