Pagi hari adalah waktu yang menyebalkan, Shana tidak pernah menyukainya karena dengan kedatangan pagi hari itu artinya dia harus melakukan aktivitas hari ini, menyebalkan, rasanya dia ingin menjadi kucing tidak perlu melakukan apapun hanya mengeong, tidur, makan dan disayang setiap hari.
Selain suara burung, air yang mengalir dan sinar matahari yang mengintip dari jendela, entah siapa yang buka jelas orangnya menyebalkan karena sinar matahari itu membuatnya terbangun dari tidurnya, eh bukan karena sinar matahari sih dia terbangun karena suara seseorang yang sibuk dengan sesuatu.
Shana memperhatikan Drax yang sedang memperbaiki pintu yang ia dobrak kemarin malam, pria itu hanya menggunakan baju tanpa lengan dan celaan traning sepertinya dia baru saja selesai mandi karena rambutnya yang sedikit basah.
"Apa aku membangunkan mu?" Drax menyadari tatapan Shana, dia tersenyum lembut. "Pagi, Shana."
Shana mengalihkan pandangannya. "Berisik, kalau gini terus aku mau pulang aja." Dia selalu mengancamnya dengan itu.
"Baiklah, maaf." Drax meminta maaf tanpa berpikir panjang. "Kamu bisa kembali tidur."
Shana melirik jam di dinding, matanya langsung melotot melihatnya, saat ini sudah pukul 12 siang, sebenernya seberapa lelah dia sampai tidur selama ini, tapi sebenarnya dia memang biasanya bangun jam segini, dih jadi malu ketahuan bangun siang.
"Ini sudah siang." Shana berujar jutek.
"Iya..." Drax tertawa geli. "Anggap aja pagi, karena kamu baru bangun." Dia menyindir atau apa.
Menyibak selimutnya, Shana turun dari atas kasur dan berjalan menuju toilet di kamar ini, dia harus mencuci mukanya, pasti terlihat sangat jelek dan penuh dengan minyak.
"Ngapain?" Shana menyipitkan matanya tajam saat Drax menghalangi jalannya menuju toilet.
"Mau kemana?" Perasaan Shana saja atau pria ini terlihat ketakutan?
"Toilet, mau cuci muka." Shana berjalan melewati Drax dan masuk ke dalam toilet, tidak lupa dia menguncinya karena Drax terlihat mencurigakan saat ini.
"Apa lagi?" Shana memejamkan matanya pusing, saat dia keluar dari toilet setelah mencuci wajahnya dia jantungan karena melihat Drax menunggu di depan pintu.
"Mau makan sesuatu?"
"Cuma itu? Gue jantungan karena lo tiba-tiba muncul." Shana mendorong tubuh Drax ke samping, dia benar-benar kesal. "Keluar, gue mau sendiri." Dia menunjuk pintu kamarnya dengan galak.
"Gak mau." Drax menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?" Shana bertanya sewot.
"Nanti kamu ilang." Dia berkata dengan nada suara sedih.
Shana terdiam, dia teringat kejadian kemarin malam dan menghela nafas. "Baiklah, ayo kita makan." Kebetulan dia juga lapar.
Drax tersenyum cerah, dia menatap gadis itu semangat. "Mau makan apa?"
"Lo." ujar Shana kesal.
Drax terkejut, kemudian tersenyum miring. "Silahkan..." Dia merentangkan tangannya.
Shana melotot ngeri, dia sadar kalau tadi dia salah bicara. "Gak mau! Gue mau makan nasi!" Dia mendorong Drax untuk keluar dari kamarnya. "Gue mau mandi." Masuk dan mengunci pintu.
Gadis itu mengibaskan wajahnya, panas dan merah.
Dia malu.
Seharusnya dia tidak mengatakan sesuatu yang ambigu seperti itu.
"Aku masak deh, siap mandi ke dapur okey, aku tunggu." ujar Drax.
Alis Shana terangkat sebelah. "Emang lo bisa masak?" Dia meragukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
S is She (The End)
Romance~Don't copy my story if you have brain~ -S and when i look at you, i know your already become my world- Drax Shana tidak pernah menyesal kabur dari supir pribadinya hari itu bersama teman kuliah yang baru ia kenal, karena hal itu dia bertemu dengan...