- 30 - Edward

4 0 0
                                    

"Hmm,ternyata kamu benar-benar haus.."Anggun menatap bola mata coklat milik pemuda yang sekarang tengah setengah memeluk tubuh nya.Aneh Anggun tidak kuasa menolak bahkan dia merasa nyaman.Tubuh nya tidak bisa bergerak bahkan saat Stiven sudah melangkah pergi dia tetap mematung.

"Brumm"Ninja Zx itu meninggal kan tempat itu bersama pemilik nya.

"Loe kenapa?"Tanya Desi.

"Nggak apa-apa kok,tubuh nya seperti es yang dapat membuat tubuh orang lain menjadi beku."

"Maksud loe..?"

"Tidak.Gue bingung..Pulang yuk."Indah dan Desi mengangguk

Dalam langkah nya Anggun seperti melihat suatu bayangan kehidupan di dimensi lain.Nampak beberapa orang bule terlihat dalam dimensi itu,Anggun semakin tidak mengerti dari waktu ke waktu hidupnya di terpa banyak keanehan.

Sekarang dia bertemu dengan Stiven yang tidak Anggun ketahui asal usul nya.Namun bersikap sangat tidak wajar kepada nya.

"Guess.. Jujur gue merasa tidak nyaman."Pengakuan Anggun pada Desi dan Indah.

"Hem..Kami sudah menduga nya...Kami sudah mematai Stiven,dan kami tau dimana dia tinggal."Anggun menghentikan langkah nya.

"Sungguh.."Indah dan Desi mengangguk

"Dia nggak bisa di bilangin..Kita harus temui keluarga nya.Agar tu cowok nggak ganggu gue lagi.."

"Gue juga risih.Sebagai teman Anggun gue nggak terima dia lancang kayak tadi.."Ucap Indah.

"Kalau gitu,kita pukulin aja dia."Saran Desi.

"Jangan Des,kita laporin aja sama orang tua nya..Lagian kita ini cewek masa berantem sama laki laki."

"Anggun,kita bertiga dia sendiri.Masa kita kalah."Indah terkekeh,rasanya ingat masa smp.

"Udah Des.Gue nggak mau pake cara kayak gitu."

"Jadi?"

"Kita kerumah nya.."

"Oke,siapa takut."

Anggun tiba di sebuah rumah berpagar tinggi dari besi motif pagar itu ala eropa."Kalian yakin.."Mereka mengangguk.

"Jalan ini pentasan menuju rumah gue.."

"Iya Anggun kita juga tau.Itu lah kenapa tiap pagi dia selalu ngajak loe bareng ke sekolah.."

"Tapi gue nggak mau..Berkali kali gue bilangin cowok itu tetap saja ngeyel.Gue bisa aja minta mama Tangkap dia..Gue merasa tidak senang,sama aja dia sudah neror gue."

"Emang mama loe bakal nanggepin..Paling Tante menganggap itu hanya kegelisahan anak abg.Anggun Tante Anggi itu pintar."

"Dah ahh, yuk masuk.."Anggun nekat langsung membuka pintu pagar itu tanpa permisi.

"Anggun panggil orang nya dulu."

"Udah,cuek aja.Anggap saja rumah orang."

"Yeee,memang rumah orang kali.."Mereka melangkah menuju rumah dengan halaman luas itu.

Mereka merasa Aneh,rumah itu tidak kunjung mereka gapai padahal seperti di depan mata.

"Desi!kita jalan di tempat."Tiba tiba mereka ada di sebuah hutan dengan pohon besar dan tinggi.

"Anggun,Desi.Gue takut..."Indah mulai gelisah matanya  seperti hendak menangis

Wusss

Wusss

Wusss

Diatas kepala mereka seperti ada seseorang,atau hewan, atau hantu,atau apapun itu. Mereka tidak bisa melihat dengan Jelas apa itu.Yang jelas mereka merasa terancam."Lari!!"Teriak Desi mereka berlari bergandengan tangan mereka tidak akan saling meninggalkan.

"Gadis muda..Darah nya pasti nikmat..Mereka makan malam ku..."Sosok itu terus mengejar Anggun dkk dari atas pohon.

Sial kaki mereka tersandung akar pohon yang besar.

"Bukk!!"Mereka terjatuh di antara daun daun pohon. Indah lebih dulu pingsan.

"Anggun...Apakah kita akan mati..."

"Entah lah..."Mereka Pingsan

"MAKAN MALAM!!"Sosok itu meluncur ke bawah tepat di atas Anggun dan kawan kawan.

"Duakk"Sesuatu menumbur kan badan nya ke sosok itu. Membuat mereka terpental 700 meter dari keberadaan Anggun dan kawan kawan.

"ARRRRRGGGGGHHHHHH"

"LANCANG KAMU STIVEN.BERANI KAMU MELAWAN KAKAK MU!!"

"Tenang lah Edward!!.Salah satunya adalah pengantin KU..!!"

"Tidak!!.Makanan Nikmat tidak akan aku lewat kan!!"

"Cukup Edward jangan paksa aku MELAWAN KAKAK sendiri!!"

"KUBUNUH KAU STIVEN!!"Saat mereka sama sama hendak menyerang Elis datang di tengah-tengah, wanita itu membentangkan tangan nya.

"Exspekto Petromak!!"Cahaya Putih keluar dari tangan Elis membuat Stiven dan Edward terpental..

"Huhh..Punya adik bandel seperti kalian memang merepotkan.."Ucap Elis sementara Edward dan Stiven memegang pinggang mereka yang sakit,mereka tidak akan berani melawan Elis.

Bersambung

Kursi KosongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang