🏠; BAB 07

1.3K 160 29
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Berjalan keluar dari gerbang universitas nya, Juna terlihat sedikit pucat sebelum tubuhnya sedikit linglung hampir jatuh.

"Kamu baik?" Temannya bertanya dengan nada khawatir, apalagi saat memegang tangan Juna. Suhu tubuh Juna sangat panas. "Mau ke klinik dulu nggak?"

Juna menggeleng lalu menatap teman perempuannya dengan senyum kecil. "Aku baik, Ca. Makasih ya." Ucapnya sebelum melangkah pergi untuk mengambil motor diparkiran.

Juna duduk di motor lalu mulai mengambil kunci di dalam tas, saat hendak tancap gas tiba-tiba kepalanya kembali berdenyut sakit, pusing sampai berkunang-kunang. Juna meringis pelan, akhir-akhir ini kepalanya memang sering sekali pusing.

Juna pikir ini hanya sakit kepala biasa, sudah beberapa hari Juna mengkonsumsi obat sakit kepala namun sudah hampir seminggu tidak kunjung sembuh.

"Juna!"

Juna menoleh kebelakang, terdapat Rebecca, teman perempuan sekaligus seseorang yang dia taksir. Rebecca itu ramah dan baik, pembawaannya tenang dan ceria disaat bersamaan, Juna suka sekali saat berinteraksi dengan Rebecca.

Sebelah lengan Juna di cubit pelan oleh Rebecca, perempuan cantik itu memasang wajah marah. "Kamu itu ya! Udah tau sakit tapi gak mau ke klinik, bandel." Ucapnya galak.

"Pokoknya harus ke klinik, ayo aku antar."

Juna menggeleng kecil lalu menatap jam tangannya, jam pulang Hasa sudah lewat beberapa menit. "Aku harus jemput Adik bungsu aku, Ca. Udah telat takutnya dia marah-marah." Ujarnya.

Yang bertugas mengantar jemput Hasa itu adalah Juna. Dari dulu belum sekalipun Juna telat menjemput Hasa, baru kali ini telat dia takut Hasa kebingungan dan marah.

Tangan Juna terjulur mengusap surai lembut perempuan cantik didepannya, Juna benar-benar mengagumi paras Rebecca. Jika bisa Juna ingin memiliki Rebecca seutuhnya, ingin terus melihat senyum bahagia Rebecca, ingin menjalin hubungan percintaan dengan Rebecca... namun Juna belum berani.

Saat ini hidupnya masih begitu sulit, Juna tidak ingin memikirkan dirinya sendiri, tidak ingin egois. Saat ini Juna punya tanggung jawab besar untuk membahagiakan Adik-adik kecilnya.

"Aku duluan ya, Ca. Kamu hati-hati bawa mobilnya." Ucapnya sebelum pergi meninggalkan area kampus.

Rebecca menatap punggung kurus Juna dengan tatapan sendu, kedua tangannya saling meremat lantaran khawatir. Dia sadar jika dari beberapa hari yang lalu kondisi Juna kurang baik dan sering mengeluh sakit kepala.

"Hati-hati Juna.."

Keduanya sama-sama saling suka, saling punya perasaan, namun belum ada aksi untuk memulai ke jenjang lebih romantis.

Motor Juna berjalan perlahan, sampai di depan sekolah Adiknya Juna langsung disambut suara teriakan Hasa.

Hasa duduk di kursi, anak itu terlihat sibuk mengobrol bersama kucing, di tangannya terdapat dua anak kucing yang memang tinggal di daerah sana. "Abang!" Hasa berteriak saat melihat motor Juna dari kejauhan.

Our House [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang