Drax membaw Shana ke Indomaret terdekat, dia membeli minuman hangat untuk Shana, tadi gadis itu bilang dia memuntahkan makan malamnya ketika lari, Drax jadi merasa bersalah, harusnya tadi dia menghentikan Shana untuk berlarian dan hanya jalan santai saja.
"Gimana perasaan kamu?" tanya Drax, dia duduk di samping Shana.
Shana memukul-mukul dengkulnya, kakinya lemas karena terlalu lama berlari. "Kaki aku mati rasa." Bahkan ia bisa merasakan kakinya yang bergetar, seperti kaki kuda yang dipaksa untuk berlari.
Drax merunduk di hadapan Shana, dia memijat betis gadis itu pelan.
Dada Shana menghangat, matanya berkaca-kaca, ingin kembali menangis.
"Kenapa..." Shana merunduk menatap mata hitam Drax. "Kenapa kamu lebih baik dari Papa sama Mama." Padahal Drax itu orang asing, tapi dia sangat menghargai Shana, dia melakukan banyak hal yang membuat Shana terharu, hal-hal yang mustahil ia dapatkan dari kedua orang tuanya bahkan Steven.
Drax tersenyum tipis, Shana-nya ini sangat cengeng. "Keluarga kamu, lebih baik daripada aku." lirih Drax.
"Engga." ujar Shana, nada suaranya sedikit meninggi. "Kamu lebih baik kemana-mana, kamu yang terbaik." Sampai rasanya dia ingin memiliki keluarga seperti Drax.
"Aku juga bisa jahat Shana." Drax menatap mata Shana dengan lembut. "Hari ini aku ulang tahun loh."
Mata Shana membelak, dia tidak tahu. "Kenapa gak bilang? Aku gak tahu, aku gak punya apa-apa, aku, aku harus ngasih apa sama kamu?" Shana gelagapan, dia meroceh tidak jelas.
Drax tertawa. "Aku udah dapat hadiah nya."
"Kapan?" protes Shana.
"Kamu." jawab Drax. "Kamu itu hadiah aku." Dia terkekeh kecil.
Mulut Shana menganga kecil, dia kehilangan kata-katanya.
"Mana bisa gitu!" seru Shana.
"Bisa dong." Drax membenarkan tali yang ada di bagian pinggang gaun Shana. "Hadiah itu ada untuk membuat penerimanya senang, kamu hadiah aku dan aku senang."
Pipi Shana memerah malu.
"Kamu tanggal berapa ulang tahun?" tanya Drax.
Shana berpikir sejenak.
Dia tidak terlalu menantikan ulang tahunnya, tiap tahun selalu sama, makan malam bersama keluarga, mendapatkan hadiah buku, tidak boleh makan kue karena itu makanan manis dan tidak boleh menyanyikan selamat ulang tahun karena ribut.
"12 Desember." lirih Shana.
"Oh bentar lagi." Drax berdoa kecil dalam hati, semoga dia bisa merayakan dan mengucapkan selamat ulang tahun pada gadis ini.
Semoga.
"Aku benci hari ulang tahun aku."
"Kenapa?" tanya Drax.
Shana mencekram lengannya, dia mengigit bibir. "Setiap aku ulang tahun Mama pasti nangis, dia selalu teringat sama kak Shena, aku sayang banget sama Mama, aku gak suka dia nangis, jadi setiap kali aku ulang tahun, aku selalu berharap, Mama berhenti ingat sama kak Shena."
Sebenernya Shana tahu, dia hidup dalam bayang-bayang Shena.
Mama Shana tidak pernah bisa melepaskan Shena, dia selalu mencari bayang-bayang Shena di dalam diri Shana, melakukan segala cara yang ia bisa untuk mengobati luka di hatinya karena sudah mengacuhkan putrinya itu.
"Aku selalu hidup dalam bayang-bayang kak Shena." lirih Shana. "Bahkan kadang kak Steven juga gitu, dia beberapa kali pernah manggil aku Shena." Membuat Shana takut, takut juga keberadaan menghilang dari rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
S is She (The End)
Romance~Don't copy my story if you have brain~ -S and when i look at you, i know your already become my world- Drax Shana tidak pernah menyesal kabur dari supir pribadinya hari itu bersama teman kuliah yang baru ia kenal, karena hal itu dia bertemu dengan...