🏠; BAB 02

2.2K 243 7
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Suasana sore di rumah Adipati lumayan damai, tidak ada keributan sama sekali namun si bungsu sepertinya sibuk sekali.

Dari beberapa jam yang lalu dia sibuk berkeliling rumah dengan wajah panik yang sangat ketara, ditangannya terdapat sebuah ember besar cucian baju.

Hasa lelah mencari, wajahnya memerah menahan tangis karena barang yang hilang benar-benar mahal.

Hasa takut di marahi.

Dengan lemas Hasa pergi ke dapur untuk bertanya pada salah satu saudaranya. Saudara yang jarang marah itu hanya mas Senja.

"Mas Senja, baju cucian yang ada di teras...Mas lihat nggak?" Hasa bertanya, kepalanya hampir meledak karena berkeliling rumah mencari baju-baju orang tua mereka. Tadi Hasa mengangkat jemuran dan menaruh baju itu di dalam ember namun saat ditinggal sebentar baju itu sudah tidak ada, hanya tersisa ember kosong saja.

"Mas." Tanyanya lagi namun Senja tidak menoleh sama sekali, Senja masih sibuk dengan kegiatan memotong sayuran berwarna oranye, wortel.

Gemilang yang tidak sengaja lewat langsung menghampiri Hasa. "Mas Senja lagi gak pakai alat pendengar, Sa." Ucapnya saat sadar jika kakak kembarnya tidak memakai alat pendengar.

Hasa sontak langsung menyipitkan mata. "Loh...iya kah?" Tanyanya, Hasa benar-benar tidak sadar.

"Samperin aja, Sa. Tepuk punggungnya." Ucap Gemilang sebelum pergi dari sana. Dia ingin segera mandi karena tubuhnya benar-benar lengket, berjalan kaki dari tempat les menuju rumah itu lumayan jauh. Kaki Gemilang benar-benar pegal sekali.

"Makasih, Kak Gemi." Ucapnya. Hasa langsung mengambil alat pendengar milik Senja lalu mulai menghampiri si sulung kedua, tangannya menepuk pelan pundak Senja.

"Mas."

Senja menoleh dengan cepat lalu mengambil alat pendengarannya. "Kenapa, Sa?"

"Mas lihat baju jemuran yang di teras nggak?" Hasa langsung bertanya, kepalanya benar-benar pusing karena baju-baju mahal milik orang tua mereka hilang seperti digondol kucing. "Aku mau gosok baju itu karena ayah dan ibu udah marah-marah." Ujarnya dengan suara kecil.

Senja langsung menunjuk arah pojok. "Tadi mas taruh di dalam laci besar, cari aja di situ, Sa." Ucapnya. "Lain kali jangan taruh baju sembarangan, kalau hilang bahaya...baju ayah dan ibu harganya mahal, Sa." Senja memperingati si bungsu agar tidak teledor.

Hasa langsung mengacungkan jempol dan mengangguk kecil. "Iya maaf, mas. Tadi Hasa kedalam sebentar untuk ambil air karena tanaman bang Juna kering." Jelasnya.

Senja mengangguk kecil, tidak dapat marah pada si bungsu. "Iya, Sa. Lain kali jangan gitu lagi."

Hasa langsung pergi menuju laci besar di sudut guna mengambil baju-baju milik ayah dan ibu. Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara teriakan kesakitan Arta.

Our House [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang