Pria bertopeng mencoba bangun dari kelemahan, namun tubuhnya ditendang keras oleh Caesar, terus disiksa hingga benar benar tak berdaya. Disinilah waktunya pria berambut putih melihat wajah sebenarnya sang pengendali fikiran manusia.
Ditarik rambut orang itu hingga kesakitan, lalu dibalik paksa tubuhnya yang terlihat lunglai. Saat topeng ingin dibuka tiba tiba tangan pria lemah ini mencegah tangan Caesar.
Namun semuanya bisa diurusi dengan menepis tangannya lalu menginjaknya, topeng yang selalu melekat kini akan terbuka di depan pria berambut putih.
"Hah kamu!"
Tiba tiba dia tertawa jahat
"Iya ini aku"
"Kenapa kamu lakuin ini!"
"Karena kalian jahat"
Orang itu langsung menyingkirkan Caesar dari hadapannya, lalu berdiri dengan lemah.
"Kalian yang udah bunuh bangsa kami"
"Semuanya salah faham Tinro!"
"Salah faham dari mana, udah jelas semuanya"
"Nggak Tin...."
Belum saja selesai bicara Tinro sudah memukuli Caesar dengan kekuatannya, tinjuan terus diberikan dan tendangan hingga Caesar lagi lagi harus menanggung sakit.
Sambil memukul, Tinro terus mengeluarkan semua yang ada pada hatinya
"Kamu nggak tau Caesar, kalian waktu kecil selalu bahagia, tapi aku nggak pernah sebahagia kalian. Sampe keluargaku ilang semunyaaa"
Tinjuan terakhir diberikan pada Caesar yang mulai mengeluarkan darah dari hidung dan mulutnya.
Namun pria berambut putih ini merasa tidak sanggup melawan teman masa kecil dulu, dia hanya coba terus menepis."Hidup nggak sama orang tua dari kecil itu sakit Caesar, itu gara gara kalian" ucapnya terus sambil menangis
"Kalian emang serakah mentang mentang punya kekuatan, digunain seenaknya sampe lupa yang ada disampingnya" ucapnya terus
"Itu salah faham" ucapnya dengan tertatih tatih
"Aku nggak percaya sama omong kosong semuanya lagi" ucap Tinro dengan keras
Lalu mengambil leher Caesar dengan kekuatan gelap, dibantingnya ke tanah dengan kuat.
"Sekarang maaf, semuanya sudah keputusanku untuk bunuh kalian" bentaknya dengan tawa jahat
Tiba tiba Tinro dikelilingi asap hitam, Caesar yang melihat merasa sangat kaget, matanya pun mulai menghitam, lalu mengambil sesuatu dari jubahnya.
Sebuah suntikan siap dia tancapkan ke tubuhnya sebagai penambah kekuatan untuk mewujudkan impian, jarum tajam mulai menusuk lengan.
Caesar heran apa yang sedang dilakukan Tinro, asap hitam pun hilang dengan sendirinya dan tubuh pria bertopeng itu melemah.Apakah dia bunuh diri, fikir Caesar karena melihat Tinro yang melakukan hal seperti itu, menyuntikkan pada diri sendiri lalu melemah.
Namun semuanya salah sangkaan, Tinro yang melemah, tubuhnya mulai bergerak tak berarah dan membesar sedikit demi sedikit, tubuhnya bukan seperti manusia normal, setiap urat terlihat, bahkan daging tampak sangat merah. Terus membesar hingga ukurannya dapat mencakar langit, setiap orang dapat melihat.
Caesar yang berada di dekatnya langsung teringat masa lalu, mungkinkah dulu dia juga yang melakukan hal seperti ini pada desanya.
°°°°°
"Wah liat tuh nek, gede banget apa itu ya"
Sang Nenek hanya tersenyum, sebab teringat kejadian dulu di desa Caesar, begitupula Hayati dia teringat langsung.
"Nek, kayaknya kita harus langsung ke sana" ajak Hayati
Nenek langsung menyetujuinya, sedang Maharani terlihat kebingungan dengan yang terjadi, pertanyaan yang dilontarkan pun tak pernah dijawab dengan puas, pasti dengan senyuman.
"Maharani, buatin kita gelembung dong" pinta nenek itu
Maharani yang sedari tadi kebingungan, menyetujui permintaan karena mungkin sekarang situasi yang sangat bahaya, sebab ia pun melihat raksasa yang menakutkan.
°°°°°
Pangeran, Ceceng dan Cecep juga melihat raksasa dari kejauhan dan teringat akan Caesar, kekhawatiran membuat mereka untuk kembali ke sana.
Pangeran menyuruh Ceceng dan Cecep untuk pergi duluan sebab mereka yang paling cepat lari, sedang Pangeran akan menyusul. Namun tawaran itu ditolak oleh kembar mereka lebih baik bersama, namun sanggahan tetap diberikan pada Ceceng dan Cecep, jika tak pergi sekarang takut semuanya telat.
Alasan mereka tak ingin meninggalkan Pangeran karena Ceceng dan Cecep mempunyai ide, mereka bisa membawa Pangeran lari.
Agar lebih mudah, Ceceng dan Cecep menyatu menjadi Cengcep dengan menyatukan kedua jari telunjuk, lalu Pangeran dibawa di belakang dan lari dengan cepat.
°°°°°
Caesar yang sedari tadi terbaring lemah berusaha bangun, ia coba melihat seberapa tinggi raksasa itu, ternyata kepala nya pun tak bisa.
Ia mencoba menjerit untuk menghentikan, namun semua sia sia karena pasti tak akan terdengar, kalau pun pergi ke bagian kuping, hanya bagaikan suara nyamuk.
Tiba tiba ada yang menepuk pundaknya saat itu, ketika dilihat ternyata Hayati, senang tak terduga mereka langsung berpelukan dan saling mencurahkan rindu.
"Kamu baik baik aja Caesar"
"Ya aku baik baik aja"
"Kamu tau nggak, sebenarnya pria bertopeng itu Tinro"
"Hah Tinro?"
Semua yang ada di sekitar tertawa bahagia, khususnya Maharani yang juga ikut memeluk, ia sangat rindu sekali pada orang yang dia sayang, begitu juga Caesar ia balas dengan pelukan yang erat.
Sedang Dahlan dan nenek tersenyum melihat kemesraan.
°°°°°
Pangeran dan Cengcep khawatir akan keadaan Caesar, mereka lihat sekeliling tetapi tak ada, akhirnya Cengcep mengajak lagi berlari untuk mencari pria berambut putih itu.
Hingga akhirnya mereka menemukan sekumpulan orang dari jarak yang jauh, namun sebelum sampai, kaki raksasa menghalangi mereka hingga terpental.
Tapi tak ada kata menyerah, usaha tetap dilaksanakan terus berlari meski harus menempuh jarak lebih jauh, sebab kaki raksasa tadi, semuanya tak dikhawatirkan sebab Cengcep mampu berlari secepat kilat.
"Om Caesar tungguin kita!" teriak Pangeran
Raksasa yang bertujuan membunuh orang yang mempunyai kekuatan pun langsung menghantam Pangeran dan Cengcep, sebab sinar petir ketika berlari tadi terus terlihat olehnya.
Lagi lagi Pangeran dan Cengcep terpental dan kini mereka berpisah, keadaan semakin bahaya dan raksasa terus mengamuk, menjerit menggertakkan cakrawala.
"Aku bunuh kalian!" ucap raksasa itu
Pangeran yang lengah kini bingung apa yang harus dilakukan, jikalau musuh sebesar ini apalah daya baginya untuk melawan, sedang kekuatan yang dimilikinya pun belum terasah.
Tapi, tekad dalam Pangeran tak pernah padam, tetap bersih keras ingin coba melawan raksasa itu, ia teringat ucapan Caesar.
"Nggak semua yang besar tentu menang, contohnya gajah kalah sama semut"
Itulah kata kata yang diingat, namun ia juga harus tetap berhati hati sebab musuh yang ada di depan mata bukanlah sembarangan.
"Akaaaaaaaaaaaaaar akar ikatlah"
Pangeran mulai mengerahkan kekuatannya, walau desir debu terus beterbangan, suara raksasa yang terus membuat gendang telinga rusak, namun Pangeran berusaha untuk fokus mengikat raksasa itu.
Akar akar berukuran besar mulai menjalar dari kaki raksasa, hingga dia tak bisa bergerak, sampai akar itu ke bagian perut, tiba tiba semuanya terputus dan Pangeran mulai kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN ALAM [TELAH TERBIT]
ActionMalam itu, terjadi pembantaian sangat sadis kepada orang orang yang mempunyai kekuatan, sehingga banyak mayat bergeletakan, namun keselamatan berpihak pada kakak dan adik yang masih berumur belia, karena tragedi itu pun keduanya tinggal terpisah. Ta...