🏠; BAB 29

1.1K 161 64
                                    

Double up!
Apa sih yang nggak buat kalian
🤩
Jangan lupa vote dan komen.

Berjalan di lorong rumah sakit dengan santai, kepala Hasa tak berhenti memperhatikan sekitar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berjalan di lorong rumah sakit dengan santai, kepala Hasa tak berhenti memperhatikan sekitar. Begitu banyak orang yang berlalu-lalang padahal hari sudah malam. Tidak heran namanya juga rumah sakit, namun bagi mereka ini suasana baru yang belum pernah mereka rasakan.

Melihat banyaknya orang membuat dada Hasa berdegup dengan semangat, mungkin faktor dia jarang bersosialisasi.

Saat sudah sampai di pintu depan keduanya berhenti sesaat karena ada korban kecelakaan, genggaman tangan keduanya semakin mengerat.

"Serem ya, Kak." Hasa berbisik kecil saat tidak sengaja melihat darah.

Mendengar itu membuat Gemilang langsung menarik Hasa menjauh dari sana, pergi keluar rumah sakit lalu membawa Hasa menuju jejeran gerobak penjual makanan.

"Kamu mau jajan apa, Sa?" Tanya Gemilang.

Begitu banyak makanan membuat Hasa kebingungan karena semua makanan terlihat begitu enak, perutnya kembali lapar padahal belum lama dia menyantap nasi dan ayam yang Haris bawa.

Hasa menuntun Gemilang menuju gerobak siomay. "Aku mau ini, Kak."

Antrian siomay lumayan panjang namun tidak apa, karena Hasa terlihat menginginkannya maka akan Gemilang turuti. "Yuk antri."

Mencium harum siomay membuat perut Hasa tidak sabar untuk menyantap mereka.

"Siomaynya dua porsi ya, Bang." Gemilang berucap lalu membayarnya.

Selesai mengantri siomay Gemilang mulai mencari tempat untuk mereka makan.

"Habisin makanannya di luar aja, Sa. Sekalian nikmatin udara malam, jarang-jarang kan kita bisa keluar dan nikmatin suasana kaya gini." Ucapnya.

Gemilang mengajak Hasa untuk duduk di ruko kosong tepat disamping rumah sakit. Hasa menurut, mulai duduk dan menikmati makanannya, matanya tidak henti-henti memperhatikan banyaknya orang yang masih sibuk dengan urusan masing-masing.

"Kalau ngeliat kaya gini kita jadi kaya orang purba ya, Kak." Hasa berucap kecil.

Gemilang mengangguk membenarkan, kelimanya jarang sekali keluar rumah faktor jarak rumah mereka yang jauh dari masyarakat, rumah di pinggir kota dan tertutup rimbunnya pohon membuat mereka jarang menginjakkan kaki ke kota.

Mulut Hasa penuh dengan siomay, Hasa tidak pernah berhenti mengunyah karena terlampau enak. "Enak ya, kapan-kapan suruh Mas Senja buat ah." Ujarnya.

"Sa, hari Ayah udah lewat kan?" Gemilang buka suara, memancing Hasa untuk menceritakan sesuatu.

Hasa mengangguk kecil lalu senyumnya terbit. "Iya, Kak Gemi tau nggak sih, Ayah puji gambarku loh." Ucapnya senang.

Gerakan mengunyah Gemilang terhenti, dia menatap wajah Hasa dengan tatapan rumit. "Kamu senang, Sa?" Tanyanya.

Our House [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang