Di sebuah gua terdapat anak kecil yang senang mengukir di tembok tembok, ia kali ini sedang menangis, entah apa sebabnya mengukir dengan meneteskan air mata. Batu yang memilki ujung runcing menjadi alat menggambar, walau ditemani tangisan dia tetap kuat membuat ukiran pada dinding gua yang keras.
"Kenapa harus begini" ucapnya dengan lirih
Semakin lama semakin menjadi, suaranya kini menggema di luar ruangan gelap namun sayang tak ada yang dapat mendengar karena sekitaran gua itu tak pernah dipijaki oleh banyak orang. Lalu dia memukul mukul lantai, entah kenapa, badannya yang mulai tak terurus kini melemah sebab kemarahan sudah cukup membuatnya letih dan terpapar.
"Selamatin mereka!" ucapnya dengan menaruh harapan, entah untuk siapa dia ucapkan yang terpenting hal itulah yang membuat dirinya terus marah dan menangis.
°°°°°
Seorang bertopeng sedang duduk bersandar di kursi kejahatannya, dalam ruangan gelap yang tak diketahui siapapun, sedang didepannya sebuah botol yang sedang diracik.
"Sebentar lagi aku bisa bales dendam" ucapnya dengan nada kejahatan dan tertawa terbahak bahak
Tiba tiba Raja datang dengan wajah yang ceria, menghadap pria bertopeng
"Gimana latihannya?"
"Bagus dong, aku udah bisa nguasain banyak kekuatan api baruku"
"Bagus, terus latihan karena sebentar lagi kita bakal bales dendam"
"Siap"
°°°°°
Caesar yang terbang dengan angin busuknya membuat sekitaran menjadi bau yang amat sangat menyakitkan, karena jika seseorang terus-menerus mencium sesuatu yang tak enak kemungkinan besar, akan terus menerus merasa mual bahkan tak sadarkan diri
Yang tidur pun bisa bangun, apalagi Pangeran ia sampai membuang apa yang telah dia makan tadi dan menjauh dari area walaupun jaraknya sangat jauh, Ceceng dan Cecep pun begitu mereka menghindar.
Caesar yang masih tertidur entah kenapa dia tiba tiba menyerang ke tiga anak dengan jurus anginnya sampai semuanya terpental.
Pangeran heran dengan perbuatan Caesar, ada apa dengan dirinya, apakah sebenarnya dia orang jahat atau dalam keadaan mengigau karena mimpinya sedang melawan musuh, namun tak mungkin jika hanya mengigau bisa menyerang seperti ini.
Ceceng dan Cecep pun merasa heran dengan Caesar kenapa dengan dia, pemikiran yang sama pun tercipta dari benak kedua anak kembar ini seperti pemikiran Pangeran.
"Topaaaaaaaaaaan topan" langsung dirinya berputar membentuk lekukan yang terus bergoyang, semuanya terangkat baik dari yang kecil hingga yang besar.
Pangeran lebih kaget dengan keadaan seperti ini karena belum pernah terjadi sebelumnya, bingung apa yang harus dilakukan saat ini, sedang jika semakin mendekat mungkin akan termakan angin.
Ceceng dan Cecep berwaspada dari angin besar itu, mereka berdua berfikir pasti ini adalah sebuah jebakan untuk memusnahkan mereka, sampai niat berkata bahwa anak kecil yang memberi makan dan orang tua yang bersamanya adalah sekongkolan pembunuh.
"Ceceng pertama kita harus serang dulu si Pangeran"
"Siap"
"Petir sambarlah" keduanya berucap
Petir yang panjang pun datang dari langit dan menyerang Pangeran.
Terkejutlah dia sebab heran sekali dari mana datangnya petir sedang Caesar hanya pengendali angin. Ketika sedang berusaha menghindar dari banyaknya petir yang berusaha menyambar، Pangeran melihat Ceceng dan Cecep seperti sedang mengendalikan petirnya, hal yang membuat resah terjadi, ada apa sebenarnya.
Tak ingin melawan, tapi jika tidak dilawan nyawanya yang akan terbang, dia pun mengambil keputusan untuk menyerang dengan senyuman kesemangatan.
"Oke jika itu mau kalian"
"Pohon pohoooooooon tumbuhlah" berteriak sambil menari diucapkannya sehingga setiap gerakan tangannya dari bawah ke atas akan memunculkan pohon walau gerakannya cepat.
Hutan pun terbentuk dalam waktu singkat sehingga Ceceng dan Cecep tak bisa mengetahui keberadaan Pangeran, namun sayang hutan yang dibentuk dengan sekejap hangus karena terbawa angin, persembunyian Pangeran pun diketahui. Namun tak kehilangan akal, ia manfaat kan pohon yang masih tersisa lalu mendekat dan menyatu
"Pohon masukin aku ke dalem akar kamu" ucapnya sambil berbisik
Ketika sudah berada di dalam tanah dan menyatu dengan akar, ia tak percaya bisa mengeluarkan kekuatan seperti ini dan entah terfikir dari mana.
Hal tersebut tak perlu difikir terlalu panjang karena dia harus menyerang Ceceng Cecep terlebih dahulu, walau keadaannya kurang diketahui, namun dengan cara menerka nerka mungkin bisa.
Tempat yang tepat untuk Pangeran memunculkan diri merasa sudah aman dan keluar dari tanah, kaget bukan kepalang ternyata dia berada tepat di depan ke dua anak kembar, bukan hanya Pangeran, Ceceng dan Ceceng pun begitu.
Cepat keduanya melompat jauh dan melemparkan petir, keberuntungan berpihak pada Pangeran karena tak kena dari serangan, kini giliran dia yang memberi pelajaran.
"Akar akaaaaaaar ikatlah"
Kaki Ceceng dan Cecep tiba tiba terikat, bahkan semakin lama seluruh tubuh tersegel dalam pohon, kecuali wajahnya. Pangeran tertawa terbahak bahak ia anggap kedua anak kembar ini bukan lagi masalahnya, salah satu yang harus harus dimusnahkan adalah Caesar.
"Om aku bales!"
Baru saja ingin mengeluarkan kekuatan, Pangeran sudah melayang layang di udara, dirinya terus berputar, tak tahan rasa pusing yang dirasakan, sedang ke dua anak kembar salah sangkaan mereka kira keduanya bersekongkolan tapi kenapa saling menyerang.
Pangeran tak bisa membuka mata, karena jika melihat apa yang sedang terjadi mungkin akan semakin pusing, namun dia tak menyerah begitu saja, otak nya terus berfikir bagaimana caranya keluar dari zona putaran angin.
Lama kelamaan Pangeran merasa mual dan terus muntah, ia tak bisa bertahan lebih lama dan untuk terakhir kalinya, terlihat ada sesuatu yang cepat membawanya, keluar dari zona.
Seorang yang bercodet dan matanya tertutup sebelah membawa keluar, namun Pangeran merasa heran, seperti pernah melihat sebelumnya tapi siapa.
"Kamu siapa?" Ucapnya lirih
"Aku Cengcep"
"Cengcep?"
"Ya gabungan dari Ceceng dan Cecep"
Pangeran yang melemah langsung kaget dan membuka matanya lebar lebar.
Cengcep hanya tersenyum sedikit dan menaruh Pangeran jauh dari pusaran puting beliung.
"Kamu diem aja disini istirahat"
"Tapi emang kamu bisa ngadepinnya" ucap nya dengan terkaku kaku.
"Yang kayak ginian mah kecil"
Sedang diatas sana terlihat Caesar lagi lagi mengeluarkan bau busuk, dengan cepat merambat ke arah Cengcep dan Pangeran.
"Kamu yakin" tanya Pangeran sekali lagi
Dengan tangan yang menggeram dan tekad yang kuat kata "siap" terucap dengan tegas.
"Hati hati ya bestie" ucap Pangeran dengan senyuman
Mendengar kalimat tersebut membuat hati Cengcep tertegun, karena baru kali ini ada yang memanggilnya "bestie" dia pun tersenyum dan membalas ucapannya seperti apa yang dikatakan Pangeran.
Pangeran tersenyum, tanpa harus menunggu lama Cengcep langsung menggenggam tangan yang bergelangkan petir, memundurkan sedikit kaki dengan penuh kekuatan didalamnya, lalu dengan cepat kilat dia terbang menuju Caesar.
Teriakannya membuat cakrawala bergemuruh, kepalan tangan terus teremas semakin kuat dan sudah mulai gatal untuk menyerang Caesar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN ALAM [TELAH TERBIT]
AçãoMalam itu, terjadi pembantaian sangat sadis kepada orang orang yang mempunyai kekuatan, sehingga banyak mayat bergeletakan, namun keselamatan berpihak pada kakak dan adik yang masih berumur belia, karena tragedi itu pun keduanya tinggal terpisah. Ta...