Theo, seorang CEO hebat dan genius. Menikah saat usianya masih begitu muda dengan wanita cantik bernama Santi yang saat itu berprofesi sebagai model terkenal.
Pernikahan bagi Theo hanya sebagai formalitas, hidup di satu rumah itu sudah cukup baginya.
Keduanya sibuk bekerja, Theo sama sekali tidak pernah berpikir akan mempunyai keturunan karena dia tidak suka wanita.
Baginya semua wanita itu munafik.
Theo begitu benci Ibunya, semuanya karena Ibu.. karena Ibu dia menjadi begitu benci pada wanita dan berakhir menyimpang.
Theo dan istrinya Santi sepakat untuk mengadopsi anak, Santi suka anak perempuan jadi tanpa persetujuannya dia mengadopsi dua orang anak perempuan berusia 5 tahun.
Jujur, Theo tidak suka namun tidak berucap apapun dan membiarkan istrinya yang merawat sampai suatu hari anak yang di adopsinya mengalami kecelakaan mobil.
Tidak ada raut wajah sedih, Theo dan Santi bersikap biasa saja karena menurut mereka anak hanyalah sebuah boneka kecil yang mudah rusak.
Di usia pernikahan yang ke 5 tahun, Santi benar-benar menuntut anak dan Theo menentang. Hubungan mereka tidak bagus dari awal, banyak pertengkaran dan kekerasan fisik yang mereka lakukan.
Hubungan mereka begitu toxic. Namun ada satu fakta yang harus kalian tau kalau Santi mencintai Theo.
Tidak tidak..dia tidak mencintai suaminya, Santi hanya mencintai nama keluarga Adipati yang sekarang dia sandang. Nama keluarga terpandang itu membuat Santi merasa tinggi.
Lama kelamaan Santi mulai khawatir soal masalah keturunan, dia bukannya tidak bisa mempunyai keturunan namun Theo sama sekali tidak pernah meliriknya!
Santi menuntut anak sudah ratusan kali namun sama sekali tidak ada tanggapan dari suaminya. Mereka memutuskan untuk mengadopsi anak namun Santi begitu tidak suka dan menyalurkan rasa marahnya pada anak-anak yang dia adopsi.
Melihat Theo memilih lima orang anak laki-laki tanpa ragu membuat Santi berprasangka buruk dan benar saja, dugaannya benar saat merasakan tatapan suaminya pada seorang laki-laki.
Santi jijik namun tidak bisa berhenti dan harus bertahan karena begitu ingin bahkan terobsesi memasuki dan menyandang nama keluarga Adipati.
Prang!
Dua piring di lempar tanpa ragu, membuat Juna kecil gemetar ketakutan, kedua tangan saling meremat dengan tatapan tertunduk menatap lantai.
"Arjuna! Ibu suruh mencuci piring saja tidak becus! Anak bodoh."
Juna melakukan pekerjaan dengan amat baik, namun penataan piringnya memang tidak beraturan dan itu sukses membuat Ibu marah besar.
Juna kecil selalu jadi samsak marah sang Ibu sebelum keempat saudaranya di adopsi. Juna datang lebih awal disini..di penjara ini.
"Ibu sakit." Memejamkan mata dengan air mata menumpuk di sudut, sesekali isakan tangis terdengar.
Telapak tangannya selalu di pukul menggunakan rotan jika berbuat kesalahan.
Ibu menatap Juna dengan tatapan sinis sebelum pergi menuju kamar, meninggalkan Juna sendirian di dapur.
Juna terdiam beberapa menit guna menahan sakit, melihat telapak tangan yang memerah sebelum berjalan mengambil plastik untuk membuang serpihan beling bekas piring yang Ibu lempar.
Saat sedang sibuk membersihkan serpihan beling tiba-tiba ada sepatu yang berhenti tepat di depan Juna membuat kepala Juna mengadah keatas.
Ayah berdiri di depannya, terlihat sekali baru pulang kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our House [END]
FanfictionLima saudara namun tidak sedarah. Ini kisah Juna, Senja, Gemilang, Arta dan Hasa. Lima anak malang yang tidak pernah tau apa arti kebahagiaan. Kelimanya saling menutupi luka satu sama lain, bergandengan tangan dengan begitu erat tanpa niat melepas...