S 6 : Curious

1.9K 155 0
                                    

"Shana!"

Shana yang baru saja tiba di kelasnya langsung syok melihat Vilna yang menyapanya dengan ceria di depan pintu kelas, Shana mengedipkan matanya, dia termenung sejenak, bingung.

"Hahaha, lo pasti mikir gue engga akan nyapa lo lagi kan karena diancam nyokap bokap lo?" Vilna membaca pikiran Shana dengan baik.

Shana mengangguk. "Maaf."

Vilna tersenyum, dia memiliki gummy smile yang cantik, Shana sedikit terpesona. "Gak usah minta maaf, hm, btw lo masih mau kan berteman sama gue?"

"Kenapa?" tanya Shana, padahal Vilna baru saja mengenal Shana dua hari, kenapa gadis itu mau berteman dengan gadis pembawa masalah sepertinya.

"Karena cuma lo yang mau."

Ada yang aneh dengan senyuman gadis ini.

"Lo tahu gimana semua orang natap gue?'

Shana menggelengkan kepalanya, dia tidak tahu, dia jarang memperhatikan orang-orang karena terlalu sibuk dan mempertahankan kewarasannya yang setiap saat bisa meledak dan membuatnya melakukan hal buruk, Shana terlalu sibuk menahan pikiran setan nya.

"Lihat deh."

Shana menunggu.

Vilna menyapa seorang gadis yang juga sekelas dengan mereka, begitu melihat siapa yang menyapa dirinya, gadis itu langsung menjauh dan menatap sinis pada Vilna.

Ada apa?

Vilna kembali mendekati Shana, dia masih bisa tersenyum meskipun ditolak seperti itu. "Lo gak tahu latar belakang gue yah?"

Shana menggelengkan kepalanya, dia jarang menggunakan internet, keluarganya melarangnya, dia bahkan tidak punya sosmed pribadi, sumber ilmu pengetahuannya adalah buku-buku tebal berbahasa Inggris, Mandarin, Spanyol, Prancis dan Jepang, Shana menguasai kelima bahasa itu, sekarang dia juga sedang menguasai bahasa Arab.

Papanya menyuruh Shana untuk menguasai berbagai macam bahasa yang bersifat go internasional dari berbagai negara maju, karena target pasar dan bisnis pasti kebanyakan dari negara-negara tersebut.

Vilna tersenyum senang mendengarnya, dia tertawa kecil. "Kan? Gue engga salah milih lo sebagai teman gue, lo gak membedakan orang dari latar belakangnya, lo juga engga nilai orang dari masa lalunya, dan yang terpenting lo engga kenal gue siapa, hanya satu kalau gue seorang gadis remaja bernama Vilna."

Shana manggut-manggut, dia engga peduli sih tapi yah kalau gadis ini mau jadi temannya, tidak masalah, mungkin di masa depan Shana bisa menggunakannya dengan baik dan bijak, dia harus selalu hati-hati dalam menilai manusia, mereka baik di awal saja, ketika ada sesuatu yang membuat mereka tidak senang, sifat asli mereka akan terlihat.

"Style lo anggun banget, elegan gitu, lo kemana-mana pakai rok panjang, kaos, cardigan yah?" Shana juga terlihat sangat segar dengan rambut gadis itu yang diikat satu dengan poni menyamping.

"Iya." jawab Shana sekenanya, gaya pakaiannya selalu ditentukan oleh Ibunya, apa yang mau dipakai hari ini, besok, bahkan untuk tidur, semua sudah ditentukan setiap harinya.

Terkadang Shana juga ingin menggunakan pakaian imut, mewarna kuku nya, menggunakan bandana, atau barang-barang imut berwana pink, di lemarinya hanya ada warna-warna pudar dan gelap, tidak ada yang cerah.

Shana duduk di bangku kosong, letaknya pas di tengah kelas dan berhadapan langsung dengan dosen.

"Sadar diri tolong, lo tinggi nanti yang belakang engga kelihatan." ujar seseorang.

Shana tidak mempedulikannya, dia meletakkan tas sampingnya di pinggir bangku dan mengeluarkan buku serta pulpen untuk mencatat.

"Daritadi kosong, kenapa engga ditempati?" ujar Shana lembut, namun tegas.

S is She (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang