16. Sebuah rahasia : Pertemanan

152 22 60
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komennya ya.

Happy reading. ☃️🌨️❄️

⋆୨♡୧⋆

"Tapi ... aku merasakan hal lain setelah menghisap darah kakak Veeron."

"Kakak Veeron memiliki kekuatan terpendam yang sangat berbahaya."

"Aku tidak tau kekuatan apa yang kakak Veeron punya, yang jelas aku merasakan jika kakak Veeron tidak bisa mengendalikan dirinya ... kekuatan kakak Veeron akan sangat berbahaya untuk kehidupan para manusia."

Mengingat perkataan Avyrolla, Gava jadi sulit untuk memejamkan mata. Kalimat Avyrolla tidak berhenti berputar di kepalanya. Ia menyibakkan selimut, meraih ponsel yang ada di nakas lalu berjalan keluar kamar menuju balkon utama.

Kota Maldine malam hari berkali-kali lipat lebih dingin, salju masih menutup pepohonan dan bahu jalan, tak jarang butiran salju terlihat berjatuhan.

Mata Gava terus mengamati nama di layar ponsel. Nama sahabat kecilnya sekaligus kakak Avyrolla.

Veeron.

Ada banyak hal yang Gava tidak tau tentang Veeron, padahal Veeron tau apapun tentang Gava. Bukankah ini sangat tidak adil mengingat mereka bersahabat sejak usia mereka tujuh tahun?

Ia ingin menghubungi Veeron tapi jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Pasti Veeron sedang bermain dengan kekasihnya atau mungkin sedang mabuk di bar.

Kelereng mata Gava bergulir ke atas, menatap luasnya langit malam bertabur bintang dan dihiasi bulan sabit yang begitu terang. Ia memejamkan mata saat angin berembus lembut membelai wajahnya.

Malam ini begitu tenang, tapi tidak dengan kepala Gava. Sangat berisik. Banyak hal yang membuat isi kepala Gava tidak pernah menemukan waktu untuk tenang.

"Gava." Suara kecil nan lembut memanggil Gava dari arah belakang.

Gava menoleh, dahinya mengernyit melihat Avyrolla datang sambil memeluk kedua bonekanya, satu tangannya mengucek mata.

"Tadi, kayanya udah tidur. Kebangun?" tanya Gava.

Avyrolla mengangguk, ia mendekat, seraya bertanya, "Gava kenapa belum tidur?"

Tangan Gava naik mengusap kepala Avyrolla. "Gue nggak bisa tidur, Avy. Balik ke kamar lo gih."

"Ayo, tidur bersamaku," ajak Avyrolla.

AvyrollaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang