14

135 25 4
                                    



Masih di hari yang sama.
Saint yang berada di salah satu rumah sakit Korea, saat in sudah mulai berjuang.

Sedangkan di lain tempat, suasana sekolah Perth saat ini, semuanya masih merasa tak percaya dengan kabar yang telah mereka dengar tentang Saint.

Bel istirahat pun berbunyi.
Perth pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya.

Saat tengah berjalan, Nana melihat Perth yang membelakanginya.
Nana berlari memeluk Perth dari belakang.

"Sayang."
Ucap Nana manja membuat Perth terkejut.

"Ahh.. Nana."
Perth berbalik menatap Nana.

"Yaa... kau menangis?"
Nana mengusap airmata Perth.

"Ah, tidak."
Perth tersenyum.

"Ada apa sayang? Ceritalah."

"Ini bukan apa-apa sayang."

"Kau tak ingin memberitahuku?"

"Bukk bukan begitu. Ahhh.. Baiklah. Saint."
Perth tak kuasa menahan tangisnya lagi.

"Phi Saint? Kau menangis karena dia? Ada apa? Sampai kau menangis seperti ini."
Nana yang mendengar nama Saint yang keluar dari mulut Perth merasa kesal.

"Perth menjalani operasi hari ini di Korea."

"Operasi?"

"Iya."

"Padahal kemarin saat dia di UKS aku sempat berbicara padanya."

"Kau menghampirinya?"

"Iya. Pantas saja ia mengatakan jika ia akan pergi."

"Saint bilang seperti itu?"

"Iya."

"Ahh.. Saint."

"Sayang, bisakah kau berhenti memikirkan Saint sebentar? Kau tidak lupa kalau hari ini ulang tahunku kan?"

"Ahh.. aku hampir lupa sayang. Happy Birthday sayang."
Perth memeluk Nana, namun pikirannya masih tertuju pada Saint.

Disaat yang sama Kim, Min, Jeon dan Yoon keluar kelas untuk ke toilet.
Saat itu pula, mereka melihat Perth memeluk Nana.

"Astaga, Perth. Joen, lihat Perth. Saat-saat seperti ini ia masih sempat berpacaran."
Ucap Kim kesal dengan airmata yang masih bercucuran.

"Kim, jangan berpikiran buruk dulu. Ini berat untuk Perth, saat ia mengetahui bahwa Saint mencintainya."
Jeon memeluk Kim untuk menenangkannya.

Mereka pun memutuskan untuk meninggalkan Perth.

Saat pelajaran berlangsung, Perth hanya diam, melamun memandangi bangku Saint.
Airmatanya berlinang, sampai akhirnya ia menitikkan airmatanva.
Sampai bel pulang pun berbunyi.
Perth bejalan keluar dengan pandangan kosong. Terlihat Pak Prapto sudah menunggunya untuk memberikan titipan dari Saint.

"Nak Perth."
Panggil Pak Prapto.

"Iya."
Jawab Perth dengan mata sayu.

"Bolehkah bapak berbicara sebentar padamu?"

"Iya, ada apa pak?"

Pak Prapto mengajak Perth untuk masuk ke pos satpam.

"Ini ada titipan daari Saint."

"Sa- Saint?"
Airmata Perth kembali berlinang saat mendengar nama Saint.

"Iya, kemarin sebelum Saint pergi, dia kemari untuk memberikan ini. Bahkan hari ini ia berpamitan pada bapak untuk operasi."

My Happiness (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang