Shana menelan Saliva-nya gugup, matanya sedikit basah, padahal dia berusaha tegar.
Kenapa sih dia cengeng banget? Padahal sebelum bertemu dengan Drax Shana bukanlah gadis yang gampang menangis, dia selalu berwajah datar tanpa ekspresi, namun sejak mengenali Drax, Shana berubah, dia menjadi gadis pada umumnya yang dipenuhi perasaan melankolis.
Darimana dia harus menjelaskannya?
Tentang kedua orang tuanya?
Tentang dirinya?
Tentang perasaannya?
Harus dimulai dari mana?
Mata Shana berkaca-kaca, dia terus mengigit bibirnya tanpa menyadari jika sejak tadi Drax sedang menatap bibir merah yang sedang bergetar itu, apa yang dilakukan Shana menarik sisi lain di dalam diri Drax.
"Maaf..." Hanya satu kata itu yang keluar dari bibir Shana.
Kata yang cukup untuk membuang semua kemarahan di dalam hati Drax.
"Sialan...." mata Drax berembun, laki-laki itu mengelus air mata yang mengalir dari pipi Shana. "Jangan nangis." lirih Drax, tenggorokannya terasa tercekat, dia hampir mengatakannya. "Shana."
Akhirnya.
Dia memanggil namanya.
Wajah Shana berubah kacau, dia terisak dan tanpa mengatakan apapun dia melarikan diri ke dalam pelukan Drax, dia menarik leher pria itu dan mengalungkan kedua lengannya disana.
Dengan sigap Drax menarik tubuh Shana, dengan sedikit kekuatan dia membawa tubuh gadis itu dengan hati-hati dan mendudukkannya secara miring di pangkuannya.
Sekarang gadis itu ada di dalam pelukannya, yang sebenarnya.
"Itu asli, Mama...Mama..." Shana bercerita, dia membaringkan kepalanya di bahu Drax. "Mama hancurin ponsel aku, dia nginjak ponsel aku, nomor kamu disana, aku engga punya salinan nya." Dia menceritakannya. "Ketemuan sama kamu itu susah, aku harus selalu bohong tiap saat, sebenernya aku mau datang ke semua perform The Mad yang akan datang."
"Aku mau Drax, aku mau...." Shana merasa terlindungi dan nyaman, lengan kanan Drax melingkari pinggangnya dan tangan kirinya mengelus kepalanya. "Aku mau sama kamu."
Pengakuan yang lebih dari cukup.
"Do you like me?" Drax bertanya, dia tersenyum cerah, memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
Shana mengangguk, dia menyembunyikan wajahnya di leher pria itu. "Yeah, i do." Malu, malu banget, Shana engga pernah menyangka kalau hubungan mereka akan berjalan secepat ini.
Drax tersenyum sumringah, dia terkekeh pelan. "Do you want to be with me?" Dia kembali menyakinkan dirinya.
Shana mengangguk.
"Never regret?"
"Iya, engga pernah nyesal." tegas Shana, dia melepaskan pelukannya dan menatap mata Drax. "Harusnya aku yang bilang gitu."
Drax tersenyum lembut, dia merapikan rambut Shana yang basah oleh air mata. "Lo gak tahu berapa banyak hal gila yang bisa kita lakukan bersama?"
Benarkah?
"Kalau kamu gimana?" tanya Shana.
Drax memiringkan kepalanya lucu, dia tersenyum gemas. "Gue?"
Shana mengangguk. "Kamu suka aku gak?" Dia ingin dipertegas, dia tidak mau hubungan ini hanya berdasarkan perasannya.
Drax tertawa.
Tawa yang sangat merdu dan terdengar tulus, Shana baru pertama kali mendengarnya, yah iyalah ini juga pertemuan keduanya dengan jarak sedekat ini dengan Drax, biasanya juga jauh-jauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
S is She (The End)
Romance~Don't copy my story if you have brain~ -S and when i look at you, i know your already become my world- Drax Shana tidak pernah menyesal kabur dari supir pribadinya hari itu bersama teman kuliah yang baru ia kenal, karena hal itu dia bertemu dengan...