***
Juna duduk bersila di atas karpet bulu sambil menatap Arta dan Hasa yang sedang sibuk menggambar, tak lupa ditemani sepiring kue bolu dan teh hangat. "Yang buat bolu siapa?" Juna bertanya.
"Gemi yang buat, dari tadi lagi main didapur mulu." Senja menyenggol Gemilang yang sedang sibuk membaca buku pelajaran.
"Hm? Iya..lagi mau masak aja."
"Arta, gambar kamu jelek banget... Itu apa? Cacing Alaska?" Hasa meledek gambar Arta, biarpun Arta genius dalam pelajaran namun Arta sangat payah di bidang menggambar.
"Diem deh, Sa. Jangan ngajak ribut." Arta berucap, lalu menyembunyikan gambarnya dan menggantinya menggunakan kertas baru.
Arta melirik sekilas pada piring lalu kedua matanya melotot saat satu piring bolu sudah hampir habis. "Mas, tolong ambilkan bolu dong."
"Bolu buatan Kak Gemi enak, Hasa suka deh." Hasa berucap, bolu cokelat buatan Gemilang memang tidak pernah gagal, selalu enak.
"Gemi, makan bolunya. Masa kamu yang buat kamu nya gak makan." Juna berucap saat melihat Gemilang hanya diam tanpa menyentuh kue bolu buatannya.
"Lagi sariawan, Bang. Gak enak makan apa-apa." Gemilang berucap kecil sebelum memfokuskan pandangannya pada buku.
"Coba buka mulutnya." Senja menatap kembarannya. "Kamu terlalu sering sariawan takutnya bahaya, coba Mas mau lihat." Ucapnya.
Entah salah lihat atau bukan namun Juna melihat jika tubuh Gemilang agak menegang sesaat.
Belum sempat membuka mulut namun suara teriakan Ayah terdengar.
"Gemi!"
"Aku di panggil Ayah.. tunggu ya, Mas." Ucapnya sebelum pergi menghampiri asal suara.
Keempatnya menatap punggung Gemilang dengan rumit sebelum saling tatap dengan pandangan bingung.
Senja benar-benar menatap tubuh kurus Adiknya yang perlahan menghilang. Tangannya meraba dadanya... rasanya benar-benar sesak setiap Gemilang dipanggil oleh Ayah.
"Apa cuma Hasa doang yang sadar kalau.. kak Gemi sering banget di panggil Ayah?" Hasa bertanya.
"Gak kamu doang, Sa. Aku juga sadar banget, apa kak Gemi buat kesalahan?" Arta berucap dengan kening mengkerut tidak yakin, setahunya Kakaknya itu tidak senakal itu untuk dipanggil setiap hari. "Tapi setiap kali habis ketemu Ayah, kak Gemi gak pernah dapat luka apapun...syukur sih, aku bukan doain Kak Gemi dipukul Ayah tapi aku penasaran aja." Ucapnya lagi.
Jika dipanggil berarti dihukum, entah dipukul, dikurung, disiram atau dimaki-maki.
Tapi dapat dipastikan jika dipanggil maka akan dapat luka lebam ungu kebiruan, namun Gemilang benar-benar tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our House [END]
FanfictionLima saudara namun tidak sedarah. Ini kisah Juna, Senja, Gemilang, Arta dan Hasa. Lima anak malang yang tidak pernah tau apa arti kebahagiaan. Kelimanya saling menutupi luka satu sama lain, bergandengan tangan dengan begitu erat tanpa niat melepas...