PETAI

32 14 5
                                    

Caesar sangat bernafsu meninju pria bertopeng, hingga kesadarannya mulai melemah. Namun dia tak selemah yang difikirkan, kekuatan hitam dikeluarkan dengan segera dan langsung mengajar habis lawan.

Caesar kewalahan dengan hal ini, kekuatan hitam itu terus memukul mukul, sedang pria bertopeng mengisi tenaga demi membalas serangan, sedang angin sedari tadi mengusir kehitaman tersebut.

Pria bertopeng tertawa dengan keras, tiba tiba dari setiap tubuhnya keluar prajurit hitam lebih banyak dan bersiap membuat lemah orang tua berambut putih itu.

"Angin puting beliung"

Angin itu keluar dari tangan Caesar dan membuat terbang pasukan hitam, pernah sekali terkena. Rasanya sangatlah sakit sampai menebus tulang, jika sebanyak yang ditangkis mengenai mungkin dia tak bisa bergerak.

Pria bertopeng tertawa terbahak bahak dari kejauhan, Caesar yang melihatnya pun merasa sangat jengkel.

"Kamu nggak akan bisa ngelawan aku!"

"Angin, ubah wujud"

Saat itu Caesar tak terlihat, sebab dia sudah menjadi angin, belum bisa untuk mengeluarkan angin duduk. Sebab kekuatan itu sangat tidak boleh dipergunakan.

Pria bertopeng mulai membungkam mulutnya, terkejut dengan kekuatan lawan tapi keberanian dan akal tidak akan habis.

"Aku tau kamu sekarang jadi angin"
ucapnya dengan tertawa

Memejamkan mata lalu tangannya seakan akan meninju sesuatu, aura kegelapan nampak di lengan sehingga keberadaan Caesar dapat diketahui, dan dia merasa kesakitan.

Bukan hanya sakit, tapi merasa mual sebab tepat bagian perutnya tertinju sangat kuat.

°°°°°
Suara teriakan petir menjadi musik di tempat ini, Bimo dan Cengcep yang sedang beradu kekuatan antara petir dan besi. Petir terus membuat besi yang diciptakan menghitam sehingga tak bisa lagi digunakan.

Awalnya memang kehabisan akal, namun kekuatan andalan belum dikeluarkan, senyum kejahatan mulai terukir dari wajah Bimo.

"Bom bom bom bom bom bom!"

Tangannya terus mengeluarkan bom, Cengcep sedikit kewalahan tapi untung, dia bisa menghacurkan bom dengan petir sehingga tak satupun yang terkena.

Terus mencari cara agar bisa mendiamkan Bimo, sambil berlari dia mencari cara. Sampai akhirnya Cengcep tersenyum, keduanya membelah diri kembali lalu berlarian kesana kemari dengan cepatnya.

Bimo terlihat bingung sebab yang dilawan kini bukanlah seorang, untuk memfokuskan satu titik serasa tidak mungkin sebab keduanya berlari sangat cepat. Walau terus terusan melempar bom.

Sang pengendali besi mulai terlihat letih, ini saatnya bagi Ceceng dan Cecep menghajar tanpa terlihat. Sekujur tubuhnya mulai melemah bahkan tak bisa bergerak sedikitpun, sebab tinjuan yang diberikan layaknya setruman.

°°°°°

Pangeran masih membujuk Raja, namun tetap saja hati yang keras tak menerima bisikan kebaikan wajah selalu dipalingkan, ketika diberi nasihat nyanyian sebagai penghalang kebaikan. Namun sang kakak tetap sabar menghadapinya, tetap tak ingin melawan.

"Aku tau, kamu pasti bisa bebasin diri kamu dari pohon sekecil ini, kalau aku udah nggak ada"

"Ya lah kekuatanku kan lebih hebat"

Pangeran yang tanpa memperdulikan ucapannya mendekat ke pohon, lalu menempelkan tangannya. Tiba tiba mata Raja membelalak dan merasa kesakitan, sebab pohon tadi mulai tumbuh semakin besar hingga mampu memcakar cakrawala.

PANGERAN ALAM [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang