KEJADIAN DI HUTAN

69 40 5
                                    

Baskara yang cerah hadir dengan gagah membawa panas dan keterangan untuk membantu mereka yang membutuhkan, mulai dari pekerja hingga para malaikat tak bersayap berharap pakaian yang dicuci segera kering.

seperti biasa Pangeran pergi ke sekolah secara diam-diam, berdiri dekat jendela dan memperhatikan pelajaran tanpa harus ketahuan namun sayang, seorang berkumis tebal dengan seragamnya membuat jiwa tergoyah, ketika itu langsung menegur karena rasa takut yang kuat anak malang ini berlari dengan cepat, untungnya berhasil kabur.

Merasa belum puas dengan ilmu yang didapatkan maka ia mencari orang untuk dibantu, baik mengangkat barang, membantu orang menanam tanaman dan lain-lain dengan upah mengajarkan sesuatu padanya tentang keilmuan.

Bercocok tanam berjalan dengan lancar, di sana pun Pangeran ikut membantu, di saat semua sedang fokus tiba-tiba mereka menghirup asap yang keterlaluan, setelah diselidiki asal tersebut ternyata berada di tengah hutan, orang-orang berteriak memberi informasi kepada yang lainnya.

Dalam waktu sekejap berkumpullah banyak dan mulai mendatangi tempat, bukan kebakaran biasa jikalau dibiarkan maka akan menghanguskan hutan yang luas dan masyarakat di sini tak lagi memiliki pohon.

Di antara banyaknya insan kebanyakan dari mereka membawa bejana berisi tirta untuk segera membinasakan amukan anala dan sebagian lainnya berusaha untuk memadamkan api dengan cara lain.

Dicari-cari dari mana asalnya, sayang tak ada yang tahu hingga akhirnya seorang anak kecil terlihat dari kejauhan lalu bertepuk tangan seraya tertawa.

"Biarin aja hutan ini kebakaran bakal kita ganti dengan pemandangan yang indah"ucapnya sambil ketawa keras.

Spontan orang-orang takut karena kehadiran anak kecil itu, untuk lebih menakuti anak tadi membuat api dari tangannya lalu membakar daerah di sekeliling, lagi-lagi tawa jahat entah apa yang dalam hatinya mungkin tak ada lagi rasa kasihan.

Kini mata orang-orang terbelalak karena melihat salah satu dari mereka dibakar dari kejauhan, api tiba-tiba muncul dari baju seseorang dan terbakar, susah untuk dipadamkan.

Mandi keringat sebagai pencocok situasi tak ada keberanian untuk melawan, karena mereka tak punya kekuatan, orang-orang terus berdiam di sana dengan mata terbuka lebar terheran-heran dan bingung apa yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini, sedang anak kejam terus membakar daerah sekitar, khawatir akan merambat rumah-rumah.

"Ini dia balesan buat kalian yang udah jahat!"

Teriak Anak kecil kejam

"Emangnya apa salah kita!"teriak salah seorang

"Kalian nggak ingat sama kesalahan besar yang udah dilakuin dulu"

Sementara masyarakat di sana berpikir apa salah mereka yang sebenarnya.

"Kalian udah bunuh orang-orang yang punya kekuatan kan?"

Dengan sekejap mereka ingat tentang peristiwa yang dilakukan dahulu kepada yang punya kekuatan.

"Kalian ngebunuh dengan nafsu kalian sampai kami keilangan banyak orang yang kami cintai, ayah, ibu dan kasih sayang!" Teriak anak kecil

Lalu anak itu terlihat menggenggam erat tangannya menangis sambil tertawa, tapi tawa ini bukan tawa bahagia melainkan kesedihan.

Tanpa disadari tangannya kini mengeluarkan bhama panas yang besar lalu keluarlah api dari dalam tanah membakar lebih banyak pohon, keganasan kini menjadi-jadi sehingga banyak orang mencoba untuk kabur tapi sayang jalan pulang kini tertutupi anala yang sedang mengamuk.

Dengan mata melebar dan senyuman ganas ia menatap tajam orang-orang di depannya, lalu api di tangannya menjadi lebih besar dan dilempar ke arah masyarakat yang ketakutan.

Mereka menutup mata dan menangis, ada juga yang membuka mata lebar-lebar karena ketakutan, hidup seakan-akan hilang dan pasrah bahwa mereka akan menjadi tulang belulang sebentar lagi.

Nasib baik kini berpihak pada mereka, pohon-pohon jati melindungi semuanya hingga tak ada celah sedikitpun yang bisa dilihat dari dalam untuk melihat di luar sana, karena terlindungi dalam ruangan pohon jati, dan api yang menyambar pun tak mampu membakar nya.

Kaget bukan kepalang entah dari mana asalnya pohon-pohon itu tiba-tiba ada, anak kecil jahat tadi terbelalak dengan kejadian ini dan teringat akan kakaknya, apakah memang dia ada di sini.

"Raja!" Teriak seseorang dari atas pohon.

Tertegun kuat dan tak menyangka ternyata benar kakaknya berada di sini, tapi siapa yang menampungnya bukankah pasti tak ada yang mau tinggal bersamanya.

Lalu yang di atas pohon tadi melompat dan mereka berdua berhadapan walau dari jarak yang jauh.

"Kenapa kamu ngelakuin ini Raja?"

"Karena orang-orang udah jahat sama kita kak!"

"Terus kalau orang-orang jahat sama kita apa kita juga harus balas dengan kejahatan"

"Kak, jangan terlalu baik dengan orang lain karena itu bahaya"

"Tapi kakak percaya kalau waktu itu bukan kemauan orang-orang untuk bunuh keluarga kita pasti ada yang nyuruh, karena sebelumnya juga hidup damai, kita harus cari penyebab semuanya bukannya bunuh banyak orang"

"Terserah kakak yang penting aku udah bilang kalau kita nggak boleh terlalu baik sama orang lain yang udah nyakitin kita"

"Terus kamu mau ngapain?"

"Aku mau bakar semua hutan dan desa ini"

"Tapi maaf dek mungkin kali ini nggak akan kakak biarin kamu buat kerusakan"

"Terserah kakak mungkin kita sekarang bukan saudara tapi lawan, kalau kakak nyegah aku untuk membakar desa ini"

Tak percaya sang adik akan berbicara seperti itu namun apa boleh buat, kini mereka bagaikan api, ketika kecil bersahabat ketika besar menjadi lawan, karena perbedaan hidup yang mereka pilih.

"Ayolah kak kalau memang pengen berantem kita mulai di sini!" teriak Raja

Pangeran mulai tersenyum dan membunyikan kedua tangannya sebagai isyarat bahwa dia siap untuk melawan.

Kuda-kuda dari keduanya dipasang dengan kuat, dengan cepat kilat Raja berlari dan menendang Pangeran, namun sayang sang kakak bisa menepisnya lalu tinjuan dari berbagai arah ditepis dengan hebat sehingga tak sedikitpun dari tubuh Pangeran terluka.

Merasa tak cukup puas Raja mengeluarkan api di tangan dan mengulangi hal serupa lagi-lagi sayang api bisa di tangkis dengan kayu yang kuat, tak hanya tangan kaki pun ikut mengeluarkan api dan menendang, serangan demi serangan bisa di tangkis oleh Pangeran.

Terlihat dari mata sang adik amarah yang sangat besar hingga bhama mulai mengendalikan dirinya untuk terus memukul sang kakak dan bahkan mungkin ingin membunuh, namun sang kakak terus bersikap tenang agar bisa menghindar dari serangan, ia tak ingin membalas.

Karena walau sekarang saudara jadi lawan, tetap tak ingin memberikan bekas luka pada orang yang kini menjadi satu-satunya anggota keluarga yang masih hidup Pangeran masih mengakuinya, entah dengan Raja, tapi menurut Pangeran mau seperti apa adiknya ia tetap bagian dari darah daging.

Sang kakak begitu lincah menangkis serangan sang adik, hingga ia terkena pukulan api ketika sedang lengah dan terpental, bagi Pangeran itu tak terlalu sakit dia langsung berdiri dengan tegap dan siap untuk meladeni Raja.

Pertempuran anak kecil pun terus berjalan, tapi walaupun mereka kecil orang-orang dewasa takut karena kelebihan yang mereka miliki.

PANGERAN ALAM [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang