TERBUNUHNYA PANGERAN

58 32 79
                                    

Di pagi hari Dika dibangunkan ayah ayahnya, untung tidak ada yang mencurigakan di sana termasuk kuburan karena Dika membuat rata tanahnya.

Namun satu hal yang menjanggal bahwa ia lupa mengembalikan cangkul yang dipinjam secara diam-diam, ayahnya bertanya tentang cangkul yang kenapa bisa ada di sampingnya dan kenapa bisa tertidur disini.

Dengan jawaban cerdas ia menjawab bahwa dirinya pun tak tahu seingatnya ia semalam sedang menghalangi kedua orang yang ingin menyebarkan racun di desa ini, namun entah kenapa dirinya bisa tak sadarkan diri.

Dengan jawabannya yang begitu dia bisa menghilangkan kecurigaan sang ayah.

Langsung ketika itu diajak pulang, namun kaki terasa berat untuk melangkah karena tak tega meninggalkan sahabat sendirian, namun apa daya semuanya harus disembunyikan baik dari tingkah laku maupun ucapan agar semua tak terbongkar.

Ia pun harus memastikan siapa yang menembak Anindya tadi malam jika benar dia adalah salah satu orang yang ikut berkumpul di rumah kepala desa, untuk apa melakukannya.

Di saat siang hari Dika berusaha mencari informasi tentang kejadian tadi malam, aroma kecurigaan pun tercium terdengar bahwa akan ada perkumpulan lagi di rumah kepala desa nanti ketika langit menggelap.

Malam tiba saatnya beraksi, ia mulai mengintip dari tempat yang tak akan diketahui oleh banyak orang, sebelum perkumpulan ia sudah berada di dekat rumah kepala desa, untuk melihat orang-orang yang mengikuti perkumpulan, terkejut bahwa ayahnya adalah salah satu anggota.

Setelah semuanya berkumpul kini tibalah saatnya untuk Dika mendengar seluruh pembicaraan dari bagian samping jendela yang kebetulan tak ditutup rapat sehingga ada sedikit celah untuk bisa mendengar pembicaraan, walau tak terlalu jelas.

Di tengah pembincangan terdengar bahwa benar merekalah yang melakukan pembunuhan tadi malam, hanya mereka mempunyai korban tertentu yaitu orang yang memiliki kekuatan, mereka membunuhnya karena menganggap simbol kesialan.

Namun hal ini tidak masuk akal apa kaitannya dengan orang yang punya kekuatan dan simbol kesialan.
Seketika kemarahan memuncak karena kini dia mengetahui bahwa Anindya mati di tangan mereka.

Ingin sekali balas dendam namun pesan dari sahabatnya selalu teringat bahwa ia tidak boleh balas dendam.

Air matanya kini mulai mengalir ingin menangis keras namun jika melakukan itu pasti keberadaan akan diketahui.

Tak tahan lagi Dika segera meninggalkan tempat itu dan pergi ke kuburan Anindya, di sanalah tempat curhatnya, tempat dimana bisa menangis sepuasnya karena yakin Anindya pasti selalu mendengarkan curahan sanubarinya.

Keadaan kali ini sangat membingungkan, bagaimana caranya menghilangkan api di dalam nurani karena tak sangka bahwa yang membunuh sahabatnya adalah warga desa sendiri.

Sebab lelah menangis hatinya merasa tenang karena semua kekesalan hati seakan-akan telah sirna dan tak sengaja, lagi-lagi tertidur pulas di samping kuburan Anindya.

"Jangan balas dendam Dika aku percaya kok mereka cuman salah paham aja"

Tiba-tiba ia mendengar suara Anindya dan langsung membuka mata.

Ia terbangun di mana ketika dewi malam memancarkan indurasmi yang bercahaya indah, teringat bahwa saat inilah waktu kematian Anindya ketika bulan bersinar terang.

Terbangun dari tidur dan menatap bulan saat itulah bayangan senyuman Anindya terlihat.

"Sahabatku jangan pernah bosen nolongin orang ya" sekali lagi terdengar suara sang sahabat.

"Aku bakal terus ingat pesen kamu Anindya" teguh Dika memegang janjinya.

                                °°°°°

Kak Dika terlihat termenung dari tadi dan hal itu membuat Pangeran bingung, apa yang sering difikirkan olehnya.

"Kak Dika kenapa!!"teriak Pangeran

"Kalau pengen bunuh aku gak usah mikirin gimana caranya, sekarang aku nyerahin diri, mungkin aku nggak berarti hidup di dunia ini, bikin sial terus hidup kakak" lagi lagi teriak Pangeran

"Mungkin benar orang yang punya kekuatan suka ngasih kesialan ke orang-orang yang ada di sekitarnya, sampe harus dibunuh"

"Aku ikhlas mati sekarang kak karna buat apa lagi hidup, aku gak punya orang yang ku sayang lagi orangtuaku udah dibunuh, adikku udah nggak nggak nganggep aku sebagai kakaknya lagi"

"Jadi buat apa aku hidup, bunuh aku sekarang kak bunuh!!"

"Sebelum kesialan nimpa kakak lebih banyak lagi" terus terusan Pangeran berteriak  

"Cepet kak bu....."

Tiba-tiba mulutnya dibungkam oleh kak Dika, sedang ia terlihat marah.

"Ya, aku bakal bunuh kamu sekarang, karena kalau kamu deket aku terus yang ada kesialan dateng bertubi tubi"

Saat itupun Dika mengepalkan tangannya, Pangeran terlihat bergetar dan matanya ditutup bersiap untuk kehilangan nyawa pada malam yang indah, ditemani oleh pohon kunang-kunang yang menawan.

Tapi tak disangka kak Dika malah memeluk erat Pangeran.

"Ya aku bakal bunuh kamu sekarang bunuh rasa pesimis kamu, yang nggak mau berjuang hidup" ucapnya tegas walau air mata mengalir.

"Aku nggak akan bunuh kamu Pangeran walaupun kamu punya kekuatan tapi aku bisa ngerahasiain semuanya"

Ketika inilah Pangeran merasa nyaman berada di pelukan kasih sayang seorang kakak angkat, sesaat kedamaian muncul dalam hati ketenangan pun dirasakan.

"Aku tahu rasanya perasaan orang yang punya kekuatan waktu keluarganya dibantai, aku tahu perasaan kamu gimana"

Pangeran kaget mendengar ucapan kak Dika dan melepas pelukannya,
mengetahui keheranan Pangeran kak Dika langsung menjelaskan

"Karena aku juga kehilangan sahabatku waktu pembantaian malam itu"

"Beneran?"

Kak Dika hanya mengangguk sambil tersenyum

"Siapa dia kak?" tanya Pangeran

"Kamu lihat bintang-bintang di atas dia itu sahabatku yang kebunuh waktu malam pembantaian"

Terdengar aneh Pangeran merasa bingung dengan ucapan kak Dika.

"Ya, sebelum ninggalin kakak dia buat bintang bintang indah pakai kekuatannya dan katanya kalau kamu lihat bintang bintang di atas berarti ada aku disana"

"Namanya Anindya" lanjut Dika sambil tersenyum menatap bintang bintang.

"Jadi kapan kakak mau bunuh aku" tiba tiba Pangeran bertanya 

Lagi lagi kak Dika merinding mendengar pertanyaan anak kecil ini.

"Kan kata kakak mau bunuh rasa pesimis aku" lanjut Pangeran

Senyuman pun terukir di wajah kak Dika, lalu memegang kedua pundak anak itu.

Teringat lah ia akan pesan dari Anindya ketika Dika merasa pesimis untuk terus jadi pahlawan karena tak punya kekuatan.

"Jangan gitu, kita harus terus semangat ngejalanin apa yang kita mau, kalau muncul rasa pesimis terus kamu ngebiarin bersarang di dalem diri kamu, maka itu adalah cara yang salah dan kamu udah nyakitin diri kamu sendiri"

Lalu pesan itu pun diberikan pada Pangeran untuk menghilangkan rasa pesimisnya.

Dan benar saja ia langsung semangat ketika mendengarnya dan berteriak bahwa ia bertekad akan mengubah cara pandang manusia kepada orang yang punya kekuatan, bahwa mereka tidak membawa kesialan.

"Yah aku bakal ngerubah cara pandang manusia kalau orang yang punya kekuatan itu nggak bawa sial"

Senang melihat Pangeran bisa bersemangat kembali, saat itu pun ia merasakan kehadiran Anindya

"Kamu hebat Dika" tiba tiba terdengar suara yang selalu ia kenal

"Ini juga semua karena kamu"Dika menjawab

Seketika pria itu melihat sosok Anindya hadir di hadapannya, sebagai balasan ia senyum pada sosok itu, namun seketika bayangannya menghilang.

Walau sebentar Dika merasa bahagia.

PANGERAN ALAM [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang