Hari demi hari Nadia lewati di tempat tinggalnya yang baru. Nyatanya, tinggal sendirian membuat Nadia semakin kesepian. Dulu, saat dirinya masih pulang pergi, Jevian atau Zaid yang akan berbaik hati mengantarnya. Kini, sudah tidak ada lagi momen seperti itu. Terlebih lagi mereka sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Dua hari yang lalu Nadia mengajak Salsa untuk menginap di kosnya. Tentu temannya dengan senang hati menemani. Saat itu Salsa bercerita banyak hal, salah satunya tentang gadis itu yang sudah berpacaran dengan kakak tingkat.
Nadia tau bahwa mereka memang dekat akhir-akhir ini, bahkan ia tidak terkejut dengan berita mereka yang sudah official pacaran. Sayangnya kabar itu malah membuat Nadia merasa semakin ditinggal. Rasanya semua orang di sekitarnya pergi dan bahagia tanpa dirinya.
Selama hampir dua minggu Nadia memfokuskan diri dengan hidupnya. Gadis itu mulai menyusun proposal penelitian meskipun kadang terhenti karena alasan malas. Sesekali ia akan ke kampus untuk bertemu dosen pembimbing selain mengikuti kuliah luring.
Pagi ini Nadia sedang bermalas-malasan di kasurnya. Ia merebahkan diri sambil bermain ponsel dan menonton televisi.
"Ngapain lagi ya?" tanya Nadia pada dirinya sendiri kala rasa bosan menyerang.
Ting
Sebuah pesan grup membuat Nadia bergegas untuk berangkat ke kampus. Gadis itu lupa bahwa hari ini presentasi mata kuliah Etika dan Komunikasi.
"Bisa-bisanya lo lupa, Nad, ya ampun!"
Nadia merutuki dirinya sendiri. Beruntung ia sudah mandi, hanya tinggal berganti pakaian dan berangkat. Gadis itu kemudian memesan ojol dan berharap tidak terlambat sampai di kelas.
.
.
"Pagi, Nadia."
"Hai, Nad."
"Aahh, iya. Pagii. Haaii," balas Nadia pada teman-teman dari kelas lain yang menyapanya. Ia berjalan dengan terburu-buru karena hampir terlambat. "Sori ya, gue duluan."
Nadia berlari kecil untuk sampai ke kelasnya. Sialnya kelas Nadia lebih jauh dari pada kelas yang satu lagi, makanya mereka masih bisa berjalan santai. Tapi tidak dengan Nadia, karena ia berangkat sendirian maka ia tidak mau jika terlambat.
"Huft." Nadia menghela napas lega kala berhasil duduk di bangkunya sebelum dosen datang.
"Tumben telat lo?" tanya Salsa yang selalu duduk di sebelahnya. Gadis itu terlihat berbeda dengan gaya makeup yang menurutnya lebih bagus.
"Gue lupa ada presentasi, hehe. Untung ada yang ingetin di grup."
Salsa menggelengkan kepalanya, ia tidak habis pikir dengan Nadia. Bisa-bisanya gadis itu melupakan mata kuliah penting, apalagi dosen ini tergolong killer.
Nadia menatap sekeliling kelas untuk mencari eksistensi dua orang yang sudah jarang berinteraksi dengannya.
Gotcha.
Gadis itu memalingkan wajah ketika Jevian dan Zaid hampir saja menangkap basah dirinya.
"Selamat pagi," sapa sang dosen. "Presentasi hari ini dimulai dari kelompok 1 lalu dilanjut secara berurutan. Silakan dipersiapkan dari sekarang."
Selesai kelas, Nadia berjalan di sebelah Salsa. Keduanya berencana makan bersama lalu bermain di kos Nadia. Tapi belum sempat mereka keluar kelas, Nadia melihat kekasih Salsa sedang menunggu di depan pintu. Gadis itu mendesah kecewa.
"Pacar lo noh," kata Nadia sambil mendorong Salsa ke arah kekasihnya. "Gue duluan."
"Sorry, Nad!" teriak Salsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Friend [END]
Novela Juvenilcw // harsh words Bagi Nadia, berteman dengan Jevian adalah hal yang patut ia syukuri. Jevian adalah orang yang baik dan tidak pernah memandang rendah orang lain. Sifatnya itulah yang perlahan membuat Nadia jatuh suka. Di samping itu, ada sosok lela...