FOKUS SATU TITIK

52 28 116
                                    

"Gimana om udah mateng belum"

"Udah, coba makan satu dulu"

Pangeran mengikuti perintah yang diajukan Caesar, dengan lahapnya anak kecil itu memakan sehingga semuanya bersih. Tapi tidak dengan tulang jikalau dimakan pasti akan menyakitkan.

Orang tua yang dekatnya menyuruh Pangeran untuk menambah karena jatahnya masih ada satu lagi, namun bocah tak kuat lagi menampung makanan, akhirnya Caesar yang telah makan dua ikan mengambil jatahnya.

"Gimana kalau misalkan sekarang kamu ngambil ikan tadi banyak, pasti kalau ngebakar butuh waktu lama juga pasti nggak akan habis kalau kamu makan, soalnya tadi juga satu ikan kamu udah kekenyangan apalagi banyak, kalau dibuang kan sayang jadi lebih baik kita biarin mereka hidup"

"Nggak biasanya Om bijak"

"Udah dari dulu keles"

Karena makan ikan terlalu kenyang sehingga anak kecil ini merasakan kantuk dan mulai tak mendengar apa yang dibicarakan Caesar, sampai tidak kuatnya dengan pelan ia membaringkan tubuh di atas batu, Caesar paham akan sifat anak kecil, dia pun ingin beristirahat namun sayang batu yang ditiduri tidak cukup dua orang, ia berpikir untuk tidur di atas awan namun entah kenapa rasanya ingin terus menjaga, sampi keputusan untuk dirinya ditentukan, akan tidur di atas rerumputan.

Sebelum menutup mata Caesar tersenyum melihat langit karena dalam matanya terbayang wajah ayah dan ibunya yang sangat dicintai, teringat masa-masa kecil ketika dimanja, dimarahi, tapi sadar bahwa semua itu bukan karena benci orang tua melakukan semuanya karena ingin melihat sang anak berperilaku baik dan tidak memiliki sifat jelek.

" Ayah, ibu istirahat yang tenang ya..."

                                   °°°°°

Matahari pagi membangunkan Pangeran dari tidur nikmat semalam, sedang Caesar sudah terlebih dahulu bangun dan menyiapkan makanan tak jauh dari ikan dan buah-buahan yang dia cari di sekeliling.

"Aduh enak banget yang tidurnya pules sampai-sampai kesiangan"

Anak kecil itu tidak memperdulikan ucapan Caesar dia hanya menggeliat, membuka lebar mulut sambil menutup mata, ia merasa sangat segar hari ini ditambah dengan lingkungan sekitar sehingga bagai tinggal di daerah nirwana.

Kesal karena ucapannya diabaikan, diterbangkannya Pangeran, kaget anak kecil itu sehingga arwah langsung kembali pada sarang dengan cepat, lebih kesal lagi karena tiba-tiba Pangeran dibuang ke sungai.

"Mandi dulu sana biar seger"

Pangeran merasa kesal, ia tunjukkan wajah tak senang pada Caesar, tapi bukannya rasa takut dijauhi oleh anak kecil. Ia bahkan tertawa terbahak-bahak.

"Om jahat banget sih, kalau mau becanda nanti dong aku baru bangun tidur nih"

"Biar cepat sadarnya, kalau nggak digituin mungkin entah berapa jam lagi kamu bangun"

"Capek Om dari kemarin jalan mulu"

"Ya udah makan dulu aja, udah disiapin nih"

Selesai makan mereka bersiap-siap untuk pergi kembali seperti biasa berpergian tanpa arah, tapi sebelum mereka berangkat Pangeran teringat akan cerita Caesar tadi malam, bagaimana jikalau mencari petunjuk pada gua yang di sana terdapat ukiran yang pernah Caesar lihat. Siapa tahu ada petunjuk tentang keberadaan pria bertopeng.

Orang tua itu menyetujui usulannya, walau jarak cukup jauh mungkin ini adalah petunjuk yang benar, arah jalan mereka kini berbalik melewati desa yang pernah ditinggali Pangeran.

Perjalanan dimulai, seperti biasa anak kecil menahan rasa lelah, terus berjalan hingga tercegat oleh seorang yang aneh tampangnya, wajah dengan codetan di pipi, mata ditutupi perban sebelahnya lalu tertawa jahat.

"Mau kemana kalian?" tanya nya dengan suara serak

"Kamu mau nyari orang yang pake topeng" jawab Caesar

"Orang yang pake topeng banyak kali"

"Maksudnya orang yang udah ngancurin fikiran manusia untuk ngebunuh orang orang yang punya kekuatan"

"Kalian nggak akan bisa nyari dia"

"Kenapa?"

"Tempatnya nggak tentu"

"Tapi kami punya petunjuk"

"Dimana?"

"Di sebuah gua"

Ketika mendengarnya orang bercodet tadi tertawa lebih keras dan mempersiapkan kuda kuda, Caesar merasakan hal yang tak enak, benar saja tiba tiba dia menyerang tapi dengan tangkas angin menepis pukulan yang terlihat mematikan, sehingga orang bercodet tadi terpental.

"Om biar aku bantu"

"Udah nggak usah, cukup om aja"

Caesar terlihat lebih siaga mengahadapinya, tak seperti biasa dia terlihat fokus, baru kali ini Pangeran melihatnya memandang dengan tajam.

Musuh yang dihadapi bukannya musuh lemah, dia tertawa terbahak bahak mungkin itu menjadi kebiasaan, entah apa yang dilakukan dia menggenggam tangan kuat, lalu keluar petir dari dalam dan melempar pada Caesar.

Petir yang satu ini tak bisa dilahalui oleh angin, cahaya biru berbahaya melewati angin angin, tak bisa membawa petir terbang sedikitpun hingga hampir mengenai Caesar.

Pangeran yang melihat pun semakin takut, mungkin kekuatannya tak akan bisa mengalahkan kekuatan miliknya, Caesar kelengahan.

"Ayo giliran kamu" tantang pria bercodet tadi

Caesar yang ditantang tak menerima dirinya dilecehkan, segera ia mengeluarkan jurus andalannya.

Mulai menghirup udara dari mulut lalu membuat ketukan suara dengan lidah yang digendangkan di dalam. Semakin lama gendangan lidah semakin cepat, sehingga waktunya dia mengeluarkan angin yang sangat dahsyat sehingga dirinya terpental.

"Hawaaaaaa gebok!"

Terciumlah bau busuk dari dalam mulutnya, sehingga Pangeran harus menutup hidung walaupun sudah menutupnya anak kecil ini tetap ingin muntah, sedang musuh pun sudah mulai lengah terlihat dari matanya yang sudah mulai meneteskan air karena sedari tadi mual.

Terus saja Pangeran dan musuh dalam keadaan mual, mereka berusaha mengeluarkan muntah namun sulit mengeluarkannya, mulai saat inilah kesempatan Caesar membalas serangan pria bercodet tadi.

"Tinjuannnn angin!"

Sekejap musuh terpental dari jauh, lalu Caesar berlari dengan cepat layaknya angin sehingga sebelum musuh jatuh dia sudah meninju keras dengan anginnya ke arah berlawanan, darah mulai keluar dari hidungnya.

Tanpa rasa kasihan Caesar menerbangkan dia ke atas langit setinggi tingginya, lalu Caesar meninju ke bawah dengan angin hebat.

Jarak untuk musuh jatuh tidak terlalu dekat sehingga walau dalam keadaan lemah dia bisa mengeluarkan kekuatan, petir petir mulai mengangkatnya dari bawah sana, membuatnya tak terjatuh, Caesar yang melihat terkejut bukan main, begitu juga Pangeran.

"Cuman segitu doang, lo rasain ni"

"Petirrrrrr sambarlah" tangan yang di rentangkan ke depan mengeluarkan petir secara tiba tiba dari telapak tangan dan mengejar Caisar yang saat itu menaiki angin.

Kewalahan Caisar lari dari petir yang menyambar, tak ada henti hentinya jika dilawan pakai kekuatan tak akan mempan, karena petir bisa menembus angin.

Pangeran bingung entah apa yang harus dia lakukan kecuali, dia mempunyai satu ide untuk meledakkan petir yang terus mengejar Caesar, yaitu dengan mengeluarkan buah dari pohon sandbox.

Sebelum terlambat cepat Pangeran menciptakan pohon sandbox lalu memetik buahnya, segera dia lempar namun tak beruntung, di coba sekali lagi tapi tak kena juga hingga berkali kali dilempar tak kena juga, berpuluh puluh buah terlempar ledakan terjadi dimana mana.

Tak ingin terus terusan gagal kali ini dia berusaha fokus satu titik, dengan aba aba cantik dia mulai memicingkan mata. Memfokuskan pada petir yang sedari tadi diincar, lalu dilemparlah buah itu.

"Yey kena!"

PANGERAN ALAM [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang