28. It's time to say 'Good Bye'?

159 18 7
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komennya ya. ☃️

Well, happy reading. 🌬️❄️

⋆୨♡୧⋆

Avyrolla duduk termenung di halaman belakang rumah Gava. Ditemani Lino yang sedang memperhatikannya seraya makan kue kering, ia menggeser minuman Avyrolla mendekat pada tangan gadis itu.

"Udah dua puluh menit lo ngalamun, masih nggak mau cerita?" tanya Lino.

Avyrolla mengembuskan napas pelan, ia menyedot susu coklat dingin sejenak. Matanya mengamati sebuah ayunan yang berada di bawah pohon.

"Aku ingin ke sana, Kakak Lino. Apakah boleh?" Avyrolla meminta izin.

Lino mengangguk dengan senyuman hangat. "Boleh. Yuk."

Avyrolla senang, ia menggandeng tangan Lino. Mereka berjalan menuju ayunan. Lino membantu Avyrolla naik ke ayunan dengan hati-hati lalu mendorong ayunan tersebut pelan.

Avyrolla memejamkan matanya beberapa saat menikmati semilir angin yang membelai lembut wajahnya.

"Udah nggak cemberut lagi?" Lino bersuara.

Avyrolla membuka matanya dan menjawab, "Aku sudah sedikit lebih tenang, Kakak Lino."

"Tadi kenapa?" Lino penasaran.

"Kakak Lino, apakah Kakak Lino pernah patah hati?" Pertanyaan Avyrolla membuat Lino tertawa pelan.

"Nggak. Gue nggak pernah suka sama cewek, jadi nggak pernah patah hati. Kenapa? Lo lagi patah hati?"

"Begitulah."

Dengan masih dalam posisi mendorong ayunan, Lino kembali melontarkan pertanyaan, "Lo pasti denger kabar buruk tentang cowok lo sampai lo patah hati?"

"Kenapa? Dia macem-macem? Selingkuh atau apa? Kasih tau gue, ntar gue hajar dia. Bisa-bisanya bikin adek kecil patah hati sampai matanya sembab."

"Eh?" Avyrolla mendongakkan kepalanya menatap Lino. "Aku tidak menangis."

"Bohong. Gue tau lo tadi lama di kamar mandi karna nangis, kan?" tebak Lino.

"Terdengar sampai luar ya?" Avyrolla tersenyum kecut.

Lino menghela napas, ia berhenti mendorong ayunan dan beralih menekuk lututnya di depan Avyrolla. "Adik manis, lo tuh masih kecil. Gue pikir, kalo pacaran cuma bikin lo patah hati dan nangis, lebih baik berhenti. Pacaran kalau lo udah siap aja, kalau perlu menikah sekalian."

AvyrollaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang