Pulang ke rumah pada pukul 9 malam dan melewatkan jam makan malam, hari ini Shana sudah melanggar dua peraturan yang dibuat kedua orang tuanya, terakhir kali Shana mendapatkan hukuman adalah ketika nilai ujiannya tidak mencapai huruf A, gadis itu harus merelakan telapak tangan yang perih, dihukum sebanyak nilai yang kurang untuk menuju kesempurnaan.
Kali ini apa yang akan dilakukan kedua orang tuanya yah?
Shana sudah merasakan semuanya.
Ditampar, dipukul dengan benda atau tangan, dikurung, diejek dengan segala kekurangan yang ia miliki di mata mereka, bahkan dia pernah dilarang makan karena tidak bisa menguasai sesuatu, menahan haus, menahan sakit, menahan ngantuk dan hal-hal lainnya.
Shana masuk ke dalam rumahnya bersama supir pribadinya itu, dia menahan nafasnya ketika melihat kedua orang tuanya dan kakak laki-lakinya sudah menunggu didepan pintu dengan ekspresi datar.
"Shana...."
Belum sempat Shana mengatakan apapun pipinya langsung ditampar oleh ibunya.
"Perkuliahan kamu bahkan belum dimulai, apa ini? Menonton konser? Berteman dengan gadis nakal yang membocorkan ban mobil keluarga?"
Shana menatap ibunya syok, ternyata wanita itu tahu semuanya.
"Maaf Ma, Shana pengen lihat acara penutupnya."
"Dan melewatkan makan malam dan jam tidur mu?" ujar Papa Shana, dia menatap putrinya kecewa.
"Maaf." gumam Shana, kedua tangannya bergetar disisi tubuh, dia tidak berani menatap wajah kedua orang tuanya.
"Tidak bisa, ini tidak bisa dibiarkan, kamu akan kuliah dari rumah."
Shana menatap ibunya, perasaan tidak adil macam apa ini.
"Jangan menatap ibumu seperti itu." Ibu Shana kembali menampar pipi Shana. "Kenapa sih kamu itu susah banget diatur, tinggal ikuti kata Mama dan Papa, maka kamu akan menjadi sesukses kakak kamu."
Shana menggigit bibirnya, lagi, dia akan dibandingkan lagi.
"Lihat Steven, dia sudah memiliki perusahaan sendiri setelah tamat kuliah, dia bahkan akan tunangan dengan putri seorang konglomerat, berkat siapa dia bisa menjadi seperti ini? Semua karena dia mengikuti kata-kata Mama dan Papa, dia tidak menganggap manusia sebagai teman, dia menganggap mereka sebagai batu loncatan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik."
"Jauhi teman kamu itu, dia pengaruh buruk, jangan membantah Shana, kamu ada disini saat ini juga karena Papa dan Mama." ujar Papa Shana..
"Iya, maafin Shana, Ma, Pa."
Mama Shana menghela nafas panjang. "Bawakan makan malamnya ke kamar, setelah makan kamu langsung tidur, selama weekend jangan harap kamu bisa keluar dari ruang belajar."
Ah, dia akan dikurung lagi dengan buku-buku.
"Kalian tidurlah, Mama sama Papa lelah."
Shana membungkuk. "Selamat malam, Ma, Pa."
Steven kakak laki-laki Shana juga melakukan hal yang sama, keduanya bangkit setelah kedua orang tua mereka tidak terlihat lagi.
Steven mendekati adiknya itu, dia mengusap rambutnya. "Capek?"
Shana menggelengkan kepalanya. "Seru banget, aku tadi nonton konser gitu, band nya keren, suara vokalisnya juga." Dia menceritakannya hal itu dengan semangat pada Steven, satu-satunya orang dirumah ini yang akan selalu mendengarkan isi hatinya.
Steven tersenyum lembut, tidak biasanya Shana terlihat sehidup ini, biasanya dia selalu memasang raut patuh, dimana dia akan mengikuti keinginan semua orang, seburuk apapun dampak perintah itu untuk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
S is She (The End)
Romance~Don't copy my story if you have brain~ -S and when i look at you, i know your already become my world- Drax Shana tidak pernah menyesal kabur dari supir pribadinya hari itu bersama teman kuliah yang baru ia kenal, karena hal itu dia bertemu dengan...