🏠; BAB 13

1.2K 146 30
                                    

Malam begitu indah, suasana sejuk di temani langit malam penuh bintang berkelip cantik, suara jangkrik dan hembusan pohon pun entah kenapa begitu nikmat di dengar seperti alunan musik tersendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam begitu indah, suasana sejuk di temani langit malam penuh bintang berkelip cantik, suara jangkrik dan hembusan pohon pun entah kenapa begitu nikmat di dengar seperti alunan musik tersendiri.

Juna, Senja, Gemilang, Arta dan Hasa. Kelimanya sedang duduk bersandar di batang pohon, menatap ke arah langit dengan pikiran berkelana entah memikirkan apa. Kelimanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

Di depan mereka ada api unggun kecil dan beberapa potong ikan dan jagung yang sedang di bakar.

Mencium bau gosong Arta mulai menyenggol lengan Senja yang sedang sibuk menatap langit. "Mas, ikannya mau gosong tuh." Ucapnya.

Senja segera membalik-balik tiga potong ikan, disaat sudah matang Juna dengan cepat menyerahkan piring. "Gemi, Hasa tolong teh nya di tuang ke gelas." Ucapnya.

Gemilang dan Hasa dengan telaten mulai menuangkan teh. Saat selesai kelimanya segera pergi ke atas menuju rumah pohon, makan di atas lebih nikmat karena bisa melihat pemandangan yang lebih indah.

 Saat selesai kelimanya segera pergi ke atas menuju rumah pohon, makan di atas lebih nikmat karena bisa melihat pemandangan yang lebih indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kelimanya duduk bersila dan mulai membuat bundaran. Tiga potong ikan bakar disajikan, terlihat sangat menggoda ingin segera mereka santap, sehabis membersihkan rumah pohon badan mereka lumayan lelah.

Tidak dicek hampir satu minggu rumah pohon itu benar-benar sudah seperti kandang ayam, kotor sekali. Banyak daun yang berjatuhan belum lagi kotoran burung yang berceceran disana, mereka harus kerja ekstra membersikan itu semua.

Gemilang menatap ke bawah, pemandangan yang benar-benar indah karena banyak sekali lampu kelap-kelip di kota. "Ada festival kah?" Tanyanya.

Juna duduk disamping Gemilang, mulutnya sibuk mengunyah ikan bakar, enak bumbunya sangat pas, Senja sangat mahir memasak.

"Hum, ada. Tadi pas pulang kuliah Abang lewat situ. Kalau nggak salah festival bulanan." Juna menyahuti ucapan Gemilang.

Di kota mereka tinggal setiap bulan rutin diadakan festival di taman kota, ramai dan sangat menyenangkan karena banyak pedagang dan lampu cantik kelap-kelip. Seumur hidup mereka baru datang satu kali, itupun diam-diam agar tidak ketahuan Ayah dan Ibu.

Our House [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang