30. Berita

127 16 11
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komennya ya.🌷

Happy reading. ☃️❄️

⋆୨♡୧⋆

Avyrolla tak bisa berkutik berada di tengah-tengah antara Gava dan Veeron. Dalam hati, ia terus memohon agar perjalanan berlangsung secepat mungkin agar dia bisa menjauh dari Gava. Debaran jantungnya sangat tidak bisa dikondikan saat ini.

Diam-diam Avyrolla melirik Gava yang sedang anteng membaca buku dengan headshet terpasang di kedua telinganya. Lalu, lirikan Avyrolla beralih pada Veeron yang sedang tertidur dengan dengkuran yang cukup mengganggu.

Kesal, Avyrolla sampai membekap mulut kakaknya agar dengkurannya berhenti. Ia khawatir penumpang lain juga ikut terganggu. Beberapa saat dengkuran Veeron berhenti, namun tangan Avyrolla malah diapit lalu dicium oleh Veeron.

"Gue juga cinta lo, Zee. Kita bakal nikah kalau gue udah punya kandang kambing sendiri, hehe." Veeron mengigau.

Avyrolla bergidik merinding mencoba menarik tangannya. "Huek!"

"Kakak, lepaskan tanganku!" bisik Avyrolla.

Veeron tak bergeming. Dia malah semakin pulas tidurnya. Benar-benar tidur mati.

Seingat Avyrolla kursi depan adalah kursi Lino, Xavier dan Nuska, ia akan coba minta tolong pada ketiga teman Veeron.

"Kakak Lino! Kakak Xavier! Kakak Nuska! Tolong aku!" panggil Avyrolla, ia juga sedikit menendang kursi depannya berharap tiga lelaki tampan tersebut menoleh ke belakang. Tapi, tak ada jawaban.

Mereka pasti juga tidur.

"Mereka tidur, Avy." Gava menutup bukunya serta melepas headshetnya.

Tuh, kan! Avyrolla merutuk dalam hati.

Gava sedikit memiringkan posisi duduknya menatap dalam Avyrolla. "Kenapa lo nggak minta tolong sama gue padahal lo tau gue nggak tidur."

Avyrolla memejamkan matanya sejenak, dengan gugup dia menjawab, "Gava, kan sedang membaca buku dan mendengarkan musik. Kalau aku panggil pasti tidak akan dengar."

"Musiknya mati dari tadi." Gava menjawab ringan.

"Aku, kan tidak tau kalau musiknya mati," sahut Avyrolla.

Gava tak menjawab lagi melainkan menarik tangan Avyrolla yang masih dipeluk Veeron membuat Veeron mengerang pelan dengan mata terpejam.

Tangan Avyrolla berhasil terlepas berkat bantuan Gava. Gadis itu merapikan poninya kembali, rasa gugupnya bertambah berkali-kali lipat saat memergoki Gava tengah menatapnya.

"Ah, aku lupa. Terima kasih, Gava," ucap Avyrolla.

Gava membuang napas pelan, lalu menatap depan. Begitu lampu toilet menyala, Gava beranjak dari duduknya. "Gue ke toilet dulu," pamitnya.

AvyrollaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang