Rasanya bosan jika terus berdiam menatap jagat, Pangeran pun berdiri dan mulai menelusuri bentala indah, dihiasi ancala yang menjulang tinggi.
Terus berjalan menelusuri jejak para masyarakat yang semalam mengusir, tapi rasa gamang muncul untuk menghantui, di sisi lain jika tak bertindak apa apa dan hanya berdiam tapi kita menginginkan sesuatu maka dia seperti burung yang berada dalam sangkarnya.
Ia membawa harapan agar bisa diterima masyarakat, bisa bermain bersama teman teman lalu pulang ke rumah kak Dika, esok hari ia membantu orang orang untuk mendapatkan ilmu, semua khayalan tercipta sehingga hati tak sabar merasakan, ketidak sadaran inilah yang paling bahaya, harapan besar yang belum tentu terwujudkan.
Desa mulai terlihat dan harapan semakin membesar, terus melangkah sampai tiba dimana terlihat jelas orang orang beraktivitas dan bahkan mereka bisa melihat Pangeran sebaliknya.
Kebungkaman menjadi suasana saat itu, mereka tak menganggap anak kecil yang menyendiri, wujudnya ada namun dianggap tak ada.
Pangeran merasa aneh ia sudah sapa orang orang yang lewat namun dirinya bagaikan hantu, hingga mencoba menyentuh tangan seseorang untuk pertama kali, reaksi yang sangat mengejutkan, karena tiba tiba orang itu menjerit bagai bertemu dengan makhluk menyeramkan.
"Tolong!!!!" Menjerit lalu lari dengan kencang sehingga bocah ini menjadi pusat perhatian, namun bukan dengan tatapan heran tapi dengan amarah yang mendalam.
"Hei orang yang nggak tau diri keluar kamu dari desa ini"
"Dasar nggak tau diuntung"
"Cepet keluar, jangan bawa sial dong"
Lagi lagi Pangeran tertusuk bhama yang tiba tiba muncul dari berbagai tempat, setiap insan melempar dengan kata kata yang sangat dahsyat sehingga bhama yang diterima sangat menyakiti kalbu.
Baru saja sembuh dari kegundahan sudah datang lagi lara yang lebih jahat, jika boleh mengadu mungkin bocah ini akan menangis sejadi jadinya karena apa yang diterima sungguh berat.
Air mata yang kering kini mulai basah kembali, kesedihan yang pergi kini datang kembali, hati yang menyimpan kasih sayang kini mulai menciptakan kebencian, namun apa daya bagi anak kecil ini. Ia tak akan bisa melawan banyak insan, dia adalah bocah lunglai walau mempunyai kekuatan, tetaplah kebencian orang orang terhadap dirinya tak akan hilang bahkan semakin menjadi jadi, karena tahu jika menyakiti mereka dirinya akan lebih tersakiti.
Hingga seseorang menarik paksa Pangeran lalu mendorong dengan keras hingga sikut anak kecil ini berdarah, tak hanya itu ancaman terus dilontarkan sehingga hati anak ini mungkin tak akan bisa diobati.
Luka yang ada pada sikut mungkin bisa sembuh dalam sekejap namun luka di dalam hati mustahil untuk sembuh, kalaupun bisa pasti membuat bekas yang tak akan sembuh. Layaknya kaca yang rusak tak akan bisa kembali sempurna walau memakai beribu perekat.
Anak ini hanya bisa menangis keras, tetapi yang didapat bukanlah sentuhan yang lembut melainkan pukulan keras sehingga darah mulai mengalir dari hidungnya.
"Diem kamu anak pembawa sial"
Karena takut dipukuli terus menerus akhirnya dia menahan rasa sakit dan tangisan yang sangat mendalam, berusaha untuk pergi dari tempat karena takut semakin banyak tusukan bhama yang melesat pada hati.
Bocah lunglai ini berusaha mengumpulkan kekuatan untuk bangkit dari tempat yang dulu bagaikan nirwana namun kini adalah tempat temaram yang penuh dengan kekejaman.
Semua insan melempar hinaan bahkan menjauhi dan membiarkan dirinya dalam kesendirian, kini yang benar benar menjadi teman sejati adalah bayangan diri sendiri.
Tertatih tatih Pangeran pergi dari khalayak masyarakat, aneh kenapa tak ada yang peduli pada anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang di usia belia.
Sampai di suatu tempat dimana dulu dia dan teman teman selalu bermain bersama, ia intip karena ingin tahu apa yang sedang mereka mainkan, namun tiba tiba tertangkap basah oleh salah seorang temannya dulu.
"Hey awas ada pembunuh!" teriak orang yang melihatnya.
Dia langsung menunjuk tepat dimana Pangeran bersembunyi, tak disangka ternyata teman teman dekatnya dahulu kini berpaling dan merasa takut pada Pangeran, bahkan lagi lagi menghina dan mengancam agar pergi dari tempat.
Kegundahan kini menjadi santapan sehari hari, kesendirian menjadi teman dekat, nelangsa menjadi mantel hangat di malam hari dan celaan menjadi musik yang terus terputar, juga tubuh yang terus terpukuli menjadi salah satu aktivitas yang tak akan pernah di lewati.
Sangat keras kepala Pangeran untuk terus tinggal di desa ini dan meyakinkan pada mereka bahwa dia orang yang baik, tapi setiap usaha tak membuahkan hasil.
Hingga pintu kebaikan dalam hatinya tertutup dan terbukalah sedikit demi sedikit pintu kegelapan yang akan menyelimuti kalbu, ia pergi ke hutan dan berteriak sekeras mungkin. Marah sejadi jadinya sampai apa yang ada didekatnya hancur berkeping keping.
Entah apa yang telah merasukinya kali ini, mungkin ini adalah efek ketika orang sudah kehabisan rasa sabar, membebaskan semua amarah yang selama ini ditahan sebab semua kesabaran pasti ada batasan.
"Kenapa begini!!"
"Kenapa semuanya jadi begini, apa emang bener orang yang punya kekuatan suka bawa sial, kalau memang bener, lebih baik aku mati daripada terus terusan ngerasain sakit kayak gini terus" curhatannya pada alam sambil menangis
Karena energi yang keluar terkuras banyak, tubuhnya mulai melemas dan bertekuk lutut pada alam seakan akan meminta dirinya untuk dibunuh.
Benar saja sebab tak kuat menahan rasa sakit ia berencana untuk membunuh diri dengan menciptakan pohon yang buahnya beracun.
Rencana yang datang tiba tiba dan dianggap matang oleh nafsu, kini mulai ia kerjakan, perlahan ia buat pohon besar dengan amarah sehingga tercipta pohon kalayar dengan tersedia satu buahnya yang sangat matang.
Dipetiknya buah itu terlihat cantik namun mematikan, menurut Pangeran begitulah manusia terkadang terlihat baik dari wajah namun jahat dari hati.
Merah pekat sehingga menggoda siapa saja yang melihatnya, Pangeran sudah bersedia memakan buah itu karena rasa sakit sudah tak bisa ditahan lagi.
Mulutnya kini mulai membuka dan siap menyantap, gigi juga sudah sedari tadi siap untuk mengunyah buah kalayar, tinggal sekali tancap pada gigi tiba tiba buah itu terlempar dengan sendirinya.
"Jangan bodoh" suara menggema di hutan.
Apakah ini suara amarah cakrawala yang berusaha menghalanginya untuk melakukan hal bodoh, atau terus ingin melihat Pangeran sengsara dan menangis disetiap waktu.
Sejahat ini kah jagat pada Pangeran sehingga tak ada hati untuk terus melihatnya memakai mantel nelangsa.
Namun semua dihiraukan oleh Pangeran, ia langsung mengambil buah yang terjatuh tadi, tapi lagi lagi buahnya menjauh, hal aneh yang terus menerus membuahkan pertanyaan dalam benak bocah ini.
Karena kesal ia ikat buah dengan akar yang tiba tiba muncul dari tanah lalu dengan mudah ia mengambilnya, sesaat ingin dimakan ada tangan seseorang yang mencegah.
"Jangan bodoh"
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN ALAM [TELAH TERBIT]
ActionMalam itu, terjadi pembantaian sangat sadis kepada orang orang yang mempunyai kekuatan, sehingga banyak mayat bergeletakan, namun keselamatan berpihak pada kakak dan adik yang masih berumur belia, karena tragedi itu pun keduanya tinggal terpisah. Ta...