Rumah begitu dingin dan sunyi membuat kelimanya jenuh, sangat berbeda dengan suasana rumah Om mereka.
Suasana hangat yang mereka rindukan, suasana rumah hangat yang mereka impikan sedari kecil ada disana.. bukan disini.
Hasa turun dari tangga dengan wajah cemberut, sesekali matanya melirik jam di dinding. "Ayah pulang jam berapa sih? Aku mau main di halaman depan tapi takut Ayah pulang." Hasa bergumam kecil, di tangannya terdapat bola yang belum lama dia beli.
Hasa begitu ingin bermain bola di halaman depan namun takut dengan Ayah. Jika bermain di halaman belakang tidak bisa karena disana banyak sekali pohon serta bunga cantik, Hasa tidak mau merusak mereka.
Gemilang datang menghampiri Hasa, mengambil bola di tangan Hasa lalu memutar-mutarnya. "Mau ke rumah pohon gak? Kalau mau Kakak temenin." Gemilang berucap.
Mendengar itu membuat Hasa bersemangat, betul juga! Rumah pohon tempat paling aman untuk bermain, Ayah serta Ibu tidak mungkin tau.
"Boleh, ayo--"
"Suuutt! Ini udah sore tau. Kalau Ayah pulang terus nyariin kalian berdua gimana? Emangnya kalian mau kena hukum?" Arta mencubit kecil kedua lengan saudaranya dengan gemas.
Mendengar itu membuat Hasa kembali cemberut sedih, begitupun dengan Gemilang.
Gemilang ingin keluar dan menikmati udara segar di basecamp mereka, suasana di rumah ini begitu sesak dan Gemilang tidak suka.
Kelimanya menjalani hari seperti biasa, kembali tersiksa dengan terus menuruti ucapan Ayah.
Haris tidak mengunjungi mereka karena dilarang Ayah, tapi Om mereka selalu rutin memberi kabar lewat pesan.
"Bang Juna udah minum obat?" Senja menghampiri Juna dengan satu toples biskuit. "Nih, makan biskuitnya."
"Abang udah minum kok." Juna mulai rutin mengkonsumsi obat, Juna juga lumayan sering konsultasi ke Dokter karena terus dipaksa Haris.
Senja duduk disamping Juna, tangannya terjulur memijat keningnya serta punggung Abangnya. "Selama minum obat pusingnya udah mendingan?" Tanya Senja.
"Lumayan lebih baik dari pada kemarin-kemarin." Sahut Juna.
Arta serta Hasa menghampiri dan duduk di samping Juna.
"Mau biskuitnya dong." Arta mengambil toples berisi biskuit. "Kamu mau, Sa?" Tawarnya pada Hasa.
"Mas! Ikannya gosong nih!" Gemilang berteriak dari arah dapur.
Mendengar itu membuat Senja langsung bangkit dengan cepat, ya ampun bagaimana bisa dia lupa jika sedang memanggang ikan!
Sampai di dapur Senja menggeram kecil saat melihat Gemilang hanya diam menatap panggangan ikan tanpa niat mematikan kompor.
"Minggir minggir." Ujarnya.
Gemilang langsung menyingkir, tatapannya terpaku melihat Senja dengan mahir membolak-balik ikan di panggangan.
"Gemi, tolong ambil piring."
Dengan cepat Gemilang mengambil piring. "Ini, Mas."
Beberapa potong ikan tersaji dengan rapih di piring. "Taruh di meja makan, Mas mau cuci buah." Titahnya.
Tanpa banyak bicara Gemilang langsung menaruhnya di meja makan, telinganya samar-samar mendengar suara barang jatuh dari ruang bersantai.
Mendengar itu membuat Gemilang dengan cepat menghampiri, disana ada Juna yang sedang memegang ponsel dengan wajah terkejut, di sampingnya ada Hasa yang sedang membereskan pensil warna yang terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our House [END]
FanficLima saudara namun tidak sedarah. Ini kisah Juna, Senja, Gemilang, Arta dan Hasa. Lima anak malang yang tidak pernah tau apa arti kebahagiaan. Kelimanya saling menutupi luka satu sama lain, bergandengan tangan dengan begitu erat tanpa niat melepas...