ADIK KAKAK

129 49 52
                                    

Suatu malam terjadi pembantaian yang dilakukan oleh warga desa itu sendiri, yang dihabisi adalah mereka yang mempunyai kekuatan karena dianggap membawa kesialan, satu persatu masyarakat yang diincar pun dibunuh secara diam-diam sehingga tak sempat mengeluarkan kekuatan untuk melindungi diri, dewi malam bersinar terang kala itu layaknya memberi indurasmi pada pembunuh tapi kita tak tahu bagaimana perasaan dewi malam yang sebenarnya mungkinkah dia mengeluarkan cahaya karena ingin menyambut roh-roh yang dibunuh secara kejam.

Di suatu rumah terdapat dua orang anak dan suami istri sedang terlelap dalam mimpi tiba-tiba suara pintu ditendang pun terdengar dan membuat penghuni di dalamnya bangun tentunya tak akan sempat untuk mengeluarkan kekuatan karena kondisi mereka lemah sebab roh baru saja singgah dalam sarangnya.

Dengan segera kedua orang tua menghampiri anak mereka yang berada di beda ruangan untungnya sempat mereka memeluk buah hati hingga akhirnya harus tertembak demi melindungi, air mata kedua anak itu mengalir deras senjata dari tadi menodong keduanya dan jika pelatuk ditarik maka tamatlah riwayat, namun entah kenapa tiba-tiba terasa hawa yang tak enak tangan terasa berat untuk menarik pelatuk dan tak disangka mata  langsung membelalak karena jiwa Mereka duluan lah yang harus pergi.

Sebab entah dari mana asalnya api telah membakar orang-orang jahat dan kedua anak pun selamat, malam dihiasi dengan tangisan ditinggalkan orang tersayang karena memiliki kekuatan padahal mereka tidak pernah sekalipun menggunakannya dalam kemungkaran hanya saja banyak insan beranggapan bahwa kekuatan yang ada dalam diri mereka yang menjadi penyebab sialnya desa.

Tapi menurut kedua anak itu tak ada hubungannya antara sial dan kekuatan.

Keesokan harinya sang adik kakak mengubur mayit orang tua dengan sembunyi-sembunyi karena takut jika lainnya tahu akan hal ini mungkin saja kuburannya akan dibongkar kembali, pagi itu pun semua orang yang memiliki kekuatan telah lenyap.

Ternyata rumah mereka yang diincar paling terakhir dan di serbu ramai-ramai dalam shyam, tak semua orang terbakar sehingga pagi ini tersebar rasa ketakutan untuk menemani kedua anak malang, tak ada yang berani mendekat karena takut kesialan menimpa juga terbakar.

Keduanya tinggal di desa tanpa adanya perhatian tak ada yang ingin mendekati sungguh sakit yang benar-benar nyata keduanya butuh teman karena makhluk sosial tapi yang lainnya tak ingin mendekati mereka berdua karena larangan dari orang tua.

Wajah tertekan dan air mata yang menjadi sahabat, kesendirian kesepian, keteguhan hati, menjadi makanan setiap hari.

Keduanya bisa bertahan hidup karena salah satu dari mereka mempunyai kekuatan yang dapat bersahabat dengan alam, hingga ketika lapar cukuplah sentuhan tangan ajaib yang diarahkan ke pohon lalu buah dengan waktu yang cepat menjadi matang dan terjatuh dengan sendirinya, tapi kenikmatan yang seperti itu tak mengundang harsa karena sebaik apapun keadaan jikalau tanpa kasih sayang maka apalah artinya hidup lebih baik hidup dengan kekurangan tapi penuh cinta, namun tidak untuk dua-duanya baik kenikmatan juga kasih sayang.

Mereka hanya bisa menikmati buah-buahan tapi tak bisa menikmati makanan yang dimasak oleh sang ibu dan juga tak bisa merasakan kasih sayang baik dari orang tua maupun orang di luar sana.

Kecemburuan menjadi salah satu penyebab jendela jiwa basah, ketika yang lainnya bermain mereka ditinggalkan, ketika waktu main habis maka orang tua lah yang mengingatkan.

keduanya tak mempunyai semua itu semenjak masyarakat di desa ini beranggapan bahwa yang mempunyai kekuatan lah menjadi penyebab sialnya desa, keduanya hanya berdiam tinggal di dalam rumah tanpa ada yang mengurus keluar hanya untuk mencari makanan dari pohon dan tumbuhan yang lainnya.

Sebenarnya di umur belia masih harus melatih kekuatan karena takut tak bisa mengendalikan kekuatannya secara penuh, takut disalah gunakan, tapi siapa yang akan melatih bukankah mereka sendirian dan bukankah tak tersisa seorang pun di desa ini yang punya kekuatan.

Entah bagaimana nasib mereka akankah dibawa kepada kebaikan, mengubur dendam dalam-dalam dan berusaha keras untuk menjelaskan bahwa penyebab kesialan bukanlah dari orang yang punya kekuatan, ataukah akan di kelilingi kebencian mempunyai dendam yang takkan pernah padam dan akan membalas masyarakat desa ini ketika sudah besar nanti.

Suatu hari ketika sedang mencari makanan tiba-tiba datang seseorang memakai topeng yang aneh dan mengajak mereka untuk mengikutinya, dirawat olehnya dan dia juga menawarkan akan membantu keduanya untuk balas dendam pada semua orang.

Sebenarnya bisa saja keduanya membalas, membunuh semua orang dalam sekejap tapi mereka ingat akan pesan dari kedua orang tua

"Kalian harus buat baik dalam segala keadaan dan jangan pernah balas dendam karena kalau balas dendam masalah nggak akan selesai"

Karena itulah pria bertopeng tadi datang pada mereka untuk memunculkan api dendam dalam diri yang tak boleh padam dan dilatih menjadi kuat agar bisa melawan seluruh desa dan menjadi penguasa, keduanya terbelalak mendengar ajakan untungnya anak-anak malang ini memilih tetap nasihat orang tua.

Dan tak mau kalah pria bertopeng tadi terus membujuk hingga akhirnya muncullah sedikit api dendam dalam diri si adik namun sang kakak terus mengajak pada kebaikan sehingga api yang muncul kian padam, tentu lisan orang dewasa telah terlatih untuk membujuk anak-anak yang tersakiti agar mereka mengikuti perintahnya, sayang si adik lebih memilih ikut pria bertopeng walau sang kakak terus membujuk sampai mereka berdua berkelahi sedang pria bertopeng menonton dengan senangnya perkelahian antara saudara.

Perkelahian terus lanjut hingga kedua tubuh mengalami luka-luka yang parah dan tak sanggup untuk berdiri lagi bahkan tak tersadarkan diri, pada saat itulah kesempatan besar bagi pria bertopeng untuk mengambil sanubari sang adik yang sedang lengah dengan menghampirinya lalu mengelus rambut layaknya memberi kasih sayang.

"Kalau sama aku kamu nggak akan pernah kesakitan kayak gini, pasti bakal bahagia dan ngelakuin apa yang kamu mau tanpa ada yang bisa nyegah karena kamu akan dilatih jadi kuat" ucap pria bertopeng

Sang adik membalas hangat dengan dekapan kasih sayang pada pria yang terlihat baik tapi memiliki kalbu hitam, wajar jika anak 5 tahun mudah dibujuk dengan kasih sayang karena di saat inilah mereka membutuhkannya.

Pria bertopeng membawa pergi adik sedang kakak melihat dengan kelemahan dan tak bisa apa-apa walau sebenarnya ingin mencegah saudara tercinta untuk tidak ikut bersamanya.

Luka yang kejam membuat dirinya semakin tak berdaya dan harus terlelap dalam kegelapan.

PANGERAN ALAM [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang