Pagi hari pun menyapa. Sinar matahari kembali melakukan tugasnya untuk menyinari dan membawa penerangan.Hari ini Saint sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Meskipun badannya masih lemas.
"Mama, Saint berangkat sekolah dulu."
Pamit Saint dengan suara lemah."Kamu serius akan sekolah sayang? Badanmu sangat lemas."
Tanya Nat yang tak tega melihat kondisi Saint."Iya mamaa. Saint kuat kok."
Jawab Saint sambil tersenyum."Baiklah, hati-hati sayang."
Ucap Nat sambil mencium kening Saint.Tak lama kemudian Sampai sampai di sekolahnya. Seperti biasa Saint menyapa Pak Prapto satpam sekolah.
"Selamat pagi pak Prapto."
Sapa Saint dengan sedikit tersenvum."Selamat pagi nong. Apa kau sakit? Kau terlihat pucat."
"Ahh.. tidak pak Prapto. Saint masuk dulu ya pak."
"Iya nong. Semangat."
Dengan nada semangat, pak Prapto menyemangati Saint untuk bersemangat.Namun hanya di balas senyuman oleh Saint.
"Nong Saint tidak seperti biasanya hari ini."
Gumam pak Prapto saat Saint sudah pergi.Saat menuju kelas, Saint melihat Perth sedang duduk berduaan dengan Nana di depan kelas.
Saint melihat Perth tampak sangat bahagia. Saint juga melihat Perth mengusap rambut Nana dan menggenggam tangan Nana.
Saint menunduk untuk menahan tangisnya. Sampai pada akhirnya Perth melihat keberadaan Saint.
"Saint." Panggil Perth.
Saint terkejut dan bingung dengan suara Perth yang tidak terlalu jelas.
"Hah? Aku?"
Saint menunjuk dirinya."Iya. Kemarilah."
Saint melambaikan tangannya yang mengartikan bahwa ia tak mau menemuinya.
"Haisshh."
Perth yang mengerti penolakan Saint, langsung berjalan menghampiri Saint.
"Ayolah Saint, ikut aku sebentar."
Pinta Perth sambil menarik tangan Saint dan menghampiri Nana."Untuk apa Perth, pelan-pelan."
"Sayang, kenalkan ini Saint."
Saint tersentak dengan kata 'sayang' panggilan untuk Nana. Saint kembali merasakan sangat sakit di hatinya dan dadanya terasa sangat sesak.
Namun dengan terpaksa, Saint tetap mengikuti kemauan Perth untuk berkenalan dengan Nana.
"Kalian belum saling kenalkan?"
Saint dan Nana saling menatap.
"Halo phi. Saya Nana, pacarnya Perth."
Mendengar pernyataan Nana, Saint merasa sakit hati."Ahh.. aku Saint, sahabat Perth."
Perth meraih tangan Nana saat Saint masih bersamanya.
"Ini Saint yang membantuku saat aku menyatakan cinta padamu."
Perth tersenyum melihat Saint."Waahhh.. benarkah? Terima kasih phi, berkatmu Perth berani menyatakan cinta padaku."
Saint menyaksikan Perth saat menggenggam tangan Nana. Hancur yang dirasakan Saint saat ini.
"Ahh.. sebagai sahabat aku harus membantunya." Ucap Saint.
"Seperti yang diharapkan. Maka dari itu Saint sangat istimewa bagiku."