Drax menghela nafas panjang sebelum memasuki kamar kosannya, setelah 30 menit berusaha untuk menenangkan dirinya sembari memasak tentunya.
Saat ini di tangan Drax sudah ada semangkuk besar Indomie kuah yang baru saja selesai ia masak, dengan dua telur yang tidak dihancurkan, sayur, dan beberapa kerupuk yang ia beli tadi.Hm, entah kenapa Drax lupa bagaimana caranya masuk ke dalam kamar kosannya.
Menggunakan kakinya Drax membuka pelan kamar pintu kosannya, dia kembali menahan nafas ketika melihat Shana yang berbaring telungkup di atas kasurnya.
"Shana..." panggil Drax, suaranya sedikit serak.
Tertangkap basah, Shana langsung duduk tegak, dia menatap Drax dengan wajah memerah. "Itu....anu...maaf...aku tiba-tiba ngantuk." Wajahnya semerah tomat yang Drax gunakan untuk memasak Indomie kuah.
Drax tidak mengatakan apapun, dia melangkah masuk, meletakkan Mie itu di hadapan Shana bersama telur gulung dan pentol yang mereka beli tadi. "Jangan tidur dulu, ayo makan."
Shana mengangguk malu.
Drax memberikan sendok untuk Shana, gadis itu menerimanya.
"Maaf, gue cuma bisa masak ini." gumam Drax.
Shana tertawa kecil, rasa malu dan canggungnya menghilang. "Gak apa-apa kok, aku senang melakukan banyak hal sama kamu." Seandainya saja dia memiliki waktu bebas seperti gadis lainnya, setiap hari Shana pasti akan menemui Drax dan memintanya untuk pergi kemanapun dia mau.
"Ini pertama kalinya aku makan semua ini." ujar Shana.
"Coba dan lo pasti bakalan ketagihan." Drax menyeringai.
Shana merasa tertantang, dia mencobanya sedikit dan setelahnya jadi Shana tidak berhenti untuk membawa masuk makanan itu ke dalam mulutnya.
Drax tertawa melihatnya.
Lidah orang kaya Shana untuk pertama kalinya merasakan yang namanya Indomie kuah, kalau Mamanya tahu ini, Shana pasti akan dimarahi habis-habisan.
"Ini juga enak." Shana memakan Pentol nya. "Ini juga, semuanya enak, aku suka banget, terima kasih Drax." Dia terlihat sangat bahagia.
Astaga, sesederhana itu untuk membuat gadis ini bahagia.
Mereka menikmati makanan itu selama beberapa saat, tidak lupa Shana memberikan ayam warna-warni itu makanan juga. Drax meletakkan mereka di kandang kucing milik tetangga kosannya yang sudah tidak digunakan lagi, dia menemukannya di dapur kosan.
"Terus siapa yang rawat mereka?" tanya Shana pada Drax yang duduk disampingnya, pria itu sedang mengeringkan bulu-bulu ayam itu dengan kain.
"Gue, yah kalau hidup."
"Kalau hidup?"
Drax mengangguk. "Mereka bukan hasil perkawinan silang, mereka diwarnai dengan cara yang cukup kasar? Makanya ayam beginian sering mati."
Shana ber-oh panjang. "Kejam banget."
"Manusia bakalan ngelakuin apapun untuk mendapatkan keuntungan." jawab Drax.
Shana terdiam mendengarnya, sebagai gadis yang kebutuhannya selalu terpenuhi sejak kecil, dia tidak pernah memikirkan hal itu.
"Kamu sejak kapan tinggal disini?" tanya Shana sembari menatap sekeliling kosan Drax.
"Lama..." Drax sedikit menerawang jauh, dia berusaha mengingatnya. "Mungkin sejak 4 tahun lalu?" Setelah dia di Drop out dari SMA nya karena kekurangan uang untuk melanjutkan pendidikan.
"Mama sama Papa kamu kemana? Maaf kalau pertanyaan aku agak sensitif." Shana bertanya dengan hati-hati.
Drax tidak tersinggung sama sekali dengan pertanyaan Shana, justru dia senang karena sepertinya gadis ini penasaran dengan latar belakangnya. "Mama gue meninggal karena kesalahpahaman, Ayah gue di penjara."
KAMU SEDANG MEMBACA
S is She (The End)
Romance~Don't copy my story if you have brain~ -S and when i look at you, i know your already become my world- Drax Shana tidak pernah menyesal kabur dari supir pribadinya hari itu bersama teman kuliah yang baru ia kenal, karena hal itu dia bertemu dengan...