🏠; BAB 23

1K 138 40
                                    

Senja mengambil wortel dan brokoli, memilih-milih yang bagus lalu memasukkannya kedalam plastik.

Setelah selesai dengan sayur Senja langsung menuju ke toko buah, menaruh sekantung plastik sayur di keranjang sepeda sebelum kembali mengayuh sepeda menuju toko yang menjual buah.

Saat ini dia sedang ada di pasar.

Senja paling suka ke pasar, suasana ramai dan begitu banyak orang sibuk berkeliling mencari sayur ataupun buah. Senja suka suasana ini, berisik namun damai tidak ada ancaman.

Dengan senyum mengembang Senja mulai memasukan beberapa buah yang di list oleh Ibu di secarik kertas. "Buah kesukaan Hasa..mana ya?" Mata Senja mengitari banyaknya buah guna mencari manggis.

"Nah ini dia, ditaruh di ujung ternyata." Selesai mengambil manggis Senja dengan cepat mengambil buah mangga. "Ini kesukaannya Bang Juna."

Di kertas tertulis banyak buah dan rata-rata buah kesukaan mereka. Ada semangka kesukaan Gemilang dan juga Melon kesukaannya.

Ibu tau semua buah kesukaan mereka. Niat Ibu baik, membelikan mereka buah agar kelimanya tidak kekurangan gizi namun Ibu melakukannya agar nama keluarga Adipati harum, agar media tidak membuat berita mengada-ada.

"Ini semua jadi berapa, Pak?" Tanya Senja.

"Semua totalnya jadi 200 ribu, dik."

Membayar belanjaan, Senja keluar dari toko buah dengan dua kantung plastik sedang, menuju sepeda di pojok lalu mulai mengayuhnya perlahan menuju rumah.

Senja menikmati perjalanan dengan santai sebelum menyadari sesuatu.

Ada yang mengikutinya.

Perasaannya tiba-tiba tidak enak, apalagi saat di jalan sepi menuju rimbunnya pohon, mobil di belakangnya semakin cepat mengejar. Begitupun Senja, kakinya dengan cepat mengayuh sepeda sampai hampir menabrak pohon.

Senja berhasil kabur, dengan gesit dia belok ke gang kecil dan masuk kesana. Sudah beberapa menit berdiam diri disana Senja memberanikan diri untuk mengintip di celah tembok, ternyata mobil itu perlahan pergi karena ada satu mobil yang mencegatnya.

"Om!" Teriak Senja

Benar, Haris ada disana. Senyum Haris terbit saat melihat Senja. "Sini, Ja! Udah aman."

Dengan cepat Senja berlari menghampiri Haris, tidak lupa menenteng sepedanya.

"Om, tadi siapa? Kok kaya ngikutin aku." Adu Senja.

Melihat wajah panik Senja malah membuat Haris terkekeh kecil. Menepuk-nepuk pucuk kepala keponakannya Haris pun menjawab. "Bukan siapa-siapa, udah, jangan dipikirin." Ucapnya.


🏠🏠🏠

Sakti hilang!

Arta dibuat pusing, dari satu jam yang lalu dia berkeliling rumah mencari binatang peliharaannya, dengan mata sembab karena terus menangis di sepanjang pencarian. Mencari ke kolong meja, kursi, sudut-sudut lemari sudah Arta lakukan namun hamster mungil bernama Sakti itu tidak kunjung ketemu.

"Ta!"

Dari belakang Hasa memanggil membuat Arta dengan semangat menoleh. "Gimana, dihalaman belakang ada?" Tanyanya semangat.

Gelengan kecil terlihat membuat Arta kian sedih. Melihat Arta menunduk sontak Hasa langsung mengusap lembut punggung Arta. "Gapapa, Ta. Ayo cari lagi, Sakti lagi mau main petak umpet sama kita!" Ujarnya membuat Arta kembali menegakkan kepala.

"Betul! Ayo kita cari ke teras rumah!"

Keduanya mulai berlari kecil menuju teras.

Gemilang yang sedang duduk bersantai di sofa mendengus kecil saat melihat kelakuan kedua Adiknya.

Our House [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang