Piring yang sudah pecah bentuknya tidak akan bisa kembali seperti piring semula.
Kertas putih yang dibakar tidak akan bisa menjadi kertas putih lagi
~kopi Starbucks memang tak bisa Dyah tinggalkan hari ini benar-benar sudah tak bisa ditahan lagi. Bulan lalu saat kontrol ditemani harith penyebab kram perut memang benar ada kaitannya dengan kopi, Dyah juga kaget kenapa terdiagnosis asam lambung padahal tak ada riwayat sama sekali, selama hamil tak ada pantangan apapun segala macam makanan apapun dimakan asal tak berlebihan.
Tapi untuk lepas dari kopi rasanya memang sudah sekali tapi dyah juga tau batasannya untuk saat ini."Dokter kan sudah bilang gaboleh minum kopi terus,bandel ya kamu" baru akan menyuap mie kedalam mulutnya suara harith membuat Dyah kembali meletakan sendok diatas mangkuk
"Biar ga ngantuk, akhir-akhir ini keseringan ngantuk terus.ngidam pengen beli kopi"
"Semalem tidur harusnya ga ngantuk" sewotnya harith sambil mengambil kopi Dyah diatas meja langsung membuangnya ketempat sampah
"Kamu kenapa sih?" Sudah tertebak bila sedang capek sudah pasti Dyah yang terkena sasaran empuk emosi harith
"Minum kopi makan mie tiap hari yakin anaknya lahir sehat?" Mata harith begitu tajam seperti mengintimidasi menatap mata Dyah yang sudah berkaca-kaca tak terbendung lagi air matanya
Sulit rasanya mengunyah makanan sambil mendengarkan perkataan yang membuat hati begitu sakit.air mata jangan ditanya sudah mengalir begitu saja, meletakkan sendok lalu mengusap airmatanya Dyah rasanya sudah tak punya energi untuk bertengkar dengan harith memilih diam beranjak dari meja makan segera masuk kamar.
"MAU KEMANA,BELUM SELESAI YANG BICARA AKU!" Nada ketentaraan harith selalu terbawa
"Gaenak rasanya makan sambil dimarahi,aku tau kamu capek,makanya mudah emosi kalau ada apa-apa cerita. gausah paksa buat biaya spesialis aku"
Inginnya Dyah semula diam dan sudah tapi rasanya sudah benar-benar tak nyaman dari masalah baret, kaporlap dan hari ini kopi. Dyah Penasaran benar dengan emosi harith yang suka meledak-ledak itu murni berasal dari masalah yang datang dengan dyah atau memang ada masalah lain dan terbawa pulang.
"Diem!" Tangan harith reflek menggebrak meja makan hingga menimbulkan suara yang menurut dyah sangat mengerikan
"Pusing aku tiap hari cuma dengerin kamu nangis terus"
Sudah bingung tak tau bagaimana lagi cara Dyah menghadapi keegoisan harith,sambil mengelus dadanya Yang sesak sesekali menyeka air matanya
Sekejap Dyah merasa beruntung memiliki harith tapi dalam sekejap juga Dyah merasa tak seberuntung para teman-teman nya yang memiliki suami yang begitu sabar.
Bukan harith tak baik menurut Dyah harith baik malah begitu sangat baik tapi emosinya selalu berhasil mengalahkan tutur bahasanya yang halus dan lembut."Aku gaakan nangis kalau ga ngadepin emosi kamu yang selalu nyakitin hati aku,egois kamu itu kebangetan kita selesai saja sampai disini" sambil menangis Dyah berlalu masuk kamar begitu saja
"Ngancam aku?!" Teriaknya harith yang tak digubris dyah
Pagi ini perasaan harith begitu sungguh tak enak sebab pertengkaran dengan Dyah semalam, sesekali melirik foto mertuanya diatas dinding sembari memakai sepatu pdlnya
Rasanya harith benar-benar terusik, selesai memakai sepatu bergegas dengan langkah cepat satu tangan harith membalik foto yang menurut harith seperti mengintimidasi. Tanpa sarapan bahkan segelas kopi seperti pagi biasanya juga bekal yang siap dibawa sengaja harith hiraukan pikiran harith kini berubah menjadi tak mau lagi bergantung pada dyah dulu semasa bujang juga bisa apa-apa tanpa istri kali ini harith coba kembali ke masa bujangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR
AléatoireDYAH ANCCI WIRASTI KENCANASARI segala upaya telah aku lakukan segenap doa sudah aku panjatkan jika memang tadirku seperti itu aku bisa apa .yah usaha dan doa bagiku usaha yg utama lalu doa yg menjadi petunjuknya HARITH JATI RIMBA TSURAYA apa yang ak...