Sebelumnya Shana tidak pernah tidur nyenyak seperti saat ini. Dia bahkan tidak membuka matanya sedikitpun sampai Drax membangunkan Shana ketika jam alarm nya berbunyi, tidurnya sangat nyenyak, Shana tidak ingin bangun dan terus tidur disini bersama Drax.
"Aku engga mau pulang." ujar Shana.
Drax yang baru kembali setelah mengambil rok Shana terdiam ditempatnya, dia berpikir sejenak. "Gue juga gak mau lo pulang." Drax membalas dengan senyuman licik.
Shana cemberut, dia serius padahal.
"Kalau lo gak pulang, dijamin kita gak akan bisa ketemu lagi." Drax memberikan rok Shana.
Shana mengambilnya, dia masih linglung, belum sepenuhnya sadar.
"Ayo cepat, biar gue ngantar ke kampus."
Shana menghela nafas. "Ah, malas gerak." Dia menghentakkan kakinya lucu.
Drax terkekeh gemas. "Rumah lo lebih baik dari tempat tikus ini."
Shana memeluk kedua lututnya, dia merebahkan kepalanya di atas lutut dan tersenyum pada Drax. "Di rumah engga ada kamu nya." Di rumah tidak nyaman, disini lebih nyaman.
Drax mengalihkan pandangannya, sialan Shana benar-benar menguji adrenalin nya.
"Tarik aku dong." Shana mengulurkan kedua tangannya, dia masih duduk di atas tempat tidur tipis milik Drax.
Drax menarik tangan Shana, namun gadis itu sepertinya memiliki trik lain karena selanjutnya yang terjadi adalah Shana menarik tangan Drax sehingga tubuh pria itu kehilangan keseimbangan dan jatuh di atas tubuh Shana.
"Hei, itu bahaya...." Drax kehilangan kata-katanya.
Shana tertawa kecil, dia menatap Drax lekat-lekat, kedua pupil matanya membulat sempurna, dia terlihat seperti seorang anak kecil yang melihat mainan favoritnya, ah sepertinya Shana benar-benar tidak ingin pergi dari sini.
"Lo tahu kan gue cowok?" ujar Drax, dia masih menahan berat badannya di atas tubuh Shana, dia terpesona kembali oleh kecantikan Shana.
Bagaimana bisa pipi seseorang berubah merah?
Bagaimana bisa mata seseorang bisa seindah ini?
Bagaimana bisa bibir seseorang terlihat sangat lembut seperti ini?
Bagaimana bisa....
Drax menahan nalurinya.
"Ini pertama kalinya...." Kedua tangan Shana berada di atas perutnya, saling melipat. "Aku belum pernah jatuh cinta sebelumnya, aku belum pernah berpacaran sebelumnya, aku belum pernah sedekat ini dengan lawan jenis, rasanya, rasanya aku ingin kabur dari rumah, hidup sama kamu selamanya." Dia serius dengan kata-katanya.
Drax tersadar, dia menghela nafas.
Pria itu menjatuhkan tubuhnya di samping Shana, memeluk pinggang gadis itu erat-erat, mengunci kedua kaki Shana diantara kakinya dan menyembunyikan wajahnya di sekitar bahu dan leher Shana.
"Sialan." lirih Drax.
Shana mengedipkan matanya bingung.
"Jangan nyerahin diri lo gitu aja ke gue." Drax menelan Saliva-nya, jakun nya bergerak kaku. "Shana, lo tahu seberapa pentingnya keberadaan lo untuk gue saat ini?" Drax tertawa, mentertawakan dirinya sendiri, dirinya yang sangat bodoh ini.
Dia sudah menyerahkan hatinya pada gadis ini, dia melakukannya tanpa pikir panjang, tanpa berpikir jika suatu saat nanti keluarga Shana akan memisahkan mereka berdua.
Abaikan, abaikan pemikiran itu.
Nikmati aja waktu yang mereka miliki saat ini.
Kebersamaan mereka terhenti karena nada dering di ponsel Vilna, setelah mengabarkan pada gadis itu kalau dia akan segera sampai, Shana buru-buru menggunakan rok-nya belum kering seutuhnya karena yah Drax hanya menggantungnya di atas tali plastik di ruangan tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
S is She (The End)
Romance~Don't copy my story if you have brain~ -S and when i look at you, i know your already become my world- Drax Shana tidak pernah menyesal kabur dari supir pribadinya hari itu bersama teman kuliah yang baru ia kenal, karena hal itu dia bertemu dengan...