39

66 8 3
                                    



Dua hari telah berlalu setelah Saint melahirkan. Namun tubuh Saint bukannya semakn membaik, tapi tubuh Saint semakin lemas dan terus berbaring di tempat tidurnya.

Perth dengan setia menemani dan mendampingi sang istrinya tercintanya.

"Bee, aku bosan disini."
Ucap Saint dengan suara lemah.

"Kau ingin kemana sayang?"
Tanya Perth.

"Ke taman yuk?"
Ajak Saint.

"Tapi kau masih sangat lemas sayang."

"Aku tak apa Bee."

"Kamu kuat?"

"Ya, disini sangat membosankan. Aku ingin menghirup udara segar di luar. Aku bosan melihat suasana putih seperti ini."

"Baiklah. Avyo."

Dengan bantuan suster, Perth mengangkat Saint lalu menduduk nya di kursi roda.

"Bee, bisakah baby ikut bersama kita?"
Pinta Saint.

Perth melihat suster.

"Apa boleh sus?"
Tanya Perth.

"Boleh tuan."
Jawab Suster.

"Hehehe, terima kasih sus."

Saint, Perth, dan baby menuju ke taman.

Perth mendorong kursi roda Saint, suster yang menggendong babynya.

Sampai di taman.

Perth duduk di kursi taman, dan Saint duduk di kursi rodanya.

"Hemm, aku merasa benar-benar bebas sekarang." Ucap Saint.

Perth tersenyum menggenggam tangan Saint.

"Aku ingin menggendong baby."
Pinta Saint.

Perth memberikan baby kepada Saint hingga baby Ae berada dipelukan Saint.

"Hallo, baby boy. Tampan sekali anak momma." Saint mencium pipi baby.

"Sayang, apa nama yang cocok untuk nama baby kita?"
Tanya Perth.

"Terserah dirimu saja."

"Bagaimana jika Ae?"
Usul Perth.

"Nama yang lucu sayang. Baiklah pahlawan kecil kita bernama Ae."

Saint kembali mencium baby Ae dan berbisik.

"Baby, maafkan momma, jika momma tak bisa
membesarkanmu. Maafkan mama tidak bisa menemanimu tumbuh besar. Jangan pernah membenci momma ya sayang. Selamat tinggal sayang, momma sangat menyayangimu."
Saint menangis dan mengecup bibir baby Ae.

"Ahhhh........."
Saint berteriak kesakitan saat merasakan pusing yang luar biasa.

"Sayang? Kenapa?"
Perth yang melihat itu menjadi panik.

Perth memanggil suster yang selalu menemani Saint untuk mengambil baby Ae dari pangkuan Saint dan kembali menggendong baby Ae.

"Suster, bawa anak kami ke ruangannya."
Pinta Perth.

"Baik tuan."

"Sayang, kau kenapa?"
Perth sangat panik.

"Tidak papa. Sayang aku ingin duduk disampingmu."
Wajah Saint sangat pucat.

"Ah, baiklah."

Perth membantu Saint untuk berpindah duduk disampingnya.

Saint bersandar di pundak Perth dan menggenggam tangan Perth.

"Bee? Apa aku boleh memohon sesuatu padamu?"
Tanya Saint lemah.

"Tentu saja. Katakanlah? Apa yang kau inginkan?"

"Aku mohon jaga anak kita ya? Aku titip baby Ae padamu ya."

"Sayang, kau ini bicara apa? Kita akan menjaga dan membesarkan baby Ae bersama-sama."

"Tuhan sangat adil. Tuhan memberikanku kesempatan untuk merasakan hamil sebelum aku pergi. Tuhan sudah menjawab dan mengabulkan permintaanku selama ini. Aku sangat bersyukur sudah diberi waktu sampai detik ini."

Perth menangis mendengar pernyataan Saint.

"Bee."
Panggil Saint lemas.

"Iya?"

"Apapun yang terjadi, jangan pernah menangis ya?"

"Apa yang kau katakan? Semua akan baik-baik saja, tidak akan terjadi apa-apa."

Tiba-tiba, darah dari hidung Saint menetes di bajunya tanpa sepengetahuan Perth.

Saint yang menyadari itupun menahan untuk tidak menangis.

"Kau harus tahu betapa aku sangat sangat sangat mencintaimu."

Perth tak bisa berkata apa-apa karena menangis.

"Maafkan aku jika selama ini sering menyusahkanmu. Maafkan aku sudah banyak merepotkanmu. Terima kasih telah membalas cintaku. Terima kasih telah menemaniku di sisa hidupku. Terima kasih buat kebahagiaan yang kau berikan."

Perth masih tak dapat berkata apapun, hanya airmata yang terus mengalir saat ini.
Perth mencium rambut Saint.

"Aku..."
Tiba-tiba nafas Saint sesak.

"Aku harus pergi."

"JANGAN!!"

"Ini.... saatnya... Untuk... Berhenti. Aku... harus... pulang."
Ucap Saint terbata- bata karena sesak di dadanya.

Perth semakin menangis dan airmatanya mengalir deras.

"Jangan sayang, jangan.... Jangan bicara seperti itu. Aku mohon jangan. Aku yakin kamu bisa bertahan."

Darah di hidung Saint tak henti untuk mengalir.

"Kamu dan baby Ae adalah kebahagian terbesarku. Satu kalimat yang harus kau ingat dariku. YOU ARE MY HAPPINESS. KAMU ADALAH KEBAHGIAANKU."
Saint sudah tak kuat menahan sakitnya.

"Aa... aku.... aaahhh."
Saint semakin kesakitan.

"Aku sangat mencintamu, suamiku."

Perth merasakan pundaknya semakin berat, dan
genggaman tangannya mulai merenggang.

"Sayang.... Jangan... jangan pergi."
Perth panik dan takut.

Saint terjatuh di pangkuan Perth, dan Perth pun terkejut melihat hidung Saint yang berlumuran darah.

"Hah???"
Perth terkejut dan tangisnya semakin menjadi-jadi.

"Sayang. Saint?"
Perth menggoyang-goyangkan tubuh.

"Jangan sayang. Aku mohon jangan pergi."
Perth menangis memeluk Saint.

"Jangan pergi. Bangunlah."
Perth semakin tak kuat menahan tangisnya.

"SAINTTTTT. KAU TAK BOLEH PERGI."
Teriak Perth dengan tangis kuat.

"SAINTTT.... TIDAK..... SAINT..."
Dokter mendengar teriakan Perth, dan segera menghampirinya.

Dokter langsung saja membawa Saint ke ruangan UGD.

Perth sangat terpukul, dan panik menunggu Saint di luar ruangan.
Tak lama setelah itu dokter keluar dari ruangan.

"Bagaimana dok?"

"Yang sabar ya tuan, Tuhan berkehendak lain. Tuhan telah menjemputnya."

"Apa? Ini... ini tidak mungkin. SA... Saintku. Dokter pasti berbohongkan? Dokter jangan bercanda."
Perth lemas tak berdaya.

"Maaf tuan. Istri anda sudah pergi."

"Tidak... Jangan pergi... ini tidak mungkin. Saint...
Jangan..... SAINTTTT."

Saint dinyatakan telah pergi untuk selamanya.
Perth merasa sangat terpukul dan mash tak percaya. Begitu juga dengan keluarga dan kerabat dekat, serta keluarga Saint.
Semuanya merasa sangat kehilangan.
Namun mereka juga tak bisa berbuat apapun, karena semua sudah takdir Tuhan.
Mereka hanya bisa mengikhlaskan kepergian Saint. Selama ini Saint sudah berjuang untuk tetap hidup dan melawan penyakitnya.
Kini Saint tidak akan merasakan sakit lagi.
Mungkin itu memang jalan terbaik dan takdir Tuhan.

END 🥀

My Happiness (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang