DIA MENGANGGAPKU MUSUH

64 36 38
                                    

Suara tawaan semakin besar sehingga rasa merinding semakin kuat dan bulu kuduk berdiri dengan kokohnya, sebagian dari mereka ada yang berlari ada juga yang diam karena rasa penasaran, salah satu yang berdiam yaitu Pangeran sebab sangat ingin tahu sekali siapa yang melempar pisau.

Setelah diselidiki ternyata asal suara tawaan tak jauh dari sana, terus diam menunggu seorang muncul dari persembunyian.

Benar saja muncullah seorang anak kecil berjalan dengan angkuh seakan-akan dialah yang menguasai tempat, wajahnya pun terlihat sombong bahkan membusungkan dada, tapi entah karena apa ia melakukan hal itu.

"Hai anak-anak lagi ngapain nih"

Dapat ditangkap dari cara bicaranya bahwa dia adalah orang kota yang sombong, semua orang membiarkan menunjukkan tampilan megahnya.

"Ngapain mainan kayak ginian gak ada guna, ketinggalan zaman lagi, zaman sekarang tuh mainnya bukan kayak kalian ini" teriaknya

Sahabat Pangeran ada yang ingin menghajar namun segera dicegah karena jika hal ini terjadi maka suasana akan kacau.

"Udah biarin aja jangan kita ladenin" cegah Pangeran

"Kenapa, maju sini kalau berani" tantang orang sombong

"Jangan ke pancing tahan marahnya" Pangeran berusaha menyabarkan sahabatnya yang sudah tak tahan.

"Ya udahlah kita tinggalin aja dia kita main tempat lain" kata salah satu dari sahabat

Akhirnya mereka meninggalkan orang sombong, lalu pergi ke tempat lain.

Tak terima dibiarkan, orang sombong tadi semakin marah karena tak dianggap keberadaannya, tak tau apa mau orang sombong itu jikalau diladeni pasti semakin menjadi-jadi dan tak teladani pun semakin marah, keadaan seperti inilah yang membuat banyak orang tak tahan karena selalu dalam kesalahan ketika bertindak.

"Hey kok kalian nggak ngehargain aku sih, dasar orang desa" teriaknya lagi

Namun tak ada yang merespon kata-kata orang sombong tadi, sehingga semakin marah layaknya orang gila, sedang orang-orang meninggalkannya sendirian.

Ketika ditinggal sendirian Pangeran menengok ke belakang terlihat orang tadi seperti sedang menangis, sepertinya dia selalu merasa kesepian semua terlihat dari sikapnya, Pangeran paham bahwa apa yang diperbuat adalah salah satu cara mendapat perhatian dari orang lain dan juga caranya untuk mendapatkan teman.

"Stop dulu, gimana kalau misalkan kita ajak orang tadi main" ajak Pangeran

Semuanya bingung dengan ajakan Pangeran tadi dia menyuruh sahabat-sahabat untuk membiarkannya saja tapi kali ini malah mengajak semua untuk bermain.

"Kenapa Pangeran kok kamu tiba-tiba ngajak main dia, kan dia jelek-jelekin kita" kata salah satu sahabat

"Kalian lihat deh dia kayaknya kesepian banget" ujar Pangeran

Apa boleh buat sahabat-sahabat mengikuti apa kata Pangeran karena dia terkenal bijaksana dalam mengambil keputusan, segera salah satu diantara mereka menjerit memanggil orang sombong tadi.

"Hai mau main sama kita nggak!" dengan mengangkat tangannya

Orang tadi yang sedari tadi memandang ke bawah kini wajahnya mendongak dan terlihat bahagia, ia tersenyum dan menghampiri.

Benar apa kata Pangeran anak kecil sombong itu bahagia ketika diajak main dan yang lainnya pun mulai paham perbuatannya tadi adalah salah satu caranya untuk bergabung dalam persahabatan.

Terlihat semangat menghampiri, berlari sekencang mungkin agar cepat bergabung dalam persahabatan, benar saja sesampainya dia langsung menangis bahagia.

"Terima kasih semuanya izin aku buat main dan jadi sahabat kalian" pintanya dengan semangat

Semuanya tersenyum gembira menyambut hangat sahabat baru walau dengan cara yang tak biasa dia ingin bergabung.

"Maafin aku tadi ya" kini maaf sebagai pengawal pembicaraan dalam persahabatan

"Santai aja kita paham kok kenapa kamu lakuin itu semua" jawab Pangeran

"Yaudah jalau gitu kamu sekarang jadi sahabat kami"

Anak kecil sombong tadi tertawa keras, entah bagaimana bahagianya sehingga yang berada disana harus menutup telinga.

"Kenalin nama aku BIMO" sambil dia mengulurkan tangan pada yang lainnya dan mulai berkenalan satu per satu.

Lalu bermain dengan sangat gembira, canda tawa teralir untuk setiap orang karena asyiknya permainan juga eratnya persahabatan.

Semua terhenti sebab hari sudah mulai sore dan mengharuskan untuk pulang karena jika tidak amukan lah yang akan menjadi santapan

Ketika semua bubar Pangeran merasa heran dengan Bimo, ia berjalan seperti tak berarah, karena hal tersebut mencurigakan akhirnya Pangeran mengikuti kemana Bimo pergi.

Benar saja ternyata anak yang tadi sombong itu pergi ke tempat yang tak nyaman untuk tinggal tapi bukan sebuah rumah melainkan tempat yang yang dingin tanpa bertiang maupun atap, ya menyatu dengan alam meskipun di dekat banyak rumah.

Karena rasa kasihan Pangeran menghampiri Bimo.

"Hai Bimo"

Kaget mendengarnya dan juga heran kenapa Pangeran bisa tahu dia berada di sini, namun pertanyaan itu tidak dilontarkan.

"Kenapa kamu disini" tanya Pangeran

"Aku memang tinggal disini"

"Bukannya kamu dari kota ya?"

Sedikit terpanjat Bimo karena kenapa lagi lagi dia bisa tau, tapi percuma saja untuk sekarang jikalau disembunyikan pasti dia terus memaksa untuk mengaku.

"Yah aku memang dari kota"

"Terus kenapa kamu bisa ke sini"

Lama kelamaan Bimo terbujuk dalam buaian obrolan tentang dirinya karena baru kali ini ada seorang yang ingin lagi bercakap-cakap bersamanya.

"Ada sesuatu nggak bisa aku jelasin"

Dari kata-kata yang diucapkan Bimo Pangeran faham apa yang dimaksud, pasti tentang pembantaian yang waktu itu terjadi.

"Aku juga sama kayak kamu, bukan asli orang desa sini"

Bimo hanya terlihat kaget tapi penuh pertanyaan, namun Pangeran menyadari semuanya akhirnya ia menjelaskan tentang dirinya sedikit demi sedikit karena yakin setelah dirinya pasti Bimo akan mengakui keadaan dia yang sebenarnya.

"Aku jalan dari desa yang nggak tahu jauhnya seberapa jauh, yang penting aku terus jalan sampai ada orang yang mau ngerawat aku"

Semakin tersontak Bimo mendengarnya, hati berkata mungkinkah dia juga korban dari pembantaian.

"Terus aku nyaman sama dia, dia itu orangnya baik, yang nerima aku apa adanya juga yang menutupi rahasiaku selama ini"

"Rahasia?" tanya Bimo

Pangeran mulai menutup matanya lalu menyalurkan energi pada tangan seperti biasa ia angkat perlahan dari bawah ke atas lalu munculah bunga bulan yang bermekaran dengan indahnya.

"Kamu korban dari pembantaian?" tanya Bimo

Pangeran hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Ya aku sama adikku waktu itu lagi tidur terus dateng banyak orang ngepung rumah kita sampai orang tua kita ketembak dan waktu itu juga adikku ngeluarin kekuatannya untuk ngebunuh orang-orang yang ada di sana, cuman waktu itu juga adikku nggak sengaja ngeluarinnya entah mungkin karena dia terlalu kaget"

"Terus ke mana adik kamu sekarang?"

"Beberapa hari setelah kejadian pembantaian ada orang yang make topeng ngebujuk kita untuk ikut sama dia cuman aku nggak mau, hanya adikku saja, padahal sudah aku bujuk biar nggak ikut, tapi itu kepengennya jadi aku nggak bisa ngalangin lagi"

"Pernah nggak kamu ketemu sama adik kamu dari mulai kamu pisah sama dia"

"Pernah, cuman dia nggak kayak dulu lagi, dia udah kayak nganggep kakaknya musuh"

PANGERAN ALAM [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang