Teater 51

24.4K 2.5K 105
                                    

Saegar melihat jarum jam dinding yang terus bergerak menunjukkan angka satu, ini sudah tengah malam, namun dia betah memandangi Helia yang tertidur pulas di depannya.

Telfonnya berdering, Saegar mengangkat telfon tersebut dengan tenang, terdengar suara perempuan yang tengah berbicara dengannya.

"Makasih lo udah bantuin gue"

"Hm"

"Gue pastiin dia gak bakal bisa kemana-mana"

Saegar mendengus, kemudian menutup telfon singkat tersebut, dia kini membuka sebuah chat singkat, isi teks tersebut singkat, hanya ucapan untuk segera membawa Helia pergi jauh.

Saegar bergerak menggendong Helia yang telah dia beri obat bius, cewek itu tidak akan sadar dalam waktu lama.

Bibir Saegar menyunggingkan senyum manis meninggalkan area rumah sakit sambil membawa Helia yang masih tertidur nyaman.

Cowok itu menaiki mobil hitam yang telah terparkir di depan gedung rumah sakit, lantas mulai bergerak berjalan manjauhi area rumah sakit.

Galang yang baru saja sampai melihat heran, dari kejauhan dia sudah melihat Saegar yang menggendong Helia. Dia kesini ingin meminta pertanggungjawaban atas mobilnya.

"Mas, kok bengong? Saya belum di bayar"

Galang menoleh ke arah tulang ojek online di sampingnya, mobilnya rusak parah sehingga sementara waktu dia harus naik ojek atau taksi.

Dengan segera Galang membayar ongkos ojek tersebut, lalu bergegas memasuki area rumah sakit, siapa tau dia bisa bertemu Agaris untuk minta ganti rugi??
________________________

Agaris berdecak kesal untuk kesekian kalinya, dia menatap Sagara yang duduk di depannya dengan tenang.

"Lo ngalah dong, gue mau menang!!"

"Gue juga mau menang" sahut Sagara lempeng, dia menatap sang kembaran dengan tatapan datar.

Sontak saja Agaris kembali berdecak kesal, dia menendang meja di depannya yang membuat seluruh catur roboh, "gue gak mau main lagi, mending gue jengukin guk guk"

Sagara tidak salah dengar kan? Barusan Agaris mengongong di depannya "anjing? Sejak kapan lo punya anjing??"

Agaris melotot, "bukan anjing, itu panggilan sayang gue buat Helia, manis, guk guk.." dia tersenyum-senyum sendiri membicarakan itu membuat Sagara yang melihatnya menjadi mual.

"Gue pergi dulu" ujar Agaris meraih jaket hitam yang terlampir di kursi.

"Tapi ini udah malem banget" Sagara melirik jam dinding, "kenapa gak besok pagi aja?"

"Gue gak mau kalah start dari yang lain, gue kan rajanya"

"Sejak kapan raja alay?"

Agaris kembali melototi kembarannya, "gue gak alay congek!"

Sagara mengangkat bahu acuh tak acuh, tidak peduli pada pelototan saudaranya, dia kembali merapikan bidak catur yang berjatuhan "ayo main lagi, gue butuh teman malam ini"

Tumben sekali, Agaris kembali duduk di kursi, dia memandang Sagara bingung "Lo putus cinta?"

"Gak"

"Terus kenapa lo kayak gini? Tumben banget?" Ujar Agaris pelan, dia kemudian melotot sambil menepuk meja "Lo punya penyakit? Hidup lo gak lama lagi? Jadi lo mau berduaan aja sama gue? Ngabisin sisa hidup lo?"

Sagara menoleh pada Agaris dengan pandangan malas, "gila" gumamya kesal.

"Habisnya, biasanya kan Lo paling gak suka kalau di ganggu, terutama sama saudara sendiri yang menurut Lo alay"

Teater (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang