🏠; BAB 32

1K 143 19
                                    

Udah 2k vote, haruskah double up?

Kalo rame double up deh
Heheh

Kalo rame double up dehHeheh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Theo menatap Haris dengan geram, sudah lebih dari empat hari kelima anaknya tidak pulang kerumah dan tanpa seizinnya mereka tinggal dikediaman Haris.

"Mana mereka? Lancang sekali membawa mereka pergi tanpa seizin saya." Theo menatap tajam Haris.

"Mereka lebih aman dengan saya, tidak usah khawatir." Ujar Haris santai.

"Kau pergi membawa mereka tanpa izin saya selaku orang tuanya, saya bisa melaporkan kamu, Haris."

"Saya tidak akan melarang, silahkan laporkan toh kelimanya pasti akan membela saya saat di kantor polisi. Lagipula mereka lebih bahagia tinggal bersama saya, mereka sehat dan terus melengkungkan tersenyum senang." Jawaban Haris sungguh membuat wajah Theo merah padam.

Haris tidak bohong, tubuh mereka lebih berisi apalagi Hasa, anak itu makan dengan lahap.

Theo mengepalkan tangan dengan gigi bergeletuk kecil, Adiknya ini benar-benar memancing emosinya.

"Saya akan mengambil mereka secepat mungkin." Ayah berucap dengan nada berat kemudian berdiri dari duduknya. "Saya akan buat perhitungan." Ucapnya sebelum pergi

Theo dan Haris, saudara terpaut usia 6 tahun. Mereka berdua saudara kandung, lahir dari seorang Ibu yang begitu cantik dan pintar, Ibu mereka sempurna.

Kebodohannya hanya satu yaitu menikahi sosok kejam seperti Papah.

Salah pukul itulah metode yang selalu Papah terapkan di rumah, keduanya selalu melihat Ibu dianiaya.

Theo dan Haris begitu sayang Ibu. Dulu, keduanya begitu akrab dan saling menyayangi satu sama lain.

Menjaga Ibu bersama-sama saat sedang sakit.

Papah selalu memaksa keduanya belajar dengan giat, sebagai anak pertama dan penerus perusahaan tentu Theo yang akan di prioritaskan Ayah.

Haris akan menjaga Ibu disaat Kakaknya sedang sibuk mempelajari masalah perusahaan.

Namun perlahan semua mulai berubah. Sikap Papah tetap sama yang berbeda itu sikap Theo yang semakin hari semakin mirip Papah.

Kasar dan semena-mena.

Ibu tidak suka saat melihat itu, berusaha menegur anaknya namun Theo sama sekali tidak mendengarkannya. Sifat keras kepala melekat begitu kental pada Theo, benar-benar cerminan suaminya dan Ibu tidak suka.

Theo menjadi lebih dingin dan ringan tangan, menatap sekitarnya dengan tajam serta tatapan intimidasi dan meremehkan. Bertindak semena-mena bahkan pada Haris selaku Adiknya.

Cerminan Papah sekali.

Namun satu hal yang tidak berubah dari Theo, Theo masih begitu sayang pada Ibu.

Our House [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang