17. Mollan City : Aku adalah snowflake

148 24 52
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komennya ya.❄️

Happy reading. ☃️🌨️🌬️

⋆୨♡୧⋆

"Jadi, besok kamu berangkat ke Mollan? Sama Gava dan temen-temen kamu?"

Veeron bergumam pelan, bibirnya sibuk berjelajah di bahu Zeevanya yang terbuka. Mereka habis bersenang-senang lumayan lama, melepas rindu karena Veeron yang jarang sekali dihubungi. Mau menuntut penjelasan pun percuma, Veeron tidak akan menjelaskan apapun.

Maka malam ini, Zeevanya menginginkan Veeron.

"Aku nggak diajak?" Zeevanya menangkup rahang Veeron agar lelaki itu berhenti dari kegiatan serunya.

"Lo mau ikut? Bukannya lo menghindari kota itu?" tanya Veeron tersenyum tipis.

"Aku penasaran sama siapa kamu akan bersenang-senang nantinya, Vee," sindir Zeevanya dengan tatapan menggoda sekaligus kesal karena Veeron harus pergi dalam waktu yang lama.

Veeron terkekeh, menarik Zeevanya ke dalam pelukannya. "Gue nggak bersenang-senang dengan perempuan lain. Lo lebih memuaskan, Zee. You can trust me."

Zeevanya memejamkan mata, menyamankan diri di pelukan kekasihnya. Dada bidang Veeron yang tak terbungkus apapun selalu mampu menghangatkan dirinya yang terus diterpa resah dan gelisah.

"Zanila," sebut Zeevanya, mengangkat tangan kirinya, tujuh gelang yang menutup pergelangan tangan kirinya menjadi pusat perhatian Veeron sekarang.

Dengan hati-hati Veeron melepas satu persatu gelang tersebut. Betapa terkejutnya Veeron ketika melihat goresan yang cukup panjang dan dalam ada di sana. Rahang tegasnya terkatup rapat, kepalanya mendadak pusing dan amarah yang meningkat ruah.

"Kali ini apa yang Zanila lakuin?" Pertanyaan Veeron seperti desisan ular beracun, Zeevanya tersenyum dalam mendengarnya.

"Dia nggak terima kalau keadaan aku di sini jauh lebih baik dari dia. Vee, bukan aku nggak peduli sama keluarga sendiri tapi aku nggak mau terjebak di sana terlalu lama." Zeevanya menjauhkan tubuhnya dari pelukan Veeron, ia tatap iris silver Veeron lamat-lamat. Matanya perlahan berkilau.

"Aku pengen hidup. Kejadian itu perlahan-lahan bakalan bikin aku gila kalau aku nggak bisa nahan diri aku," ucap Zeevanya penuh arti.

"Zanila nggak mau ngerti, keterpurukan yang menimpa Zanila harus aku alami juga. Salah aku kalau aku nolak? Aku pengen bebas, Vee."

Veeron rengkuh lagi tubuh telanjang Zeevanya yang terbalut selimut tebal. Ia usap kepala belakang Zeevanya dengan penuh kelembutan.

"Tapi, kamu jangan apa-apain dia. Aku nggak mau kamu berurusan sama keluarga aku. Mereka sakit jiwa, Vee," tukas Zeevanya lagi.

AvyrollaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang