S 31 : Valuable

6.3K 569 46
                                    

Pada akhirnya Mama Shana tidak sadar kembali dan dinyatakan koma oleh dokter setelah tetidur selama 2 hari.

Selama itu Papa Shana menjaga Mamanya itu dan tidak bergerak sedikitpun dari sisinya, dia menyerahkan semua keputusan pada Steven putra sulungnya, Papa Shana bersikap seperti biasa pada Steven, namun berbeda ketika berhadapan dengan Shana.

Papanya itu tidak mau melihat atau meliriknya sedikitpun setiap kali Shana berkunjung ke rumah sakit, obrolan random yang Shana utarakan tidak disatu, suasana itu seram dan mencekik membuat Shana merasa sesak setiap kali datang untuk melihat Mamanya sembari berpikir kalau hari ini dia akan diacuhkan kembali oleh Papanya.

Shana sedih.

Kehadiran tidak pernah sedikitpun membantu kedua orang tuanya sejak awal, dia anak yang tidak berguna, melawan keputusan kedua orang tuanya, membuat Mamanya menjadi seperti ini, dan membuat seseorang yang ia cintai dalam kesulitan karena keegoisannya sendiri.

Sejak awal seharusnya Shana tidak memiliki sifat egois ini.

Cinta adalah pengganggu.

Karena cinta dia mengabaikan semuanya dan membuat orang tersebut kehilangan jalan mulus yang mampu membuatnya untuk meraih mimpi.

Shana adalah anak gagal.

Tidak bisa melakukan apapun dan menyakiti keluarganya.

Dia adalah kegagalan.

Dirinya tidak berguna.

Baik untuk Mama yang menatap dirinya sebagai bayangan Shena.

Atau Papa yang mengacuhkannya karena sudah membuat Mama menjadi seperti ini.

Steven yang masih seperti biasa, namun sifat baik dan biasa dari Steven itu membuat Shana semakin merasa tercekik.

Harusnya, harusnya, Steven juga marah padanya.

Shana harus dimarahi, agar dia tidak merasakan hal ini.

Merasakan kalau kehadirannya sama sekali tidak dibutuhkan siapapun.

"Aku beberapa hari sibuk, manggung sana-sini, datang ke event atau acara radio, lalu beberapa hari lagi aku ada audisi lain."

Shana hanya duduk diam di sekitaran kampus, dia baru saja menyelesaikan urusan BEM nya dan berniat untuk pulang, namun hujan yang sangat deras menghentikan niatnya itu, membuatnya terjebak disini, duduk sembari mendengarkan suara seseorang yang ia cintai dan melihat tetesan air dari langit yang menangis.

"Iya." jawab Shana untuk pertanyaan Drax, saat ini pikirannya entah melayang kemana-mana, dia tidak tahu harus apa dan melakukan apa.

Dia tidak punya topangan apapun lagi.

"Kamu gak apa-apa? Udah pulang kampus belum? Dijemput Oliv kan? Atau mau aku jemput?"

"Kamu kan sibuk, tenang aja, Oliv jemput aku kok." lirih Shana, nada suaranya lemah dan pelan, sebenernya sejak pagi dia belum mengisi perutnya dengan apapun, entahlah dia tidak memiliki nafsu untuk makan atau melakukan apapun sekarang.

Dia hanya ingin pulang dan tidur.

Tidur lebih baik daripada dia sadar dan terpengaruh oleh kepalanya yang sangat berisik.

Berisik.

Membuatnya sangat ingin melakukan sesuatu yang mengerikan.

"Kamu udah makan?"

Drax memang selalu seperti itu.

Dia selalu tahu Shana dengan baik.

Sangat ingin Shana berkata, dia lapar dan ingin makan siang bersama Drax, namun jika ia mengatakan keinginan egois itu pria itu akan kembali kehilangan waktunya yang berharga untuk Shana yang menyedihkan.

S is She (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang