4. 5 hari menghilang

177 21 15
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya☃️🌨️❄️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komennya ya☃️🌨️❄️

Thank you.

Well, happy reading. ☃️

(⚠️ : 17+)

⋆୨♡୧⋆

Pukul 20:00 Maldine City, Amberlone.

Gelapnya langit malam tanpa taburan bintang yang biasanya menghiasi angkasa seakan tak menghentikan kegiatan malam penduduk kota Maldine. Jalan rayanya masih sangat ramai dengan suara bising kendaraan dan juga lalu lalang para manusia yang belum menemukan waktu yang pas untuk istirahat, padahal malam hari adalah waktunya untuk berhenti sejenak dari kesibukan.

Terutama pemuda yang dikenal sebagai pelukis kota Maldine, Veeron Altexas namanya, dia sangat tampan dan juga memesona. Meski terlalu sering melihat Veeron, tetapi beberapa orang di kota Maldine masih saja terkejut saat melakukan kontak mata dengan lelaki itu. Terlalu sempurna untuk disebut sebagai manusia.

Puas menyelesaikan lukisan terakhirnya kemudian ia berikan kepada sepasang suami istri yang selesai menyewa jasanya, Veeron segera membereskan barang-barang lukisan yang berantakan. Satu kuas menggelinding tepat di samping sepatu wedges merah seseorang.

Ketika Veeron mendongak, raut wajah kesal gadis cantik dengan rambut sebahu warna hitam legam terlihat jelas.

"Aku nungguin kamu tiga puluh menit direstoran kaya orang gila tau nggak! Telfon kamu nggak aktif, sengaja ngabaiin aku, hm?" Perempuan itu marah-marah.

"Zeevanya," sebut Veeron menghela napas pelan. "Nggak ada maksud gue ngabaiin lo. Gue sibuk."

"Tapi, kamu udah janji mau nemenin aku makan malem. Aku belum makan dari tadi gara-gara nungguin kamu, salah siapa sekarang?" Zeevanya berkacak pinggang sambil terus melontarkan kalimat kemarahannya.

Veeron berdiri, ia menumpukan kedua tangannya dibahu gadis itu, menatap netra cokelatnya dalam-dalam. "Salah gue. Gue minta maaf, okay?"

"Cara kamu minta maaf cuma gitu doang?" Zeevanya berkata penuh arti.

Veeron celingukan menatap sekitarnya. "Banyak orang, sayang."

"Nggak peduli," sahut Zeevanya. "Anggap aja hukuman buat kamu supaya nggak giniin aku lagi."

"Gue pastiin nggak akan kejadian lagi."

"Nggak mau. Punishment is punishment, Veeron!"

Veeron pasrah, tangan besarnya beralih ke pinggang ramping gadis itu, menariknya lebih dekat agar ia bisa dengan mudahnya meraih bibir merah Zeevanya yang selalu berhasil menghipnotisnya. Satu ciuman mendarat sempurna disertai lumatan pelan, hanya beberapa saat saja karena Veeron masih ingat mereka ada di ruang terbuka.

AvyrollaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang