Jevian
Nad?
Maaf ya gue tadi marah-marah
Lo gapapa?Nadia
Gapapa, Je.Jevian
Ada yang mau lo ceritain ke gue?
Tentang lo yang sekarang nginep di kos Salsa misalnya?Nadia
Lo mau denger?Jevian
Iya, lo bisa bergantung ke gue, Nad
Gue sahabat lo
Sekarang lo di mana?Nadia
Kosan SalsaJevian
Tunggu ya, gue ke sana.
.
Nadia berjalan menuju gerbang ketika mendengar Jevian meneriakkan namanya. Lelaki itu benar-benar pembuat onar. Pasalnya tadi Jevian berteriak memanggil namanya. Nadia sudah pasti malu.
"Sopan lo teriak-teriak di depan kos orang? Mana kosan cewek!" bukan Nadia, itu Salsa yang mengomel.
"Yuk, Nad."
Bahkan sang lawan bicara tidak menanggapi ucapan Salsa. Lelaki itu justru menarik tangan Nadia.
"Awas ya lo kalo temen gue diomelin lagi! Awas kalo sampe dibikin nangis lagi!"
Kalimat terakhir Salsa membuat Jevian menghentikan jalannya, ia membalikkan tubuhnya lalu memasang ekspresi bingung.
"Maksud lo?"
"Tanya sama sahabat lo," kata Salsa lalu menghilang di balik pintu kos. Sementara Nadia menahan geram pada Salsa yang malah membocorkan hal itu.
Saat di kelas tadi, gadis itu pura-pura tidak tau kalau Nadia menangis. Sampailah di kosan, sang teman meminta penjelasan padanya. Jadi mau tidak mau ia menceritakan kelemahannya pada Salsa. Ya, menurutnya, tidak bisa dibentak adalah suatu kelemahan.
"Nangis?" tanya Jevian memastikan, ia jadi merasa bersalah karena telah mengomeli gadis itu.
"Not a big deal, Je. Yuk jalan, mau ke mana?"
Jevian menghembuskan napasnya pelan, baiklah ia akan bertanya nanti, kini mereka harus mencari tempat dulu untuk mengobrol.
"Udah makan?" tanya Jevian yang langsung diangguki Nadia. "Gue belum. Anter makan dulu ya, laper."
Gadis itu mengikuti langkah Jevian lalu tersadar kala tangannya masih digenggam oleh sang sahabat. Ia baru sadar juga kalau Jevian tidak membawa motor. Mungkin karena jarak antara kos Jevian dan Salsa yang terbilang dekat.
"Bu, saya beli nasi ya makan di sini, lauknya pake tempe oreg, sayur bayam, sama perkedelnya satu."
Keduanya duduk setelah ibu warteg menerima pesanan Jevian.
"Je, ini warteg yang kata orang-orang murah tapi enak ya?"
Pertanyaan Nadia langsung diangguki oleh lelaki itu. Ia memang tidak pernah membeli makan di warteg sana. Selain karena baru sehari tinggal di kos Salsa, saat PP pun ia seringnya membeli jajanan ringan bukan makanan berat.
"Mau beli juga gak?" tawar Jevian.
"Nggak deh, masih kenyang. Ntar aja gue ke sini sama Salsa."
.
.
"Waahh!"
Jevian terkekeh kala gadis itu terpesona dengan tempat yang mereka datangi.
"Bagus banget pemandangannya," ujar Nadia. Jevian membawanya ke taman yang ada di belakang kampus. Jujur ia tidak pernah mengeksplorasi tempat-tempat yang ada di kampus ataupun sekitarnya. Selama ini dirinya selalu sibuk datang, belajar, terus pulang. Sangat mencerminkan mahasiswa kupu-kupu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Friend [END]
Teen Fictioncw // harsh words Bagi Nadia, berteman dengan Jevian adalah hal yang patut ia syukuri. Jevian adalah orang yang baik dan tidak pernah memandang rendah orang lain. Sifatnya itulah yang perlahan membuat Nadia jatuh suka. Di samping itu, ada sosok lela...