Sudah hampir satu bulan selepas kematian Ibu.
Ayah semakin hari semakin sibuk dengan pekerjaannya dan kelimanya benar-benar bersyukur atas hal itu karena berkat itu mereka jarang bertemu Ayah.
Ayah hanya pulang saat malam hari untuk tidur dan keesokan harinya Ayah kembali berangkat kerja. Perusahaan Ayah sedang dalam kondisi stabil dan bagus tentu saja itu membuat Ayah begitu senang dan mulai kembali seperti dulu, gila kerja.
Di rumah mereka lumayan bebas dan leluasa bahkan tidak jarang terkadang mampir ke rumah Haris.
Mereka semakin banyak menghabiskan waktu dengan sang Paman dan itu benar-benar menyenangkan.
Seperti saat ini, Juna sedang konsultasi dengan Dokter. Keluar dari ruangan tempat pemeriksaan Juna langsung di hadiahi tatapan penasaran Haris.
"Gimana kondisi kamu, Jun?" Haris bertanya dengan nada khawatir membuat Juna diam-diam mengembangkan senyum tipis.
"Alhamdulillah, kondisi aku udah mulai membaik. Tekanan darah aku udah banyak turun."
Haris menghembuskan napas lega, mulai mengusap pucuk kepala si sulung lalu mengajaknya untuk keluar rumah sakit.
"Om lagi senggang ya sampai ada waktu luang untuk temenin aku check up?"
"Om lumayan sibuk apalagi Ayah kalian akhir-akhir ini gencar sekali mengelola perusahaan, tentu itu berdampak dengan tugas Om." Sahut Haris.
"Tapi Om akan selalu ada waktu untuk kalian." Lanjutnya.
Juna menunduk kecil, sedikit merasa bersalah. "Om harusnya gak perlu dampingi Juna gini, aku bisa urus sendiri kok."
Juna tau Haris cukup sibuk untuk meluangkan waktu. Mereka tidak menuntut Haris untuk selalu ada, mereka sudah senang saat Haris banyak meluangkan waktu untuk bermain di rumah.
Haris kerja di salah satu perusahaan keluarga, jabatannya sebagai Direktur dan Ayah CEO nya. Pekerjaan Haris begitu banyak karena Ayah memang selalu menyulitkan Haris.
"Juna, kamu ini bicara apa? Tentu kesehatan kamu lebih penting dibandingkan tugas kantor."
Tangan Haris terjulur mengusap punggung si sulung membuat senyum Juna terbit begitu lebar.
Juna cukup kaget saat Haris mengabarinya akan ikut Juna check up, biasanya Juna check up sendirian atau bersama salah satu Adiknya.
Di temani orang dewasa tentu membuat Juna senang.
"Makasih ya, Om."
Juna benar-benar bersyukur memiliki Paman sebaik Haris. Andai sifat Ayah seperti Paman Haris.. pasti mereka sudah begitu bahagia.
Entah bagaimana nasib dia dan keempat Adiknya jika Haris tidak ada disisi mereka.
🏠🏠🏠
Sore hari ini cuaca lumayan terik, Gemilang sedang sibuk menyiram tanaman namun telinganya samar-samar mendengar suara ringisan dari arah gerbang rumah.Gemilang terkejut setengah mati saat mendapati Arta yang baru pulang sekolah.
"Astagfirullah, Ta!" Teriaknya.
Gemilang melempar selang air lalu buru-buru menghampiri Arta yang sedang bersender di gerbang. "Arta.."
"Sakit, Kak.." Arta memegang kepalanya yang berdarah.
"Ayo masuk dulu." Gemilang segera memapah Arta.
Senja yang sedang menjemur baju di buat terkejut saat mendapati Gemilang sedang memapah Arta dengan kepala mengeluarkan darah. Dengan tergesa dia menaruh ember cucian dan menghampiri kedua Adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our House [END]
FanficLima saudara namun tidak sedarah. Ini kisah Juna, Senja, Gemilang, Arta dan Hasa. Lima anak malang yang tidak pernah tau apa arti kebahagiaan. Kelimanya saling menutupi luka satu sama lain, bergandengan tangan dengan begitu erat tanpa niat melepas...