🏠; BAB 27

1.1K 145 18
                                    

Senja dan Gemilang, si kembar sedang sibuk di dapur. Senja sedang memasak sedangkan Gemilang sibuk mencuci baju.

Suara potongan sayuran terdengar begitu nyaring, harum masakan mulai tercium samar-samar. Senja memang jago sekali memasak

Setelah menyalahkan mesin cuci Gemilang langsung menghampiri Senja untuk membantu memotong sayuran. "Mas, perlu bantuan gak?" Tanyanya.

"Cuci buah aja, Gemi. Masakan udah mau matang kok." Ucap Senja.

"Oke."

Membuka kulkas lalu mengeluarkan beberapa buah seperti anggur dan apel, mencucinya di wastafel lalu ditaruh di piring untuk disajikan.

"Mas, kok masak udang sih?" Gemilang menatap wajan di depannya dengan tatapan ragu, masih begitu trauma akan udang mentah yang Ibu sajikan beberapa bulan lalu.

Masakan Senja memang enak, sangat enak, udang sambal di depannya terlihat menggiurkan dan begitu harum, namun memang dasarnya Gemilang tidak suka dan alergi jadi tidak bisa dipaksakan.

"Ibu yang request." Sahut Senja, paham jika Adiknya tidak suka udang Senja kembali buka suara. "Mas tadi masak beberapa potong ayam juga, kamu tenang aja, Gemi."

Mendengar itu membuat Gemilang merekahkan senyum lebar, mulai mendekati Senja lalu mengaduk-aduk sup yang sedang dimasak. "Bang Juna mana ya? Kok belum pulang?" Gemilang bertanya heran.

"Tadi Bang Juna nganter Hasa pulang tapi balik lagi karena ada tugas kelompok." Tadi Senja memang sempat berpapasan dengan Juna.

"Arta di dalam kamar kali ya? Dari tadi nggak kelihatan batang hidungnya tuh." Gemilang kembali bertanya.

Kegiatan memotong Senja terhenti sebentar. "Mas juga belum liat Arta, mungkin aja tidur dikamar." Ucapnya sebelum mendelikkan mata saat Gemilang dengan usil mencipratkan air ke wajahnya.

"Gemi, jangan sampai Mas getok ya."

Kekehan kecil terdengar. "Hehe, kangen ngeliat wajah kesal Mas Senja."

Keduanya kembali mengobrol ringan, membahas apa saja sampai sup dan ayam yang di goreng matang.

"Kangen waktu-waktu berdua gini ya, Mas." Bisik Gemilang kecil.

"Sama, Mas juga kangen banget. Kita jarang ngobrol berdua. Gemi sekarang juga udah jarang cerita, udah jarang kunjungi kamar Mas, udah jarang jahil."

Senja menatap kembarannya dengan tatapan sendu. "Gemi udah berubah.."

Mendengar itu membuat Gemilang terdiam, semenjak Ayah berbuat hal yang tidak-tidak padanya, Gemilang memang perlahan sedikit menjaga jarak dari saudara-saudaranya. Alasannya satu, dia merasa tidak pantas dan terlihat sangat menjijikan.

"Aku nggak-"

"Kamu iya, kamu berubah."

Mulut Gemilang bungkam, menatap lantai dengan perasaan berkecamuk. Apa semuanya sudah mulai menyadari perubahan Gemilang?

"Gemi, jangan pendam semua masalah sendirian. Kamu masih punya Mas, kalau nggak mau cerita sama Mas boleh kamu cerita sama Bang Juna atau yang lain."

Gemilang ingin bercerita tapi dia takut, terlampau takut sampai rasanya ingin menangis. "Aku-"

"Gemilang!"

Suara Ayah terdengar nyaring membuat Senja terkejut, keduanya menatap Ayah yang sedang berdiri di dekat meja makan.

"Ada apa, Ayah?" Gemilang bertanya cepat.

"Buatkan Ayah kopi lalu antar ke halaman belakang." Ujarnya sebelum pergi.

Our House [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang